Rabu, 27 Juni 2012

I'll be back

NB : Cerpen abal-abal saya yang aneh satu ini terinspirasi dari sebuah Film barat "GHOST WHISPERER" jadi kalo ceritanya rada-rada mirip atau MEMANG mirip banget, mohon pengertiannya yaaaa^^ hehehe NO BASHING.. just enjoy it :) Danke..


Bisakah kau merasakan kehadirannya??
Bisakah kau melihatnya??
Bisakah kau mendengarnya??
Rintihan..
Tangis..
Amarah..
Cinta..
Dia... yang telah pergi..
Hidup antara dua dunia..
Tak rela meninggalkan..
Tapi harus meninggalkan..
Menuju cahaya putih..
Penuntun menuju tempat perhentian terakhir..

***

Kecupan ketiga dikening wanita itu pagi ini, ciuman hangat nan lembut yang mewakilkan perasaan cinta kasih dan sayang antara sepasang suami istri yang kini tengah bediri berhadapan didepan pintu istana megah mereka.
Setelah cukup lama mencium kening istrinya, sang suami melepaskan ciumannya dan menatap dalam  mata sang istri, disentuhnya lembut pipi putih halus milik istri tercintanya itu dengan kedua telapak tangannya, lalu mengusapnya pelan dengan ibu jari. Wanita itu tersenyum manis. Perlahan sang suami menyatukan keningnya dengan istrinya, sehingga hidung mereka bersentuhan. Lagi-lagi keduanya tersenyum.
“aku berangkat kerja ya sayang.” Ucapnya halus sambil mengelus rambut wanita cantik yang berada dihadapannya.
Hanya anggukan pelan yang ditunjukkan oleh wanita cantik itu.

“Vati berangkat yah Little Prince....” Katanya sembari berjongkok dan mencium perut sang istri. “jangan nakal!! Pokoknya selama Vati kerja, kamu yang harus jagain Mutti. Okeh..” lanjutnya mengelus pelan perut sang istri.
“iyah Vati cayang...Vati bawel deh..” balas sang istri menirukan suara bayi yang baru bisa bicara.
Laki-laki itu terkekeh kecil, lalu beranjak dari jongkoknya.
“jam 5, aku jemput ditoko yah. Jangan terlalu capek, aku nggak mau kamu dan little prince kenapa-napa.” Nasehat sang suami kembali mengelus rambut panjang sang istri.
Lagi-lagi istrinya hanya melempar senyuman manisnya.
“bye sayang....” laki-laki itu melangkah pergi menuju mobil honda jazz merahnya.
“Steff.....” panggil sang istri yang berhasil menghentikan langkah sang suami.
“ya sayang?” laki-laki itu membalikan badannya menatap sang istri yang kini berjarak 5 meter dari tempatnya berdiri.
Senyuman manis wanita yang ia cintai itu hilang berganti dengan gurat kekhawatiran.
HUPPPPPPPPPPP..... wanita itu berlari dan  memeluk erat sang suami, orang yang  paling berharga dalam hidupnya.
“jangan pergi!!!” ia menopangkan dagunya dibahu sang suami. “hari ini, hanya hari ini. temani aku.” Bisiknya lirih tepat ditelinga sang suami.
Laki-laki yang dipanggil stef itu hanya tersenyum dalam dekapan hangat mereka.
“tidak bisa sayang...” ujarnya pelan, takut melukai perasaan malaikat hatinya. “hari ini kan udah jadwal aku kerja, entar kalo aku dipecat gimana??” tambahnya memberi pengertian.
“tapi aku takut Stef...” lirihnya hampir tak terdengar dan semakin mengeratkan pelukannya, air matanya perlahan mengalir membasahi pipi. Entahlah...air mata itu jatuh begitu saja, sungguh perasaan yang tak enak.
Menyadari istri tercintanya menangis, ia melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi sang istri.
“Hey.... ada apa??” tanyanya mengelus pipi sang istri dengan ibu jarinya.
“bad feeling honey...” ucapnya manja.
“hmmm sayanggg..nggak akan terjadi apa-apa hari ini. and i promise i’ll be back... for you and for little prince.”
Wanita itu mengangguk pelan. “Promise???” tanyanya mengacungkan jari telunjuknya didepan muka sang suami.
“janji.” Jawab sang suami menyambut jari telunjuk sang istri dengan telunjuknya.

-------------------------------------------------------------------------------
“Owhh, jadi... menurut loe, hantu gue yang satu ini... jatuh cinta sama anak angkatnya gitu???”
Tanya Yuki, wanita cantik yang kini tengah menyeruput segelas susu hangat ditangannya.
“iyalah Ki, dari apa yang udah loe ceritain sama gue, kesimpulan yang gue tarik ya gitu.” Jawab Nina, sang sahabat sambil menyirami bunga mawar yang berada didalam pot coklat.
“hhuuuuft.....dari pada asal tebak, lebih baik gue pergi kerumah hantu gue sekarang, mana tau gue dapet penglihatan lain. loe mau ikut nggak???”
“nggak deh Ki, gue nggak minat tuh terlibat urusan sama hantu-hantu loe.” ucapnya seraya bergidik ngeri dan melanjutkan kegiatannya, merawat bunga2 cantik dihadapannya.
“hmmm..dasar!! ya udah deh. gue pergi sendiri.” Yuki beranjak dari duduknya, berniat mengambil tasnya yang ia letakkan diatas meja berwarna putih.
“ehhh.. tapi loe udah izin sama stefan belum?? Teruss..teruss.. diluar kan masih hujan, nanti ajah deh perginya.. minta temenin Kevin gitu, bentar lagi dia juga nyampe sini kok. Nggak baik tau ibu hamil jalan sendirian ditengah hujan lebat kayak gini.”
“gue belum izin sama stefan Nin, takut ganggu kerjaannya.”
“tuh kan belum izin, loe tau nggak kalo terjadi sesuatu sama loe gue yang bakal disembur sama Stefan.”
Yuki tersenyum. “itu DL....Derita Loe!!!”
“hhhh, dasar!!! Nggak setia kawan banget sih loe. mentang-mentang hantu baru sahabat lama dilupakan.”
Pluukkkkkk..... sebuah bantalan kursi berbentuk persegi hinggap dikepala Nina.
“Awwww...” rintihnya refleks. “Yukeeeeehhhh....”
“loe sih...apaan coba, mana ada tuh pribahasa kayak gitu. Aneh!!!” balas Yuki cengengesan. “udah ahh, gue pergi ya Nin. Bye!!!” lanjutnya kemudian sambil menarik gagang pintu toko bunga yang ia miliki bersama Nina.
“Loh??? Steff??” ucap yuki kaget. “kok disini sayang?? Nggak kerja???” Yuki bertanya lembut karena mendapati suaminya tengah berdiri tepat didepan pintu kaca tokonya dengan keadaan basah kuyup.
Stefan hanya menggeleng lemah menjawab pertanyaan Yuki.
“teruss...kenapa hujan2an gini?? Entar kalo sakit gimana??”
Lagi-lagi stefan hanya menggelengkan kepalanya.
“Kamu kenapa sih sayang?? Kok geleng2 aja dari tadi??  Kamu lagi sariawan ya?? atau..tadi pagi kamu lupa sikat gigi?? Kenapa nggak ngomong sih?? Risih tau, berasa ngomong ama orang gagu.” Omel Yuki melipat kedua tangannya didada.
Stefan tersenyum melihat tingkah laku istrinya.
“hhhh...” yuki menghela nafas, karena suaminya itu masih tidak mau buka suara. “ya udah deh kalo nggak mau ngomong sama aku. Fine.. it’s oke, no problem....”
Stefan terkekeh kecil melihat kelakuan istrinya.
“malah senyam-senyum, dasar!! Suami yang aneh!!!” cibir yuki. “Udah ahh, Masuk aja yuk!! Diluar dingin, sekalian kamu ganti baju dulu. Diatas meja ada baju Kevin, jadi kamu pake baju Kevin aja.” Yuki kembali membuka pintu tokonya.
Ia masuk diikuti stefan yang ada dibelakangnya. “bentar, aku ambilin handuk sama teh panas dulu.”
“I LOVE YOU.” 3 kata pertama yang keluar dari mulut stefan setelah lama diam membisu dan berhasil menghentikan langkah kecil yuki.
Yuki membalikan badannya lalu tersenyum manis, haha....akhirnyaaa...suaminya ngomong juga. “I LOVE YOU MORE...”
Stefan tersenyum lebar mendengar kata-kata itu keluar dari bibir istrinya.
“ Loh?? Yuki..... loe masih disini?? Nggak jadi pergi??” tanya Nina saat mendapati sahabatnya masih berada didalam toko mereka.
“Nina” Yuki menoleh kesumber suara dan mendapati Nina berdiri dibelakangnya dengan tangan yang kotor penuh tanah. “jadi kok, ditunda bentar. Hehe.”
“oooo,, terus, loe ngobrol sama siapa Ki?? ada pembeli ya??” tanya Nina celingukan.
“nggak ada pembeli kok, Cuma Stefan.” Jawab Yuki tersenyum menunjuk kebelakangnya.
“Stefan??” tanya Nina lagi, ia terlihat bingung.
“kok bingung gitu mukanya?? Loe nggak amnesia kan?? Suami gue, stefan.” Jelas Yuki.
“iya gue tau stefan suami loe, tapi.... orangnya mana???”
“in.....” saat yuki kembali membalikan tubuhnya, ia sudah tak mendapati stefan dimanapun. “loh.. kok nggak ada??” tanya Yuki ikutan bingung.
Nina hanya mengangkat kedua bahunya.
“mungkin udah pergi.”
“kok nggak pamit sama gue..”
“dia buru-buru kali.”
Yuki hanya menghela nafas kecewa.
“hai Ki, hai Nin..” sapa Kevin ketika membuka pintu toko, ia merupakan salah satu sahabat Yuki dan Nina.
“hai Vin.” Balas Nina.
“ehh Ki, tadi pas gue masih diseberang jalan sana.. gue liat loe ngobrol sendiri didepan pintu.. emmm.. hantu baru ya Ki???” tanya Kevin. “kali ini cowok atau cewek??” lanjutnya lagi.
“loe ketemu hantu baru lagi Ki?? yahh.. satu aja belum kelar, masa udah muncul lagi sih..” keluh Nina melipat kedua tangannya didada.
“hantu baru?? Tap..tapi tadi...tadi....tadi gue...” yuki gelagapan.
tiba-tiba rasa sesak yang amat sangat memenuhi rongga paru-parunya. jantungnya berdetak cepat...keringat dingin mulai bercucuran. Hatinya begitu gelisah. Ada apa ini??
“apa mungkin??? nggak.... nggak mungkin....” Gumamnya pelan tak terdengar oleh kedua sahabatnya.
“Yuki....” khawatir Nina, melihat sang sahabat memegangi dadanya.
“ada apa ki??” tanya Kevin tak kalah khawatir.
“Jangan dia tuhan, tolong.. jangan dia!!!!” teriak Yuki dalam hati. Air matanya mengalir deras, air mata yang tak diinginkan. mereka berdesak-desakan hendak keluar dari tempatnya, dan sekarang.. mereka bebas... menerobos dan menghancurkan bendungan yang ada. Mengalir deras dipipi chubby yuki.
“Yuki loe kenapa??” tanya Nina, ia merasa sangat khawatir dengan sahabatnya yang tiba-tiba menangis.
Diam, hanya diam..menangis tanpa isakan. Detik berikutnya Yuki telah berlari meninggalkan kedua sahabatnya yang masih dilanda kebingungan tingkah akut.
Didalam hatinya ia terus bergumam. “apapun, kecuali dia.. tolong tuhan.. tolong... jangan dia, jangan dia...”
Setelah cukup lama berlari menerobos derasnya hujan, langkah Yuki terhenti melihat sebuah mobil honda jazz merah tengah menabrak tiang lampu penerang jalan, sebuah Kecelakaan yang terjadi karena sang pengendara mobil berusaha menghindari seorang pengendara motor yang berniat menyalip jalan. Semua orang berkerumun, beramai-ramai ingin melihat apa yang tengah terjadi ditengah jalan yang tengah lenggang itu... tak lama beberapa tim para medis datang menggunakan sebuah mobil berwarna putih dan memiliki bunyi yang sangat nyaring, Ambulance. Disusul beberapa mobil polisi yang kebetulan saat itu tengah patroli didaerah sekitar.
Tunggu dulu...mobil honda jazz merah??? Ia mengenal mobil itu, sangat kenal... Yuki terus membatin dalam hatinya, ia menggeleng lemah ketika menyadari sesuatu.
Kakinya tak lagi mampu menopang tubuhnya, ia jatuh... tubuhnya lemas..
“Nggakkk.....” teriaknya dalam hati, suaranya tak keluar sedikitpun, semua tercekat.. tertahan ditenggorokan. Begitu sakit rasanya... dan lagi-lagi ia menangis tanpa isakan, air matanya bercampur dengan air hujan yang mengguyur tubuh rapuhnya.
“kenapa dia tuhan?? Kenapa dia???” tanya yuki berurai air mata, ia masih membatin sambil memukul keras dadanya... berusaha menghilangkan rasa sesak didada. “jangan dia..”

“jangan seperti ini sayang, aku mohon....” lirih seseorang berdiri tegak dibelakang tubuh rapuh yuki yang tengah terduduk lemas dipinggir trotoar.
Sungguh sakit rasanya melihat orang yang begitu disayanginya seperti ini, air matanyapun tak kalah mengalir deras seperti darah yang mengalir dibagian kiri kepalanya. Hujan yang deras tak menghilangkan sedikitpun darah yang mengalir,  mereka tembus...sama sekali tak bisa membasahi tubuh penuh darah itu.

“Kamu udah janji....” kalimat pertama yang keluar dari mulut yuki. ia sesegukan menahan tangisan yang semakin menjadi. “kamu janji.. kamu akan pulang.. kita.. little prince..” ucapnya terbata-bata. “kamu..bohong!!!” teriaknya melepas segala sesak dalam hati. “kamu bohong..” ucapnya lemah. “bohong.”
Sekelebat bayangan manis muncul diingatan yuki, dari awal pertemuannya dengan sang suami, masa-masa pacaran mereka, saat mereka menikah mengucap janji suci sehidup semati, bulan madu mereka, moment indah yang terjadi selama 2 tahun pernikahan mereka, sampai akhirnya mereka mendapat kabar kalau mereka sebentar lagi akan punya pangeran kecil.
“kembali, aku mohon....jangan pergi...” lirih yuki.

“cepat!!! Bawa berangkar kemari!!! Detak jantung korban tak terdengar, harus segera ditangani!!!” teriak salah seorang berpakaian putih.
“stefan...”
Dengan langkah cepat, yuki bangkit dari duduknya. Ia berlari menghampiri orang yang berteriak tadi.
Langkahnya mulai melamban saat dirinya telah mendapati apa yang ia cari dari tadi. “stef....” ucapnya tak percaya, ini suaminya, stefannya... penuh luka... bahkan banyak aliran darah yang keluar dari kepalanya dan mengalir lagi bersama derasnya hujan memenuhi jalan.
“sayang.....” perlahan yuki menyentuh bibir pucat stefan.
senyumanmu memudar, hilang tak tersisa...
tawamu lenyap, terbawa angin..
dirimu..... kenapa?? kenapa diam?? Kenapa tak bergerak??
Jantungmu membisu...
Jemarimu mendingin...
Ada apa?? Niatkah kau pergi dariku???
Buka matamu!!! Lihat aku!!! Tatap aku lagi...
Sungguh, ku rindu akan hadirmu....

Air mata Yuki tumpah, benar-benar tumpah....”STEFAN...............” teriaknya kesal, ia menangis.. meratap mungkin, air mata yang terus berlinang. tangisnya kali ini tak tertahan.
“aku mohon, jangan pergi.... kembalilah, bernafaslah!!! Stefan tolong!!!” pinta Yuki memeluk erat tubuh kaku sang suami. “aku mohon!!!!”
Semua orang menatapnya iba. “sabarlah nona...” ucap seorang petugas paramedis. “maafkan kami, nyawanya.....sudah tak dapat diselamatkan.” Lanjutnya menunduk.

Aku selalu bisa melihat mereka..
Aku selalu bisa merasakan kehadiran mereka..
Dan Aku selalu bisa mendengar bisikan mereka..
Membantu mereka, adalah tugasku..
Tapi....bagaimana sekarang???
Orang yang paling kucintai akhirnya menjadi bagian dari ‘mereka’
Bimbang memilih dua dunia..   
Egoiskah aku?? Mengharapkannya...
Mengharapkan sesuatu yang seharusnya sudah menghadap Tuhan..
Sedang yang lain, tak pernah mendapatkan kesempatan yang sama..

“minumlah dulu nona!!” kata seorang paramedis cantik memberikan sebuah gelas berisi air putih.
“terima kasih.” Yuki berucap pelan, dengan tatapan kosong, mata yang membengkak dan menghitam dibagian bawahnya. Ia lelah, sungguh lelah....untung paramedis itu memberinya sebuah handuk tebal, sedikit mengurangi rasa dingin yang menggerayanginya.
“yuki...”
Iya...suara itu, suara itu yang yuki nantikan dari tadi.
Ia berdiri, mencari sumber suara.
“sayang.. dimana kau??”
“dibelakangmu..” bisiknya halus.
Yuki menoleh cepat, didapatinya sosok yang sangat ia rindukan, lebih dari 12 jam ia tak melihat sosok itu, mata itu, senyum itu... ohhhh itu....stefannya.
Yuki tersenyum, ia mendekat mencoba meraih sosok yang sangat ia cintai.
“kenapa??” tanya Yuki kembali berlinang air mata saat ia tak dapat menyentuh pipi sang suami.
“kau lupa??? Ini biasa kan???”
“tapi....aku ingin memelukmu....”
“sayang.....” terlihat mata stefan memerah.
Aku jauh lebih ingin memelukmu, menarikmu dalam dekapku, memberikan kehangatan dan perlindungan bagimu serta buah hati kita...
“kau..kotor sekali.” Komentar yuki sedikit tersenyum dalam tangis melihat keadaan stefan yang berlumuran darah.
Stefan menyeka air matanya yang baru terjatuh. “maaf...”
“hiks..hiks..hiks...” isak tangis yuki terdengar jelas. “cahaya itu, apa kau telah melihatnya???”
Stefan menggeleng. “tidak akan secepat itu.”
JLEBBB....sosok itu menghilang.
“stefan...” yuki mencari kesekelilingnya, mencari sosok yang baru dijumpainya tadi.

“aku nggak akan pernah ninggalin kamu....” sebuah bisikan yang terdengar jelas ditelinga Yuki.

Yuki menoleh, mengikuti arah bisikan tadi. Ia berlari mengitari jalan tempat kejadian kecelakaan dalam keadaan menangis. Berkali-kali ia menyeka air matanya, air mata yang terus mengalir.
“Steff..” desis yuki menghentikan gerak larinya. ia Diam mengamati satu objek.
laki-lakinya, orang paling dicintainya...
Yuki mendekat perlahan, Mengoyak kerumunan manusia yang menutupi objeknya.
dibantu derasnya angin, seolah terbang karna letih yang tak tertahan. dedaunanpun terbang mengiringi langkahnya..
yuki membelai halus pipi orang yang tengah tergeletak lemah diatas berangkar.
Orang itu membuka matanya. Perlahan demi perlahan...
“stefan..” sapa Yuki, saat orang paling dicintainya itu kembali menatap dunia. Dan...orang pertama yang ia lihat adalah Yuki, istrinya.
Berkali-kali orang itu mengerjapkan matanya. Berusaha mengenali setiap objek yang ia lihat, terlebih wanita cantik yang basah dan penuh air mata yang kini menatapnya penuh cinta + senyuman manis. “kamu siapa??”
 DUG..DUG..DUG...mata yuki membulat, Hatinya nyeri tiba-tiba.
“stefan???”
“stefan??? Siapa stefan???” tanya orang itu menatap yuki heran.
“kamu....” yuki mengangkat tangannya, berusaha menyentuh pipi orang yang baru sadar dari pingsan habis kecelakaan itu. “stefanku..”
Orang yang yuki panggil stefan itu menutup matanya, saat tangan halus yuki berhasil menyentuh pipinya. Ia merasakan jantungnya berdebar kencang, darahnya mengalir deras, ada desiran tertentu saat tangan wanita itu menyentuhnya, sentuhan yang seakan pernah ia rasakan sebelumnya, sentuhan dari wanita yang sama, wanita ini. seperti sengatan listrik yang menjalar keseluruh bagian tubuhnya. Hangat.. begitu hangat membawa kedamaian dan ketentraman. Sungguh nyaman.
Digenggamnya tangan yuki yang masih menyentuh pipinya, Ia kembali membuka matanya dan menatap wajah wanita cantik dihadapannya.... “yuki...” panggilnya begitu saja. Rasanya ia kenal betul dengan wanita ini, Yukinya....wanitanya....
Wanita itu mengangguk haru, egoiskah dia??? Orang ini.... bukan stefannya...
Mereka saling menatap, membiarkan mata dan hati yang berbicara. Keduanya sama2 mengukir senyum.
“Willy.....” panggil seseorang dari arah belakang yuki.
Mereka berdua menoleh kesumber suara. Yuki mendapati gadis cantik perperawakan indo, tinggi langsing dan putih yang tergesa-gesa berlari menuju yuki dan “stefan”.
HUPPPP... gadis itu memeluk “stefan”.
“kamu nggak apa-apa kan Wil? Kamu baik-baik aja kan??? Aku khawatir sama kamu. Kata paramedis tadi jantung kamu berhenti, kata paramedis tadi kamu udah nggak ada.” Lirihnya mengeluarkan air mata.
“aku baik-baik aja Kimmy. Udah jangan nangis.” Kata laki-laki itu membalas pelukan hangat sang gadis, dan.... ia tersenyum.
Kenapa rasanya sakit??? Kenapa sesakit ini??? gadis ini.... beraninya dia!!!!...... yuki mengepalkan tangannya erat, amarah yang betul-betul memuncak dan menyeruap keubun-ubun. Ingin rasanya ia melepas pelukan itu, menarik gadis itu menjauh, lalu menjambak rambutnya dan mencakar habis mukanya. Berani sekali dia menyentuh bahkan memeluk erat suaminya... suaminya???
Tunggu dulu, gadis ini tidak salah... orang itu... orang itu bukan suaminya, bukan stefannya...
Perlahan yuki berjalan mundur, menjauhi dua sejoli yang sedang melepas rindu itu. segera ia berbalik badan, tak mau menunjukkan matanya yang kembali memerah siap menyemburkan butiran-butiran berlian berbentuk cair lagi. saat berbalik yuki melihat pantulan bayangan yang berada dikaca gelap mobil ambulan tepat dihadapannya.
Wajah itu, wajah yang berada dipelukan gadis itu... MEMANG BUKAN SUAMINYA.. tapi.....
Yuki kembali menoleh kebelakang, TIDAK, itu jelas... wajah itu wajah suaminya... stefannya...
Arghhhh.... membingungkan, Yuki berlari.. ia tak tau harus berbuat apa. Ini diluar akal sehatnya..
Satu tujuannya sekarang. NINA dan KEVIN, hanya mereka.. hanya mereka yang mengerti.

***

Yuki menceritakan semuanya, s-e-m-u-a-nya kepada dua sahabatnya itu. sambil terus menangis, kali ini dengan isakan, tissu putih bertebaran dimana-mana. toko bunga yang biasanya indah menjelma menjadi lautan tissu..dan lagi-lagi yuki menarik 2-3 tidak..4 tisu sekaligus dari dalam kotaknya.. lalu SREEEEETTTT... ia mengeluarkan(?) sesuatu yang berlendir dari hidungnya. SREETTTTT.. sekali lagi, ia sesegukan...menghapus air mata yang menetes dengan tissu yang sama. Nina dan Kevin hanya melongo tak percaya, kenapa sahabatnya jadi seperti ini??? sungguh menyedihkan!!! Yuki mengambil tangan kanan nina dan Kevin lalu meletaknya tissu yang ia pakai tadi ditangan kedua sohibnya yang masih setengah sadar.
“nitip yah!!” ucap yuki watados.
“hah???” nina dan kevin menunjukan wajah cengo-nya.
Keduanya kompak menoleh kebawah, melihat tangan mereka. Tangan yang ditarik yuki tadi. Alis kiri mereka berdua sama-sama tertarik keatas. Berusaha mengamati benda apa yang baru saja yuki titipkan.
“Aaaaaaaa....yukeeehhhhhh...” teriak keduanya sambil mengibas-ibaskan tangannya sampai tissu itu jatuh dan mengelap tangan mereka dengan lap tangan yang tak berada jauh dari jangkauan nina.
“kenapa??” tanya yuki kalem.
“aishhhh loe ini, dasar!!! Sedih sih sedih Yuk, tapi jangan kayak gini juga dong...” Sewot nina.
“iya nih, bikin ilfeel aja.” tambah Kevin tak kalah sewot.
“maaf.” Lirih Yuki, ia kembali menunduk.
Hhuft... nina menghela nafas. Lalu duduk disamping sahabat baiknya itu.
“sabar ya... dibalik musibah itu pasti ada hikmahnya.” Bijak Nina merangkul yuki berusaha menyalurkan semangat ketubuh rapuh yang sedang dilanda duka.
Yuki mengangguk lemah.
“semua akan indah pada waktunya Ki, dan kita.. akan setia disamping loe sampai saat itu tiba.” Kata Kevin tersenyum mengusap halus rambut yuki.
Yuki tersenyum, beruntungnya ia mendapatkan sahabat-sahabat yang baik seperti kevin dan nina.
“Makasih guys..”

Tiga Minggu kemudian.....
“permisi...” sapa seseorang yang baru masuk kedalam toko bunga Yuki-Nina.
Saat itu Yuki belum tiba ditoko, hanya ada kevin yang sedang duduk manis sambil mengotak-atik laptopnya didalam ruang kerja Yuki. Sedangkan Nina, seperti biasa.. ia sibuk dengan bunga-bunganya... menyiram, memberi pupuk dan lain-lain.
“iya..... ada yang bisa saya ban.......” ucapan Nina terhenti saat ia menoleh kesumber suara. “tu.....” tambahnya menyelesaikan kalimat sebelumnya.
“saya mau bunga mawarnya satu rangkai.”
“i..i..iya...” balas Nina kaku.
Bukannya mengambilkan bunga, nina malah masuk kedalam ruangan Yuki.
“Vin, ikut gue bentar yuk!!” nina menarik Kevin paksa menuju luar.
Nina mengajak Kevin bersembunyi dibalik lemari, agar mereka lebih leluasa mengintai orang yang ingin membeli bunga mawar merah itu.
“Ada apa sih Nin??” tanya Kevin bingung.
“ituuuu...” Nina menunjuk sesorang yang sedang melihat-lihat koleksi bunganya
“apa??” Kevin mengikuti arah jari Nina. “i..i...itu...itu kan....” Kevin terhenti, diluar terlihat yuki yang tengah berjalan masuk menuju toko bunga mereka.
“GASWAT!!!!” ucap keduanya menepuk jidat.

Yuki melihat ada sebuah mobil merci putih didepan tokonya.
“pelanggan.” Ucapnya santai seraya berjalan menuju pintu masuk.
“Pagi Nin....” sapa Yuki ketika berhasil membuka pintu.
Seseorang menoleh. CEKREKKK... tatapan keduanya berhasil terkunci, diam membisu... perasaan-perasaan aneh kembali menerpa keduanya. Inikah cinta??? Ohh inikah cinta?? Cinta pada jumpa pertama??? *koplakkk malah nyanyi x_x*
TRINGGGG!!!! Sebuah lampu “OSRAM” 10 watt muncul diatas kepala Kevin.
“AHA!!!!!” Kevin segera berlari mengambil kipas angin super gede dari dalam ruangan yuki. meletakkannya diluar lalu menghidupkannya. Dengan bantuan angin dari kipas angin itu membuat rambut Yuki yang tergerai indah melambai-lambai seolah tebang, seakan memancarkan aura kecantikannya, ckckck Sungguh indah makhluk tuhan yang satu ini.
“Syuutttt....syuttttt...” Kevin ber-syuuttttt ria berusaha memanggil Nina yang tengah bengong menikmati adegan disinetron-sinetron itu.
“eehhh...”
“bunganya Nin...” kata Kevin berbisik dari kejauhan.
“hah??? bunga?? Bunga apa???”
Nina diam tak bergerak, otaknya masih mencari koneksi dari perkataan kevin tadi. Gotcha!!! “Connecting successfully....” dengan segera Nina berjalan menuju kumpulan bunga mawarnya yang begitu indah.
“Maaf yah bunga-bungaku, ini Demi kebahagiaan sahabat.” Nina memetik beberapa bunga mawarnya dengan berat hati. Lalu melepaskan kelopak-kelopaknya...
Perlahan nina mendekat kearah kipas angin, ia meletakkan kelopak-kelopak bunga didepan kipas angin. Dan berhasil..... kelopak-kelopak itu berterbangan, membuat suasana romantic muncul tiba-tiba.
TRINGGG...Lagi-lagi lampu OSRAM diatas kepala Kevin hidup,.

Kau yang aku mau...
Kau yang selalu aku rindu..
Disetiap waktuku..
Kau yang ada dibenakku..

Yuki dan orang itu sama-sama tersenyum mendengar lantunan lagu yang Kevin putar dari MP3 hpnya, lagunya yang rasanya pernah mereka dengar bersama. membiarkan hati mereka yang saling bicara. Memutar kejadian yang ‘hampir’ sama 2 tahun lalu, tempat yang sama dan lagi-lagi dengan hati serta wajah2 orang yang sama. Orang itu benar-benar merasakannya, bukan hanya Yuki. hatinya...rohnya... milik stefannya... sang suami tercinta. Keduanya perlahan mendekat, masih tetap menatap bola mata lawan jenisnya.
“Hai...” sapa orang itu gugup.
Yuki tersenyum kaku. “hai juga.”
“aku...aku...” lidah laki-laki itu keluh, tak tau mau berucap apa.
“yuki, namaku Yuki.” ujar Yuki mengulurkan tangannya hendak berkenalan.
“aku.......aku....Willy, William. Yah.. William.” Balasnya menyambut uluran tangan yuki.
“William???”
“iya. Kau mengenalku??”
“tidak, hanya saja.... wajahmu mengingatkan aku pada seseorang.”
“siapa??”
“orang yang paling aku cintai.” Lirih Yuki menunduk.
DEGGGGG....  Willy terdiam, ia seperti merasakan sesuatu saat wanita cantik dihadapannya ini mengucapkan kata-kata itu.
“emmm..” yuki mengangkat wajahnya lalu tersenyum. “ada yang bisa aku bantu??”
“owhhh..iya, aku mau beli bunga mawar.”
“untuk siapa?? Kekasihmu??” tanya yuki ragu.
Sebenarnya yuki mengutuki dirinya sendiri, mengapa dia menanyakan hal bodoh seperti itu. pertanyaan yang bila jawabannya ‘YA’ akan sangat melukai hatinya.
“bukan, untuk adikku.. hari ini ia berulang tahun. Bisa kau rangkaikan bunga mawar terindah untuknya?” Jelasnya tersenyum..
Hhhh...yuki, serta kevin dan nina yang ikut menguping bernafas lega.
“senyuman itu, benar-benar senyuman stefanku” yuki bergumam lagi.
“bisa.” Balas Yuki tersenyum.

-----------------------------------------------------------------------------------------------
“aku pulang ya Nin.....”
“iyaaaaa...”

“jauhkan mereka!!!...” bisik seseorang terdengar ditelinga Yuki.
“dimana kau???” tanya Yuki menoleh kesekelilinginya.
“disini.”
Yuki berbalik. “ceritakanlah semuanya.... agar aku bisa membantumu.”
“tidak.... kau tak perlu tahu, kau hanya perlu menjauhkan anakku dari laki-laki itu.” bentaknya marah.
“tapi kenapa?? apa salah kalau mereka saling menyukai? Bukankah laki-laki itu juga anak angkatmu. Kau sangat menyayanginya bukan??”
“kau tak mengerti, semuanya salah.” bayangan itu menghilang.

“hei..” seseorang menepuk bahu Yuki, dan berhasil membuatnya terlonjak kaget.
“ehh..” Yuki menoleh. “Willy??”
“ada apa???”
“tidak ada.” Yuki tersenyum. “kenapa kau kemari?? Apa adikmu tidak suka dengan rangkaian bungaku???”
“bukan, Kimmy sangat menyukainya.”
“baguslah. Ehh..tapi kalau kau ingin membeli bunga lagi, sebaiknya besok saja. Soalnya toko kami sudah mau tutup.” Jelas Yuki sok tahu.
“hehe... aku kesini bukan untuk membeli bunga lagi.”
GUBRAKKKK...... haduhhh...gini nih kalo sok tahu. Malu sendiri jadinya.
“hihi,,, aku sotoy yah.” Yuki nyengir kuda sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tak gatal. “So...kamu mau apa kemari??”
“aku.....aku.....ngapain yah??? Nggak tau nih..” Willy yang berwajah stefan itu juga ngikut garuk-garuk kepala. Bingung mau bilang apa, kalo bilang kalau kaki dan hatinyalah yang menuntun tubuhnya untuk berjalan kemari, akankah wanita cantik dihadapannya ini tertawa??? Bahkan mengatakan kalau dia adalah pria aneh.
“kok nggak tau.”
“mungkin hati aku... iya hati aku yang nuntun aku kemari buat ketemu kamu.” Jawabnya asal ceplos.
“hati???”
“iya..”
yuki mengukir seribu senyum manis diwajahnya.. senyuman yang selama 2 minggu ini hampir hilang dari wajah cantiknya.
“aku antar pulang ya, nggak baik wanita cantik seperti kamu bawa mobil sendiri malem-malem gini apalagi kamu lagi hamil muda.”
“apa tidak merepotkanmu??”
“tentu saja tidak, selama suamimu tak marah.” Ujarnya tak enak, dengan raut wajah yang menunjukan  kekecewaan mendalam.
“kau tau... suamiku.... raganya sudah berada didalam gundukan tanah yang berwarna merah itu. Jiwanya... sudah terbang kesurga.. tapi... roh dan hatinya.... masih ada disekitarku. Disini...” Yuki memegang dada Willy dengan telapak tangannya lalu tersenyum.
Willy menatap yuki bingung. “maksudmu??”
“sudahlah... ayo pulang, kau bilang mau mengantarku.” Yuki berjalan menuju mobil merci putih yang berada diseberang jalan. Mobil willy.
“iya...” willy berlari mengejar langkah Yuki.

Setibanya dirumah Yuki, Willy turun dari mobilnya dan dengan segera membukakan pintu untuk Yuki.
“terima kasih.” Kata Yuki tersenyum manis saat dirinya berhasil keluar dari mobil merci willy.
“emmmm...Yuki....” panggil Willy memegang tangan Yuki yang hendak berjalan menuju pintu rumahnya.
“iya Wil.”
“maaf..”
“untuk apa??”
“soal suamimu, aku turut berduka.” Ucapnya menunduk.
“hei.. tak apa. Sudahlah..lupakan.” jawab yuki mengangkat wajah Willy.
Willy menatap mata yuki begitupun sebaliknya, keduanya terbawa suasana yang sunyi. Memandu mereka untuk saling mendekatkan wajahnya.
Dekat... dan semakin dekat........

“Jauhkan mereka!!! Tolong.....” lirih bayangan wanita yang tiba2 muncul dibelakang Willy.
Sontak yuki dengan segera menjauhkan wajahnya dari Willy. Bayangan itu kembali menghilang.
“ada apa??” tanya Willy.
“tidak, emmm.. sudah malam, sebaiknya kau pulang!!” kata Yuki lembut.
“baiklah...tapi...soal yang tadi..aku...minta maaf.”
“tidak Wil, kau tak melakukan kesalahan apapun. Untuk apa minta maaf. sebaiknya kau pulang.” Yuki membuka pintu rumahnya. Saat melihat kedalam, bayangan itu berada tepat dianak tangga rumahnya.
“kau harus membantuku!!!”
Yuki kembali menutup pintu rumahnya.
“ada apa didalam??” tanya Willy khawatir.
“tidak ada.”
“hmm..yuki, apa malam minggu nanti kau ada acara???” tanya Willy ragu.
“kurasa tidak.”
“emmm...aku punya 2 tiket nonton film dibioskop, apa kau....”
“ya...ide yang bagus, aku mau...jam 7 malam jemput aku ditoko.” Kata Yuki memotong perkataan Willy yang sama sekali belum selesai. “sekarang, pulanglah!!!” ucap Yuki tergesa-gesa masuk kedalam rumahnya.
“hhuftt.... apa begini rasanya ditolak.” Ujar willy kesal menghentakkan kakinya ditanah.
Sebenarnya dia sama sekali tak ditolak, jelas-jelas yuki mengatakan ya... hanya saja.. dia merasa kalau yuki telah mengusirnya. Ditolak secara halus dari rumah wanita yang telah mencuri hatinya.. untuk yang kedua kalinya.
Ia membalikan badannya bersiap menuju mobil dan pulang kerumah.
“Willy....” panggil yuki lagi, ia keluar dari dalam rumah berjalan cepat dan CUPPPP...satu ciuman mendarat dipipi Willy. “terima kasih, main kerumahnya lain kali saja yah.” Lanjutnya tersenyum seakan tau isi hati willy.
Willy tersenyum, lalu membelai halus rambut Yuki.
“sama-sama.” Balasnya.
“hati-hati Wil.” Yuki kembali berlari masuk kedalam rumahnya dan mengunci pintu rapat-rapat.
“YESSSSSS!!!!” teriak willy melompat kegirangan. Ia terus-terusan memegang pipinya yang dicium Yuki tadi. Sungguh bahagia, hatinya berbunga-bunga. Inilah cinta.

“baiklah, kalau kau mau aku menjauhkan dia dari anakmu, beri aku satu alasan yang kuat mengapa kau tidak menyukainya, laki-laki itu.” Yuki mencari disekeliling ruang tamunya, mencari bayangan itu.
“tidak ada, kau hanya harus menjauhkan mereka. Mereka tidak sepantasnya bersama.” Bayangan itu muncul dibelakang tubuh Yuki. wanita paruh baya dengan goresan luka diatas alisnya, wajahnya pucat dengan baju penuh darah.
Yuki menoleh. “tapi...”
“lakukan!!! Aku mohon.” Bayangan itu menghilang.

***
“aku akan mencari tau tentang anak itu.” kata Yuki berjalan beriringan bersama Kevin menuju mobilnya. Ia memakai gaun kuning tanpa lengan dengan bagian rok yang mengembang sebatas lutut.
“mau kutemani??” tawar Kevin.
“tidak, kau tunggu disini. aku ada janji bersama Willy hari ini, kau bisa kan menemaninya sementara waktu sampai aku tiba kembali disini.”
“tentu.” Balas kevin tersenyum. “Ki..”
“ya.”
“yakin, mau pergi dengan gaun seperti itu??”
“Ohh good, aku lupa... hemmm.. sudahlah, sudah terlanjur..”
“kalau begitu, pakailah jaketku.” Kevin membuka jaket kulit hitamnya lalu memberikannya pada Yuki.
“makasih Vin.”
“iya..hati-hati.” Yuki tersenyum, ia masuk kedalam mobil toyota yaris merahnya. Dan berlalu pergi.
“Yuki kemana Vin??” tanya Nina menghampiri Kevin yang masih diam ditempatnya semula.
“biasa, urusan hantu.”
“hmmm.. urusan hantu?? Yakin?? kenapa pake gaun??” tanya Nina lagi.
“dia ada janji sama Willy, makanya bajunya kayak gitu.”
“owwwhhh..” nina manggut2 mendengar perkataan Kevin.

-------------------------------
Setelah mengobrol dengan orang tua angkat anak laki-laki itu, yukipun pamit pulang. Ia mengetahui banyak hal hari ini. tentunya hal yang akan membantu hantunya untuk kembali ketempat yang seharusnya.
Ia menghubungi keluarga wanita yang menjadi hantunya itu, beserta sang anak laki-laki.
Mereka sepakat untuk bertemu disebuah taman kota.
Ia menceritakan semuanya, semua terdiam. Hantunya sekarang terlihat cantik, dengan gaun serba putih. Lukanyapun telah hilang, ia tersenyum lega.
Anak wanitanya menangis. “jadi.....dia kakakku??”
Yuki mengangguk.
“aku memang anak yang tak berguna, dia bahkan membuangku saat aku kecil, aku anak yang tak diharapkannya.” Lirih anak laki-laki itu menunduk sedih.
“bukan..bukan begitu nak, ibu menyayangimu. Dulu ibu masih muda, belum siap menerima keadaan kalau ternyata ibu hamil. Pikiran labil itu yang mempengaruhi ibu. Maafkan ibu. Ibu sangat menyayangimu nak. Maaf.” Jelas sang hantu menitikan air mata.
“Dia bilang, dia yang salah... dia minta maaf.... dia sangat menyayangimu.” Ulang Yuki menyampaikan perkataan wanita itu.
“benarkah??”
“iya.”
“aku juga, aku juga sangat menyayanginya... ibu....”
Yuki tersenyum, wanita itu berjalan menuju cahaya terang.
“terima kasih.” Ucapnya melambai kearah Yuki dan tersenyum manis.
“dia telah pergi, dengan tenang.”

Jam menunjukan pukul 08.00 malam, dengan tergesa yuki melajukan mobilnya menuju rumah Willy.
Yuki turun dari mobilnya, dilihatnya rumah willy sepi dan gelap. Tapi diruang tamunya ada pantulan gambar yang bergerak, seperti cahaya TV. Dengan langkah ragu yuki berjalan mendekat menuju pintu masuk rumah Willy.
Tok..tok..tok.. yuki mengetuk pintu.
“willy, apa kau didalam??” tanya Yuki sedikit berteriak.
5 menit tak ada jawaban, yukipun memutuskan untuk masuk kerumah Willy yang kebetulan tak dikunci.
“willy...” panggil yuki melihat sekeliling rumah.
Ia melihat willy tengah duduk bersandar disofa ruang tamu sambil terus menganti channel Tvnya.
“willy, maaf....aku...”
“sudahlah.”
“berikan aku kesempatan kedua..” pinta yuki melihat willy sama sekali tak bergerak dari duduknya.
Willy menoleh. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Yuki.
“mengapa meminta kesempatan kedua kalau kesempatan pertamanya saja kau sia-siakan.”
“bukan begitu.. kau tak mengerti.”
“kalau begitu buat aku mengerti, aku ingin tahu semuanya, tentang hidupmu, tentang kau.”
“willy.... kau tau semuanya, semuanya....hidupku, aku...dan..hatiku.” jawab Yuki lirih.
“lupakan, seharusnya kau bilang kalau kau tidak mau pergi bersamaku, kenapa harus dengan cara seperti ini???”
“aku....”
“kenapa mengatakan ya, kalau hatimu berkata tidak.”
Dengan segera Yuki membungkam mulut laki-laki dihadapannya itu dengan telunjuknya.
“diamlah, kenapa kau sangat berisik!! aku mengatakan ya, karna aku memang ingin mengatakan ya. aku mohon... berikan aku kesempatan kedua.” Kata Yuki halus memegang tangan willy.
Willy tersenyum. “baiklah...tapi... kita tak bisa menonton lagi, kau tau filmnya sudah setengah jalan.”
Yuki tersenyum. “tak apa.. kita bisa makan malam bersama. Yang penting berdua denganmu.”
“okeh...” willy mengambil jaketnya yang berwarna biru putih lalu memakainya. “yuk!!”
Yuki meraih lengan willy, mereka bergandengan tangan menuju mobil willy yang masih terparkir dihalaman rumah.
“apa aku sudah bilang, kalau kau sangat cantik malam ini???”

***
“mana Yuki???” tanya willy ngos-ngosan saat tiba didepan toko dan melihat Nina sedang bersama Rizky, pacarnya.
“stefan???” tanya Rizky tak percaya.
“Riz, ini....” nina berusaha menjelaskan.
“hai Riz, apa kabar??? lama nggak ketemu.” Sapa willy tersenyum.
“tapi loe udah....”
Willy hanya tersenyum.
“nin, Yuki mana???”
“dia pergi, ada urusan.” Tanya Nina bingung.
“hantu lagi ya??” tanya willy yang seolah-olah tau semuanya.
“i...i..iya..” jawab nina terbata.
“ini beneran loe stef??” tanya Rizky.
“iya dong, siapa lagi emang?? Hantu?? Hehehe...”
“gue.....” rizky terdiam tak dapat berkata apapun lagi.

----------------------------
“akhirnya selesai juga.” Keluh yuki tersenyum lega. Saat ia telah berhasil membantu hantunya LAGI.
Yuki menjalankan mobilnya pulang kerumah. Setelah sampai ia segera turun dari mobilnya dan berjalan pelan menuju pintu. Saat mengambil kunci rumah dan ingin membuka pintunya tak sengaja yuki melirik jari-jarinya.
tunggu dulu, jari manis kosong....
“cincin???” panik yuki. “ya ampun, itu cincin dari stefan. Nggak..nggak boleh hilang.”
Yuki berlari menuju mobilnya. Ia mencari dibagian depan mobil toyota yariz itu namun hasilnya nihil. Ia sungguh resah, ia mulai mencari dibagian belakang mobilnya.
Perlahan ia mencari dibawah2 jok mobil, dengan membiarkan pintu mobilnya terbuka lebar. Setiap sudut mobil telah ia periksa, lagi-lagi hasilnya nihil. Hampir saja ia menitikan air mata karena takut kehilangan cincin pernikahan dari suami tercintanya.
Tinggal satu tempat yang belum ia cari, sebuah kantong yang berada dibelakang jok untuk menyetir.
Ia terus memasukan tangannya kedalam. “awwww...” jeritnya saat tangannya terhimpit dibawah jok mobil.
Yuki benar-benar lelah, ia menelentangkan(?) tubuhnya berusaha mengatur nafas yang memburu.
“kau sedang apa??” tanya seseorang yang tiba-tiba sudah berada diatas tubuh Yuki, wajahnya dan wajah yuki hanya terpaut 5 cm.
“willy??”
“suamimu..lebih tepatnya..”
“stefan??? Apa kau stefan???”
“hahhh...senangnya bisa mendengar kau memanggilku dengan sebutan itu.”
Yuki tersenyum senang, ingin rasanya ia memeluk laki-laki dihadapannya ini. Tapi sayang tangannya masih terhimpit dijok mobil.
“kenapa tiduran disini?? Bagaimana kalau ada orang jahat yang melihatmu seperti ini??”
“sebenarnya, tanganku terjepit.” Jujur yuki melirik nasib tangannya.
“ckckck.. kau ini...” stefan membantu yuki menarik tangannya.
Dan..terlepas. yuki dan stefanpun beranjak dari posisi mereka.
“kau mencari apa??” tanya stefan.
“cincin kita... stef.... cincin kita.. aku menghilangkannya.” Yuki terlihat begitu panik. “aku bersumpah, aku selalu memakainya dijari manisku, aku tak pernah melepaskannya bahkan cincinmu pun selalu aku kalungkan dileherku.” Jelas yuki panjang kali lebar.
“hei..” stefan memegang wajah yuki dan menatap matanya yang terlihat memerah itu.
“jangan panik.. aku tak marah, sebenarnya..kau mencari ketempat yang benar, hanya saja kau terlambat beberapa hari untuk menyadarinya.”
“maksudmu??” tanya yuki tak mengerti
“kau ingat, saat kita dinner 2 hari yang lalu...”
Yuki mengangguk.
“aku menemukan sesuatu dijok mobilmu, sesuatu yang mengingatkan aku akan semuanya...”
“hah??”
Perlahan stefan menundukan badannya, ia berjongkok tepat dihadapan yuki lalu mengambil sesuatu dari kantong jaketnya, sesuatu yang berwarna merah hati.
“stefan...”
Stefan membuka kotak itu, terlihat cincin bertahtakan berlian putih. Sungguh berkilau. Ini dia... cincin mereka, cincin pernikahan mereka. Tapi....ada yang berbeda.. kali ini cincin itu...memiliki ukiran dibagian dalamnya. Ukiran bertuliskan bentuk love dan disampingnya ada kata FOREVER.
Yuki menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, ia sungguh senang. Sungguh terharu, air matanya mengalir. Air mata kebahagiaan.
“WILL YOU MARRY ME??? AGAIN???” tanya stefan memegang erat kedua tangan yuki.
Yuki tersenyum dalam tangisnya. Ia mengangguk semangat. ‘i will, always will...”
Dengan segera stefan memeluk yuki, istrinya. Mereka berdua sama-sama tersenyum dalam pelukan hangat yang lama tak mereka rasakan.
“Vati kembali little prince... dia kembali.... dia menepati janjinya.” Gumam yuki dalam hati.
“i love you honey...” bisik stefan ditelinga istrinya.
“i love you more...”



------------------------------------THE END---------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar