Minggu, 16 Juni 2013

Setetes Embun Cinta Ajeng


 
Setetes Embun Cinta Ajeng..


Siapakah yang mampu hidup tanpa cinta??
Perempuan mana yang bisa membangun singgasana rumah tangganya tanpa cinta??
Tak ada!! Kecuali manusia yang hidup tanpa hati dan nurani. Seperti pelacur yang biasa hidup nista dan mendustakan cinta. Bahkan seekor merpati yang tiada dikaruniai akal pikiran menerima pasangan hidupnya atas dasar cinta. Tuhan menciptakan makhluk-Nya disemesta raya ini juga karena cinta. Matahari, rembulan dan bintang pun bersinar karna cinta. Sungai mengalir karena cinta. Angin bertiup karena cinta. Pohon berbuah karena cinta. Bunga-bunga bermekaran karena cinta. Segala benda dalam alam raya tunduk patuh menyembah Allah juga atas dasar cinta. Lalu kenapa selalu saja ada yang mengusik hukum cinta??
Gadis cantik itu masih terduduk diatas sejadahnya. Kedua matanya terpejam, dari dua sudut matanya keluar tetesan bening seperti embun. Ia mengambil kertas putih yang berada tak jauh dari jangkauannya. Sekali lagi ia membaca sepucuk surat penting dari ayahnya itu. surat yang membuatnya kehilangan gairah untuk hidup, surat yang membuat ia membenci dirinya sendiri, surat yang rasanya seperti mendapatkan vonis hukuman masuk nereka selama-lamanya. Padahal, beberapa hari lagi ia akan merayakan hari terindah dalam hidupnya, hari dimana ia diwisuda menjadi seorang Dokter.
Surat itu datang dan langsung menghancurkan semua kebahagiannya..
meluluhlantakan mimpi-mimpinya yang selama ini sudah ia kejar..
andai saja surat itu bukan dari ayahnya..
andai saja surat itu tidak seperti itu isinya..
andai saja orang yang disebut dalam surat itu bukan Raka.
Sekali lagi, gadis cantik itu memejamkan matanya.
Sakit, perih.. bagaikan belati yang tepat menghujam ulu hatinya.
“Mampukah aku melihat ayah terus menjadi budak, tanpa kemerdekaan..
Tidak!!! Aku tak mampu, dan Aku tak mau menjadi anak durhaka.” Lirihnya.
Namun dengan memenuhi isi surat itu, apa bedanya dengan menceburkan diri sendiri kedalam kolam yang penuh dengan buaya. Hidup akan terhina dan sengsara selamanya. lalu.. apa bedanya ia dengan seorang yang melacurkan diri?? Menggadaikan jiwa raganya untuk menebus materi delapan puluh juta demi kemerdekaan sang ayah.
“celakalah aku, aku akan melacurkan diri sendiri dengan kedok pernikahan.” Ia meratap sedih.

Gadis itu Ajeng, seorang gadis cantik yang berasal dari sebuah desa di Sidempuan. Gadis berjilbab ini telah kehilangan ibunya sejak ia masih kecil, ibunya sakit. Mengakibatkan sang ayah harus pontang panting cari uang untuk pengobatan ibunya. Ayah begitu mencintai ibu. 2 bidang sawah ayah jual hanya untuk berobat ibu, rumahpun ayah gadaikan. Masih kurang... ayah akhirnya meminjam uang pada seorang mucikari yang akhir-akhir ini telah masuk islam. Tak ada yang tau apa kedok mucikari itu masuk islam. Yang jelas dialah yang telah banyak membantu ayah.

Sejak kematian ibu, Ajeng tinggal bersama Uminya yang tak lain adalah sahabat baik dari ibunya. Umi adalah orang yang baik, ia begitu menyayangi Ajeng selayaknya anak sendiri. Umi tak pernah membentak bahkan berkata kasar pada Ajeng, hanya ada kasih sayang dengan tutur yang lembut dari Umi. Kalau bukan karena pengorbanan dan kerja keras Umi ia takkan pernah bisa sekolah sampai menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi seperti ini. Bahkan dalam hitungan hari Ajeng akan diwisuda jadi seorang Dokter. Sungguh kebahagiaan yang tak terkira atas kerja kerasnya bersama Umi. Sejak ia datang kerumah yang cukup besar itu, Ajeng hanya tinggal bersama Umi dan Yudha, anak Umi yang sekarang sedang kuliah DiKairo. Suami Umi meninggal saat Yudha lahir. Yudha merupakan anak yang pintar dan Soleh. Berkat kepintarannya ia mendapat beasiswa untuk sekolah ke Kairo, Yudha sekarang sudah hampir menyelesaikan S3nya. Ia bahkan sudah pernah keliling dunia karena kepintarannya. Inggris, Amerika, Australia, Brazil, Istanbul (Turki) dan masih banyak lagi.
Untuk biaya hidup sehari-hari Umi hanya berjualan makanan ditoko-toko, terkadang Umi juga mau menerima pesanan orang. Dewasa ini, Ajeng membantu Umi untuk mencari uang. Yaitu dengan cara menjadi guru Private. Kamar Yudha yang sudah lama tak dihuni dimodif jadi sebuah kelas kecil yang cukup nyaman. Penghasilan yang lumayan untuk membeli segala keperluan Ajeng dan sisanya dapat ditabung.
--------------------------------------------------------------------------

ADA UDANG DIBALIK GANDUM, ya... ternyata KEBAIKAN sang mucikari itu tidak Cuma-Cuma, melihat Ajeng yang tumbuh dewasa degan paras yang cantik, soleha, baik, sopan terlebih ia adalah satu-satunya anak yang bisa mendapatkan beasiswa diJakarta karna kepintarannya, sang mucikaripun melamar ajeng untuk putranya, RAKA. Inilah imbalan yang ia minta untuk menebus semua hutang-hutang ayah Ajeng. Dasar!!! Dari awal gerak-gerik laki-laki tua itu memang mencurigakan. Dan sekarang semuanya terjadi, tentu saja Ajeng tak mau dinikahkan dengan Raka, yang benar saja... siapa yang mau dinikahkan dengan laki-laki yang hampir saja merenggut kesuciannya saat mereka masih duduk dibangku sekolah dasar. Dari kecil saja pikirannya sudah sepicik itu, apalagi sekarang.. gayanya yang sok preman dan paling berkuasa membuat hati Ajeng tertutup rapat. Tak ada kesempatan, mungkin hanya mukzizat dari Allah-lah yang dapat merubah sudut pandang Ajeng tentang pria yang hendak dinikahkan dengannya itu. apalagi 2 bulan yang lalu setelah ajeng berkunjung ke Sidempuan ia mengetahui suatu kenyataan pahit. Indah, satu-satunya sahabat Ajeng di Sidempuan menjadi seorang pelacur karena RAKA, awalnya Indah diberi embel-embel kalau Raka akan menikahinya, hallow Indah... Itu RAKA, percaya dengannya sama saja dengan menlimakan tuhan. Semua kata-katanya adalah dusta. Dan benar saja, setelah semuanya diberikan Indah Raka malah cuek bebek, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Hhuhh.. dasar laki-laki bejat, habis manis sepah dibuang, ehh..abis dibuang, dipungut lagi, teruss dijual..#tega hembb.. nggak kebayang gimana perasaan Indah kalau tau sahabat terbaiknya jadi nikah sama Raka. Pastilah hidup ajeng akan menderita. Tersiksa lahir dan bathin.
“Tak bisakah aku menikah dengan seorang laki-laki yang lebih bersih??? Yang bisa jadi imam untukku dan keluargaku???” bisiknya pelan.

Semenjak surat itu datang, Ajeng menjadi gadis pemurung yang selalu mengunci dirinya dikamar, mencoba berfikir untuk menemukan jalan keluar atas segala beban pikirannya. Ajeng tak mampu untuk bercerita pada siapapun, apalagi Umi. Ia tak mau membuat Umi bersedih memikirkan masalahnya, sudah cukup ia merepotkan Umi selama ini.

-------------------------------------------------------------------------------------
Siang itu, Umi mengajak Ajeng untuk menjemput Yudha dibandara. Yudha pulang.... kakak Angkat tersayangnya itu kini pulang..... pulang untuk dua hal, pertama. Karna Yudha telah menyelesaikan sekolahnya dan telah mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Dan Kedua karena Umi mau menjodohkan Yudha dengan gadis cantik, anak sahabatnya.
“kau gadis yang sangat beruntung Mbak Lia. Andaikan aku seberuntung dan secantik dirimu.” Lirih Ajeng setelah mendengar penjelasan Umi tentang perjodohan antara kakaknya Yudha dengan Mbak Lia.
“kenapa Ajeng?? Kenapa kau bicara seperti itu?? kau itu gadis yang sangat cantik anakku, sejatinya kau lebih cantik dari Lia bahkan kau juga sangat cerdas. Kurang beruntung apa lagi nak?? Apa yang membuatmu tak sempurna?? Apa yang kurang?? Apa ada yang kau inginkan?? Cerita pada Umi, kalau Umi mampu. Umi pasti akan memenuhinya.” Kata Umi lembut sambil membelai kepala Ajeng yang tertutup Jilbab berwarna cream.
“Maafkan ajeng Umi, maaf bila kata-kata ajeng menyakiti hati Umi. Sesungguhnya bukan itu maksud ajeng, ajeng hanya merasa iri pada Mbak Lia. Mbak Lia bisa mendapat suami yang baik, Saleh, setia dan bertanggung jawab seperti kak Yudha, sedangkan Ajeng???” Kata-kata itu menggantung begitu saja.
“Ajeng juga pasti akan mendapatkan suami seperti itu, seperti kak Yudha. Percaya sama Umi.” Umi tersenyum manis mengusap lembut pipi chubi Ajeng.
Ajeng hanya tersenyum tipis.
“semoga Umi, Ajeng pun berharap demikian. Seperti kak Yudha bukan Raka.” Gumam Ajeng dalam hati.
Kepulangan yudha memang mebuat Umi sangat bahagia. Anak lelakinya itu benar-benar gagah dan tampan, bahkan senyumnya sangat memikat, nada bicaranyapun enak, bacaan Al-Qurannya saat mengimami sholat maghrib sangat indah dan enak didengar.
“yudha belikan jilbab sutera asli dari Turki untuk Umi dan dek Ajeng. Yang ini untuk dek Ajeng, dan yang ini untuk Umi.” Kata yudha memberikan bungkusan kecil kepada dua orang paling berarti dalam hidupnya itu.
“Wahhh,, subhanallah kak. Indah sekali.” Ujar Ajeng langsung memakai Jilbab itu menutupi jilbab putihnya. “Gimana?? Bagus nggak??”
Umi tersenyum melihat Ajeng.
“Dasar orangnya sudah cantik ditambah dengan jilbab dari Turki itu. yaaaa... luar biasalah hasilnya. Kau seumpama bidadari yang turun dari surga Ajeng. Cahaya pesonamu mengalahkan cahaya yang dipantulkan oleh mentari siang hari.” Sahut yudha.
Seketika wajah Ajeng merona mendengar pujian kakak angkatnya itu, kakaknya memang suka berpuitis. Entah mengapa, Ajeng sangat suka dengan pujian-pujian kakaknya yang seperti ngegombal itu.
“Huuuhh...” hela yudha. “siapakah gerangan pangeran yang akan menikmati kesejukan cahayamu? Siapakah dia yang akan berbahagia mendapatkan kesucian jiwaragamu? Alangkah bahagianya dia!!.” Lagi-lagi Umi tersenyum mendengar perkataan Yudha yang terdengar seperti orang kasmaran. lain Umi lain Ajeng, Ajeng justru merasa seperti tersengat kalajengking saat mendengar kata-kata terakhir yudha. Air matanya kembali jatuh membasahi pipi putih dan mulusnya. Yudha melihat ajeng menitikan air matanya.
“loh?? Ajeng kenapa?? apa kata-kata kakak salah?? Apa barusan kakak menyinggungmu??” tanya yudha pelan.
“Tidak kak, Ajeng justru senang mendengar pujian kakak. Makanya Ajeng menangis.” Kata Ajeng Menyeka air matanya.
“Baguslah kalau begitu, sebagai imbalan karena pujian kakak tadi.. maukah dek Ajeng membuatkan nasi goreng spesial besok, sudah lama kakak tak menikmati makanan itu.”
Ajeng tersenyum. “Beres Bos!!”
Yudha kembali memberikan oleh-olehnya kepada Umi juga Ajeng. Ada tas tangan yang ia beli diParis, Liontin Kristal dari Italy, Cincin cantik dari Turki beserta sandal kulit putih gading yang modis. Dan Kebaya khas malaysia. Oleh-oleh terahkir yang Yudha berikan adalah sebuah gaun pengantin khas Turki yang sangat indah untuk Ajeng.
“Ini kakak belikan spesial untukmu Dik. Untuk kau pakai suatu saat nanti, ketika kau jadi pengantin.” Kata Yudha tersenyum.
“indah sekali kak, rapat menutup aurat dan islami. Sepertinya kau sangat mengetahui seleraku. Terus... untuk calon istri kakak mana??” tanya Ajeng.
“jangan khawatir, ada kok.”
“ya sudah, cukup ngobrolnya.. besok kita lanjutkan. Hari sudah larut nih.” kata Umi memegang pundak kedua anaknya.
“nahh lohhh... aku tidur dimana dong?? Kamarku kan jadi kelas?? Masa’ aku tidur dikelas?? Bu guru harus kudu tangung jawab!!!” Rajuk Yudha pada Ajeng.
Ajeng tersenyum tipis.
“malam ini Ajeng tidur sama Umi, Yudha tidurlah dikamar Ajeng.” Seloroh Umi yang kemudian berlalu kekamarnya.
“Ya sudah kak, selamat beristirahat yah. Semoga kakak merasa nyaman dengan kamarku.” Kata Ajeng beranjak dari duduknya. “dannn.... tenang saja, Bu guru akan tanggung jawab kok. Kelas itu akan jadi kamar kakak lagi, besok..” Ajeng tersenyum manis.

Jam menunjukan pukul tiga dinihari, Yudha bangun dari tidurnya. Membasuh diri dengan segarnya air wudhu berniat untuk sholat Tahajud, Ajeng yang mendengar suara Yudhapun ikut terbangun, tak tau kenapa, ia ingin sekali ikut sholat berjamaah bersama sang kakak. Diam-diam Ajeng makmum dibalik pintu kamar Yudha. Lantunan ayat suci yang Yudha baca sungguh indah, begitu merdu dan tartil. Yudha dan ajeng sama-sama larut dalam ayat-ayat yang mereka baca. Keduanya menangis menghadap Allah. Hati merekapun tak henti-hentinya bertasbih. Apalagi Ajeng, ia sungguh terisak. Berharap Allah akan memberikan petunjuk atas segala masalahnya. Yudha menghentikan tasbihnya saat mendengar isakan tangis, perlahan ia beranjak dari sujudnya dan membuka pintu kamar. Seketika ia terhenyak melihat Ajeng duduk diatas sejadah dengan menutup mukanya dengan kedua tangan. Yudha tersentuh dengan apa yang dilihatnya, perlahan yudha kembali ketempatnya semula dan melanjutkan tasbihnya.
“Dik Ajeng!!” panggil Yudha dengan suara halus.
“Ya Kak!!” Jawab Ajeng dengan suara bergetar.
“masih mau makmum??”
“Insyaallah.”
Yudha tersenyum. “sekarang witir dua rakaat lalu satu rakaat.”
Dan mereka berdua kembali bersujud dihadapan Allah.

****
“nanti siang, ayah dan kakakmu akan datang kemari.” kata-kata umi berhasil menghentikan acara sarapan Ajeng.
Ajeng terdiam membisu, matanya kembali berkaca-kaca. Ayah pasti mau menjemputku pulang ke Sidempuan, apa aku akan segera dinikahkan dengan lelaki bejat seperti Raka??? Apa hanya sampai disini kebahagiaanku??? Bagaimana ini?? Lirih ajeng dalam hati.
“Ajeng bisakan jemput ayah sama kak Fathir?? Soalnya mereka lupa jalan menuju rumah kita.” Lanjut Umi.
Ajeng tetap tak bergeming, ia diam seribu bahasa. Yudha menatap adik tersayangnya itu curiga. Pasti ada hal yang sedang difikirkan ajeng, sesuatu yang berat....
“iya umi, ajeng bisa kok. Nanti yudha temenin.” Sahut Yudha memecah keheningan yang tercipta ulah diamnya ajeng.
Umi tersenyum. Selesai sarapan pagi mereka bertiga duduk manis diruang tamu, melanjutkan cerita-cerita seru yang sempat tertunda semalam. Selesai mengobrol, Umi duduk disamping Ajeng lalu mengusap lembut kepala anak kesayangannya itu.
“Umi sangat menyayangimu nak, Umi mohon jangan pernah tinggalkan Umi, tetaplah disamping Umi sampai Allah memanggil Umi, umi mau kamulah yang akan merawat dan menemani Umi dihari tua umi nanti.”
Ajeng kaget mendengar kata-kata Umi barusan, bagaimana ini??? Kenapa Umi harus bicara seperti itu??? apa yang harus ajeng katakan pada Umi saat nanti ayahnya datang dan membawanya pergi, jauh dari Umi. “Insyaallah ya Umi.” Lirih ajeng.
Yudha kembali tersenyum melihat keakraban Umi dan Ajeng.
Siang harinya, yudha dan ajeng berangkat menuju terminal untuk menjemput ayah dan kak Fathir. Diperjalanan, air mata Ajeng terus saja mengalir dengan tatapan kosong yang menerawang jauh keluar jendela mobil. Yudha menghentikan mobilnya dipinggir jalan.
“Ajeng, kakak merasa kau sedang menyimpan masalah yang kau sendiri tidak kuat menanggungnya, kau telah menyembunyikan sesuatu dari kakak, kau sedih dan kau tak mengakuinya.”
Ajeng tetap diam, hanya suara sesenggukan tangis yang keluar dari bibirnya.
“kalau kau menganggap kakak ini orang lain, ya sudah kau pendam saja masalahmu itu. kakak hanya ingin melihatmu bahagia, kau tau Umi sangat menyayangimu, bila kau bahagia Umipun bahagia. Apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu bahagia bila kakak sendiri tak tau masalah apa yang sedang menimpamu saat ini.”
“aku memang punya masalah kak.” Akhirnya hati Ajeng luluh, ia mau buka suara untuk segala masalahnya.
“masalah apa?? Udah kasih tau Umi??”
Ajeng menggeleng pelan. “Ajeng tak mau meyusahkan Umi kak.”
“apa kakak boleh tau masalahnya??”
“dengan satu syarat.”
“apa?”
“jangan beri tau Umi atau siapapun.”
“baiklah.”
Ajeng lalu menceritakan perihal surat ayahnya secara teperinci, tentang siapa Raka dan Bapaknya lengkap. Ajeng terisak kembali, meluaplah segalanya. Mata Yudha berkaca-kaca mendengar penuturan adik angkatnya itu. adiknya memang sedang dalam masalah yang serius.
“Ajeng perlu bantuan kakak.”
“apa??”
“bilang pada ayah untuk menolak lamaran Raka dan Bapaknya.”
“terus.. kalau kakak ditanya alasannya gimana??”
“katakan kalau Ajeng sudah punya calon sendiri. Pokoknya bicara menurut bahasa kakak aja deh, kakakkan pinter ngomong jangan sampai melukai hati ayah. Dan.. ajeng akan berusaha untuk mencari uang 80juta itu sebelum tanggal jatuh tempo.”
“ajeng, kalau boleh kakak bertanya. Bagaimana kau akan dapatkan uang sebanyak itu?”
“terus terang ajeng sama sekali tak tau kak, nanti akan ajeng pikirkan lagi. ajeng tak mau merepotkan siapapun dlm hal ini.”
“maaf jeng, kakak tak bisa berbohong.”
“ayolah kak, berbohong untuk kebaikankan tidak apa-apa.”
“tidak bisa Dik.”
“please kak!! Apa kakak rela kalau Ajeng jadi istri seorang Mucikari?”
“baiklah,  kakak akan menolongmu, tapi ada dua syarat?”
“Apa itu??”
“pertama, kau harus mencucikan pakaian kakak. Dan kedua, kau harus memijit kakak nanti malam.”
“kalau untuk sekedar mencucikan pakaian kakak sih Ajeng tak keberatan, lagian setelah kakak menikah nanti, istri kakaklah yang akan mengerjakan semua itu. tapi... kalau harus memijit... maaf kak ajeng tak bisa, kakak lupa ya.. kita kan bukan mahram.”
“kakak tidak lupa, nanti malam kakak akan pakai jaket supaya kulitmu tidak menyentuh kulit kakak. Dan..pijatnya juga diruang tamu saat kita mengobrol dengan ayah dan kakakmu beserta umi. Tapi kalau dik Ajeng tak mau, ya sudah kakak juga tak mau menolongmu!”
Ajeng hanya geleng-geleng kepala, dulu waktu masih kecil memang ia sering sekali memijit kakaknya itu. tapi setelah mereka menginjak bangku sekolah menengah atas. Ajeng tak pernah lagi bersentuhan dengan yudha.
“Hanya nanti malam saja kan??”
Yudha mengangguk.
“baiklah, ajeng setuju.”
“bagus.. kalau begitu kakak akan membantumu untuk bicara pada ayah dan kakakmu.”
Ajeng tersenyum, yudha menatap wajah adik angkatnya dengan seksama menyebabkan Ajeng tersipu. Dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanan untuk menjemput ayah dan kakak ajeng.

Kedatangan Pak Ari dan Fathir disambut hangat oleh Umi. Lama mereka berbincang sambil mengenang almarhumah Bu Tia, ibunya ajeng. Ajeng cukup tenang karena sampai saat ini ayahnya tak mengungkit masalah pernikahannya dengan Raka. Selesai makan siang, mereka semua berkumpul diruang tengah. Kembali berbincang dan pada akhirnya Pak Ari pun mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu untuk menjemput Ajeng. Umi sempat syok, bagaimana tidak.. anak yang sudah dianggap anak, dibesarkan, dididik dan disayang dari kecil sampai hampir menjadi dokter hendak diambil begitu saja. Siapa yang rela???? Tapi umi sadar, mungkin tugasnya untuk menjaga ajeng sudah selesai, tak salah bila orang tua ajeng ingin mengambil anaknya. Dengan berlinangan air mata umi mencoba bijak, memasrahkan semuanya pada Ajeng. Ini hidup ajeng dialah yang berhak untuk memilih. Tetap tinggal atau pulang bersama ayah dan kakaknya dan segera dinikahkan.
Ajeng hanya diam tertunduk, ia tak mengeluarkan sepatah katapun ketika ditanya ayah dan Umi. Berkali-kali ditanya berkali-kali pula ajeng diam. Ia hanya bisa berharap kakaknya, yudha dapat segera mengeluarkan suara untuk menolongnya.
“ayo kakak, bicara pada ayah!!!” gumam ajeng dalam hati sambil sesekali menyenggol kaki kakaknya yang saat itu memang duduk disampingnya.
Yudha juga diam, mungkin ia sedang merangkai ribuan kata untuk menolong adiknya. Mencari berbagai macam alasan untuk menolak secara halus permintaan ayah ajeng.
“kakak...” lirih ajeng dengan suara pelan dan terdengar oleh siapapun. Ajeng kembali menyenggol kaki yudha, yudha masih saja diam.. hadehhh.. mungkin kakaknya lagi kehilangan sinyal, makanya pemikirannya jadi LOLA (loading Lambat).
“ayolah ajeng, bicaralah nak!! Umi akan terima semua keputusanmu.” Kata Umi membelas kepala Ajeng.
Mata ajeng pun berkaca-kaca, keringat dinginnya mulai keluar. Yudha pun berdehem.
“Boleh ananda bicara pada pak Ari dan Umi??”
“Silahkan nak yudha. Silahkan..kita kan memang sedang musyawarah.” Sahut pak Ari.
“Begini. Ananda bicara atas nama kemaslahatan dua keluarga. Sebelumnya dik Ajeng pernah mengutarakan masalah ini pada ananda. Baik selama ananda dirumah maupun diluar negeri, kami tak henti2nya untuk saling berkomunikasi. Sebenarnya dik ajeng ingin sekali pulang kekampung halamannya, berniat untuk berkumpul bersama keluarga besarnya dikampung. Tapi.. disini, dik Ajeng sudah memiliki calon sendiri untuk dijadikan pasangan hidup. Mereka berdua saling mencintai, hubungan merekapun sudah lama terjalin. Dik ajeng tak pernah berbuat maksiat dengan cintanya, dia hanya mencintai dengan sewajarnya saja. Laki-laki itupun sangat mencintai dik Ajeng, mungkin dia bisa mati bila ia tidak bisa memperistri dik ajeng. Ananda hanya berharap bahwa pak Ari dan Umi mau merestui hubungan dik Ajeng dan orang yang dicintainya, bagusnya lagi kita bisa menyegerakan pernikahan mereka. Saya berani menjamin bahwa orang yang dicintai dan mencintai ajeng adalah orang yang baik, soleh, bertanggung jawab dan akan berjuang sekuat tenaganya untuk membahagiakan Ajeng. Sebab saya tau cinta mereka tulus. Itu menurut pendapat ananda.”
Muka pak Ari pucat, begitupun Umi.. bagaimana bisa ini terjadi?? Anak kesayangannya menjalin hubungan dengan seorang laki-laki tanpa sepengetahuannya.
“Anakku, apa benar yang dikatakan kakakmu yudha barusan??” tanya Umi halus.
Ajeng mengangguk, mata Umi kembali berkaca-kaca. Kecewa, itulah yang Umi rasakan. Anak yang sudah ia anggap anak tak pernah bercerita tentang orang yang dicintainya, masalah sepenting ini?? Tak sekalipun ajeng membahasnya didepan Umi, apa ajeng tak percaya Umi?? Apa Umi tak berarti dalam hidup ajeng?? Segelintir pertanyaan2 muncul dibenak Umi.
“Siapa dia anakku?” tanya Umi mencoba tegar dan menyingkirkan segala pikiran negatifnya.
Ajeng bingung, ia sama sekali tak punya jawaban.. ya iyalah orang ajeng tak pernah jatuh cinta dan menjalin hubungan spesial dengan laki-laki sebelumnya. Haduhhh... ayo kak Yudha, ini semua skenario yang kau buat, jadi kaulah yang harus menuntaskannya. Ujar ajeng dalam hatinya. Jantungnya berdetak kencang, peluh mengaliri wajah cantiknya, mukanya pun pecat dan tubuhnya bergetar.
“Umi, Umi tau sendirikan kalau Dik Ajeng ini sangatlah pemalu untuk masalah seperti ini. Kalau boleh biarlah ananda saja yang menjelaskan siapa orang yang dicintai dik Ajeng. Namun sebelumnya ananda minta Umi tidak marah bila mendengar namanya, apa umi mau berjanji tidak akan marah?? Karena ananda takut Umi akan marah.” Kata Yudha.
“baiklah Umi berjanji tidak akan marah.”
“nama lengkap lelaki yang dicintai dik Ajeng dari dulu hingga sekarang adalah Muhammad Yudha bin Dharma Wijaya.”
“APA??? Jadi yang dicintai dan mencintai Ajeng itu kau sendiri Yudha??”
Semua mata tertuju pada Yudha, termasuk ajeng. Mereka Terkejut mendengar pengakuan yudha, ajeng sendiri tak habis pikir. Kakaknya mampu bersandiwara sampai seperti itu, membelanya gila-gilaan. APPLAUSE buat kak Yudha!!!
“Benar Umi, kami saling mencintai. Aku sangat mencintai dan menyayangi dik Ajeng demikian pula sebaliknya.”
“Bukankah cintamu pada Ajeng hanya sebatas cinta kakak pada adiknya yudha?? Bukan cinta sepasang kekasih.”
“Tidak Umi, aku mencintai Dik Ajeng seperti yusuf mencintai zulaikha, aku mencintai dik ajeng seperti romeo mencintai juliet atau seperti Nabi Muhammad mencintai Aisyah. Aku telah berkata sejujur2nya Umi.”
“Ajeng??” panggil Umi berharap ajeng buka suara.
“Be..be..benar Umi, apa Umi lupa.. kalau kami bukan kakak adik, kami bukan mahram. Kami saling mencintai namun tak pernah melakukan hal-hal yang menodai kesucian diri, hati dan jiwa.”
Pak Ari dan Umi sempat bicara memperdebatkan pembicaraan barusan, yudha berusaha semaksimal mungkin membujuk Pak Ari dan Umi agar mau merestuinya. Bahkan Fathir yang sedari tadi diam ikut buka suara, membantu yudha agar ayahnya dan Umi mau merestui hubungan adiknya dan Yudha. Lebih baikYudha dari pada Raka. Pikir fathir. Akhirnya Pak Ari pasrah, sekarang terserah Umi.
“Umi, ananda mohon.. apa saling mencintai itu dosa?? Apa cinta kami salah?? Perasaan itu datang dengan sendirinya Umi, masuk begitu saja terpanah tepat didalam hati.. apa Umi rela kami menderita?? Apa Umi tak melihat kesedihan dik Ajeng beberpa hari ini?? Dia menangis Umi, dia khawatir dan ketakutan akan kehilangan orang yang sangat dicintainya. Adik Ajeng itu sangat mencintai dan menghormati Umi sehingga ia tak mampu mengatakan isi hatinya, sebab orang yang dia cintai adalah anak laki-laki umi satu-satunya. Percayalah Umi, Dik Ajeng adalah menantu terbaik buat Umi.” Desak Yudha dengan nada serius.
SUMPAH!!!! Akting kak Yudha keren, kalau jadi aktor terus masuk HOLLYWOOD dijamin deh piala AMERICA MOVIE AWARDS bakalan dibawa pulang semua sama dia. Dengan sadar kalau lawan main filmnya saat ini begitu serius ajeng pun mengimbanginya. Dengan lantang ia mengakui cintanya pada yudha. Membuat Umi mnyadari satu hali, saat ini ia sedang menghadapi gelombang cinta yang begitu besar dan tak terkalahkan.

Umi luluh, karena cintanya yang begitu besar pada kedua anaknya.. Umipun merestui hubungan yudha dan ajeng. Pak Ari masih diam, sejujurnya dia sangat bahagia anak gadis satu2nya akan menikah dengan orang yang benar. Tapi..tak dipungkiri rasa khawatir itu juga menyeruak dihatinya. Hutang delapan puluh juta itu??? apa yang akan dikatakannya pada sang mucikari...
Umi menanyakan perihal rencana pernikahan yudha dan ajeng, dengan tegas yudha mengatakan kalau dirinya sudah membuat rencana yang matang sekali, dan akan segera melangsungkan akad nikah. DEGGG.... hati Ajeng berdesir, AKAD NIKAH??? Apa kakaknya sudah gila?? Apa kakaknya sedang dirasuki roh halus? Apa kakaknya tidak sadar tengah berbicara seperti itu dengan siapa?? Ajeng melirik yudha, disaat yang sama yudha pun melirik ajeng. Lirikan mereka bertemu. Yudha mengerdipkan mata sambil tersenyum. Ajeng hanya diam. Hmmm... pokoknya kalau ada masalah besar setelah ini yang bertanggung jawab adalah kakaknya, yudha.
“Kapan rencananya Yud??”
“secepatnya, saat Umi, Pak Ari dan kak Fathir sudah benar-benar merestui dan mengikhlaskan hubungan kami.”
“Umi sudah ikhlas lahir bathin anakku.”
“Bapak juga ikhlas lahir bathin.”
“Umi dan ayah saja sudah ikhlas lahir bathin, apalagi aku.. tentu saja.. akulah yang paling ikhlas adikku tersayang akan menikah dengan pemuda baik seperti dek Yudha.”
“Alhamdulillah, kami sangat bahagia mendengarnya, Dik Ajeng... kau sudah mantap lahir bathin kan dengan rencana pernikahan kita?” tanya yudha menyentuh pundak Ajeng.
Hati ajeng bergetar hebat, apa maksudnya ini?? Kenapa kakaknya bicara seperti itu, apakah ini juga bagian dari skenario kak Yudha??
“kenapa kau ragu adikku?? Apa kau menyangsikan cintaku padamu?? Apa kau ragu akan niatku untuk membahagiakanmu??”
Mata Ajeng berkaca-kaca. “kau sungguhan kak?? Atau..ini hanyalah sebuah sandiwara” tanyanya terisak.
“ini sungguh dan serius. Kita akan menikah, tinggal bersama mereda masa depan bersama dengan penuh cinta. Kita juga akan membesarkan anak-anak kita dirumah ini. Apa kau tidak mau??”
Tangis Ajeng meledak. “apakah benar kita akan menikah kak??”
Pak Ari, Fathir dan Umi menangis, mereka terharu menonton kisah cinta dua orang sejoli yang akan segera bersatu ini. Sungguh kebahagian yang sangat besar. namun apakah mereka tau kalau ajeng menangis bukan karna masalah itu, ajeng hanya bingung.. mencari kepastian dari kakaknya.
“kak yudha, jelaskan padaku.. apa artinya ini?? Kakak sedang bersandiwara bukan??”
“Adikku Ajeng, dengarkan baik-baik ya! Sumpah demi Allah kakak sungguh2 hendak menikahimu. Kakak sangat mencintaimu, kakak tak bisa hidup tanpa dirimu hanya kau.. tak ada yang lain. Kakak mau kamulah yang jadi istri kakak, menjadi pendamping kakak selamanya menuju ridha illahi, kakak ingin kaulah yang melahirkan dan membesarkan anak-anak kakak. Kakak janji akan sekuat tenaga membuatmu bahagia. Ini bukanlah sandiwara lagi, ini serius.. apa kau mau mengarungi hidup dengan kakak adikku??” yudha menjawab dengan segenap perasaannya, kedua matanya basah.
Ajeng mengangguk tanda setuju. “Adik ikut kakak, adik percaya pada kakak.”
Perasaan haru, bahagia, cinta, optimis, surprise dan kaget berbaur jadi satu apalagi setelah mendengar pernyataan selanjutnya dari Yudha. Akad nikah akan kami laksanakan malam ini juga!!! #GUBRAKKKK bener-bener hobi buat kejutan nih kak Yudha.
“ananda sudah menyiapkan semuanya, penghulu, saksi, katering, KUA dan segala administrasinya. Bahkan ananda juga telah mengundang tokoh2 masyarakat, remaja masjid dan masyarakat dekat sini. Semuanya sudahdipersiapkan di Aula Islamic Centre, Umi. Setengah jam lagi acaranya akan dimulai, orang2 sudah menunggu disana, sebentar lagi akan ada 2 mobil yang menjemput kita, dan sebaiknya Umi, pak Ari, Fathir dan dik Ajeng segera bersiap-siap.. dik ajeng..pakailah gaun pengantin dari Turki waktu itu, berdandan yang anggun jangan berlebihan. Kakak juga mau bersiap-siap.”

Mereka semua bersiap-siap, ajeng hanya berdandan sedikit sesuai keinginan kakak yang dikagumi dan dicintainya itu. tidak dandan saja ajeng sudah cantik mempesona apalagi dandan. Ya pastilah hasilnya AMAZING!!! Saat sama-sama keluar dari kamar keduanya berpandangan sesaat lalu saling menduduk. Hati keduanya berbunga-bunga. Baru kali ini mereka berpandangan namun disertai perasaan sangat indah yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Malam itu, akad nikah berjalan dengan lancar dan penuh khidmat. Dalam acara sakral itu yudha kembali memberikan kejutan. Yudha memberikan mahar sebuah mushaf cantik yang ia beli di Kairo beserta uang tunai senilai 85 juta rupiah dan hafalan surah Ar Rahman.
Acara akad nikah yang indah itu selesai tepat pukul 10 malam, setelah semua hadirin memberikan ucapan selamat, dua pengantin dan keluarganyapun pulang kerumah. Mereka kembali duduk diruang tengah sambil berbincang-bincang. Yudha menceritakan semuanya, tentang persiapan yang telah ia lakukan, itu semua karena dulu yudha adalah ketua Remaja  Masjid, yudha juga punya banyak kenalan di KUA, sehingga mudah untuknya mempersiapkan semua itu. yudha juga menceritakan dari mana ia bisa mempunyai uang  sebanyak itu. itu semua adalah uang tabungan yudha selama ia kuliah ditambah uang selama ini dia bekerja paruh waktu. Bahkan dibank uangnya masih tersimpan 15 ribu poundsterling. Sungguh mencengangkan.... yudha juga bicara jujur pada Umi, Pak Ari dan fathir perihal kebohongannya bersama Ajeng diawal tadi. Umi, Pak Ari dan fathir hanya manggut-manggut mendengar penjelasan yudha. Yudha juga mengaku kalau dirinya mulai jatuh cinta pada ajeng saat ia pulang dari Kairo kemarin, apalagi setelah mengetahui kalau Umi sangat menyayangi ajeng, cinta itu tumbuh semakin besar. semuanya terharu mendengar penuturan yudha.
“kalau kau Ajeng, sejak kapan kau mencintai kakakmu si yudha ini??” celetuk Fathir.
“hemb..kalau dia kayaknya sejak pertama kali lihat aku dulu, sejak masih ingusan hehehe..” serobot yudha sambil tertawa. Semuanya ikut tertawa kecuali Ajeng.
“ihh kakak nakal!! Main tuduh aja. ajeng itu suka sama kakak sejak musyawarah tadi, saat kakak menyakinkan ajeng kalau kakak tidak bersandiwara dan sungguh-sungguh sama ajeng.”
Yudha hanya tersenyum. Sedangkan Umi menitikan air mata haru.
“Emm.nak Yudha, apa maharnya tidak terlalu besar??”
“Masya Allah, mahar itu tidak ada nilainya untuk seorang gadis soleha seperti dik Ajeng. Bagi yudha Dik Ajeng tidak bisa dinilai dengan materi atau apapun isi dunia ini.”
Ajeng kembali menangis, kali ini benar-benar tangis kebahagiaan mendengar perkataan suaminya. Ia merasa sangat dimuliakan dan dihargai.
“apakah masih ada yang ingin dibicarakan?? Saya capek sekali. Saya perlu istirahat.”
“memang sudah malam, lebih baik kita semua istirahat. Bersiap2 untuk menyambut wisuda ajeng besok.”
Umi, pak Ari dan fathir beranjak dari duduknya, yudha berbisik manja ditelinga ajeng.
“Yudha malam ini tidur dimana Bu Dokter? Kamar yudha ditempati ayah dan kakakmu. Masa yudha harus tidur diruang tamu. Bolehkah yudha tidur dikamar Bu Dokter??”
Ajeng tersenyum, dia tidak menjawab sama sekali. Ia hanya meraih kepala yudha hendak menciumnya. Yudha meletakkan telunjuk kanannya didepan bibir ajeng. “SsssSSssTtttt... jangan disini??” dengan gerakan cepat yudha membopong ajeng kekamar. Umi, pak Ari dan fathir hanya tersenyum geli menyaksikan kejadian itu.

Sampai dikamar, yudha meletakkan ajeng dan mendudukannya perlahan disisi ranjang. Yudha mengamati wajah istrinya itu lekat-lekat. Maha suci Allah yang telah mengukir wajah seindah ini. Bisiknya dalam hati.
“kakak capek??” tanya Ajeng.
“He eh..”
“Mau dipijit??”
“He eh..”
“kak, boleh adik minta sesuatu??”
“Boleh.”
“Adik tau kakak capek. Tapi adik minta, malam ini juga wisuda-lah adik menjadi seorang perempuan yang paling berbahagia didunia. Sebelum besok adik diwisuda menjadi sarjana kedokteran.”
“Maksud adik??”
Ajeng mengerdipkan mata.
Yudha tersenyum. “baiklah, kakak mengerti maksudmu. Tapi tolong kakak dipijit dulu dong biar agak segar. Setelah segar nanti kita sholat bareng dulu dua rakaat. Bermunajat kepada Allah SWT. Barulah kakak akan mewisuda kamu dan membawamu ketaman surga.”
“tapi nanti sholatnya jangan baca surat yang panjang-panjang yah kak. Baca surat pendek saja.”
“Lho?? justru nanti kakak malah mau baca surat Al Baqarah sampai selesai terus Surat Ali Imran.”
“Jangan Kak!!!” rengek Ajeng manja.
“kenapa??”
“Ahh kakak, nanti keburu pagi terus.. kapan dong kakak mau mewisuda aku.”
Yudha tersenyum, ajeng menatapnya dengan penuh cinta.
Malam itu purnama memancar terang..
Angin mengalir sepoi-sepoi..
Langit pun cerah..
Bintang-bintang bertaburan..
Sepasang kunang-kunang menari-nari diangkasa..
Dan kedua pasangan pengantin baru ini tampak bagitu indak memadu cinta....

-------------------------------THE END-------------------------------------


pernah baca? ya iyalah, ini kan mirip-mirip ehh mirip bener asli fix mirip banget kek pinang dibelah dua sama Novel dengan judul yang sama Setetes embun cinta... dohh saya lupa nama aslinya di tuh novel apaan pokoknya judulnya kek gitu deh :D hihihii gak maksud plagiat yaaaa.. cuma kebetulan file ini muncul lagi dilaptop saya, hohoho jadi saya post ulang deh, maap banget bagi yang merasa dirugikan :) hehehe ciyusss gak ada maksud apa-apa cuma mau menuhin blog saya doang kok ;) hihihihi tapi ini gak copas loh, ngetik sendiri nih walaupun idenya yang rada-rada copas sama penulis itu novel, doh saya lupa lagi nama penulisnya.. intinya gitu aja sih. :D bye.. thanks for visiting my blog ;)v
Selengkapnya...

Burung Merak

BURUNG MERAK



“Kevin... “ Panggil seorang gadis cantik dengan pakaiannya yang glamor diikuti oleh 2 orang gadis lagi yang tak kalah glamournya. “kita mau minta maaf sama loe, dan loe...harus maafin kita. Okeyyy..” Lanjut gadis tadi dengan gaya sombongnya.
“Apa?? Kalian minta maaf?? Ada apa nih?? owhh..gue tau, kalian pasti lagi ngerencanain sesuatu buat ngerjain gue lagi kan??” Kata Kevin menatap ketiga gadis itu sinis.
“What??” Seru salah seorang gadis disebelah kiri.
“Navy.....please..let’s me speak.” Kata gadis yang berada ditengah.
“okeyyy...” Navy mengalihkan pandangannya.
“Kevin, bisa nggak sih eloe jangan berfikiran negative mulu sama kita. Niat kita itu baik, kita sadar kita itu udah salah sama eloe. Kita tau sih, ya,,,, emang sifat kita selama ini tuh nyebelin banget. Kita janji, kita bakal berubah. Gimana?? Loe mau maafin kita??” terang Yuki, gadis yang berada ditengah2 berusaha bicara panjang lebar agar dimaafkan oleh Kevin.
“Aha.... yuki’s right, dan eloe harus maafin kita..karna kita itu jarang banget minta maaf kayak gini.” Kata Vebby, cewek imut dengan suara cemprengnya dan berada disebelah kanan Yuki.
Yuki menatap vebby sebentar.
“Keep silent veb..” Ucap yuki yang kemudian menatap Kevin lagi.
“Nggak, gue belum bisa maafin kalian.” Jawab Kevin mengalihkan pandangannya.
“WHAT????” jawab ketiga gadis ini serempak.
“Okey Kevin, gini deh..kita mau ngelakuin apa ajah yang loe suru. Asalkan loe mau maafin kita. Gimana??” Tawar yuki lagi sambil memainkan rambutnya.
“How’s that?? How’s that?? Are you agree Kevin??” Tanya Navy dengan logat kebule-buleannya.
Kevin terdiam, ia terlihat sedang menimbang pernyataan 3 gadis cantik nan glamour itu.

“Kevin.” Teriak seorang cowok dari arah parkiran.
“Stefan.” Kevin memanggil cowok yang ternyata bernama Stefan itu.
Stefan berlari menghampiri kevin.
“Ada apa Vin?? 3 cewek ini gangguin loe lagi??” tanya stefan merangkul pundak Kevin.
“Hellow... yang ada tuh eloe ganggu. Orang kita lagi ngobrol sama Kevin kok.” Kata Yuki menatap sinis Stefan.
“Ngobrol?? Loe ngobrol sama merak-merak aneh ini Vin??” tanya Stefan menatap Yuki tak kalah sinisnya.
“What??? Merak-merak aneh??” Vebby bertolak pinggang.
“Iya.” Jawab stefan singkat.
“ighhh...nyebelin banget sih loe.” Geram yuki.
“sama kan kayak kalian.” Balas stefan.
“hhuft...Yuki.. stay cool, entar make up-nya luntur.” Ujar navy sembari mengusap-usap bahu Yuki.
Yuki menarik nafas dan kembali menatap Kevin.
“All right, kevin... kita udah nggak tahan lama2 disini, well..gimana.. loe mau terima tawaran kita tadi??”
“tawaran apa Vin??” tanya Stefan.
Kevin hanya diam.
“Gue nggak tau.” Kata Kevin seraya pergi menghilang dari pandangan.
“Vin tungguin.” Stefan ikut2an pergi mengejar Kevin.
“ighhhh.. tuh cowok nggak tau diuntung banget yah, seenaknya ngegantungin kita kayak gini.” Navy menghentakkan kakinya kesal.
Ketiganya pun pergi dari tempat itu.

Yuki, navy, dan vebby.. 3 cewek paling cantik dikampus, bisa dibilang mereka ini trio primadona sih. Diantara mereka bertiga Cuma Yuki yang otaknya encer alias pinter, dan yuki juga yang paling kaya. Selain cewek paling cantik sekampus, mereka juga cewek2 paling jail dikampus, setiap hari ngerjain orang dan orang terakhir yang mereka kerjain adalah Kevin. Cowok miskin, nggak modis, biasa-biasa ajah, tapi otaknya yang super encer patut diacungin jempol. Kevin ini punya 2 sahabat baik. Pertama Stefan, cowok ganteng, cool, kaya, lumayan pinter, nggak sombong, peduli banget sama orang2 miskin. Bisa dibilang nih cowok hampir menuju kata PERFECKT tapi sayang, kayaknya nih cowok nggak pernah tertarik deh sama yang namanya cewek, abis..dia nggak pernah keliatan jalan berdua sama cewek kecuali Chika. Kedua Chika, cewek miskin, penampilan biasa-biasa aja, lumayan cantik, otaknya juga encer, dan Chika ini ketua senat dikampus. Kevin sama Chika itu adalah anak beasiswa. Bisa sekolah dikampus ini karna otak mereka.
Harusnya sih si Chika nggak dapet tuh beasiswa, karena kemampuan otaknya masih berada dibawah Yuki. tapi berhubung Yukinya nggak minat buat berebut tuh beasiswa jadi dianya ngalah deh #alesan.
Yuki tinggal sama neneknya dirumah yang super duper gede kayak istana, kedua ortu yuki ada diJepang biasa ngurusin bisnis. Panggilan Yuki untuk nenek tersayangnya itu ‘Nenski’, singkatan dari Nenek Yuki. sedangkan ‘papski’ dan ‘mamski’ adalah panggilan kesayangan Yuki untuk papa dan mamanya yang artinya juga sama ‘papa yuki’ dan ‘mama yuki’.
Ibunya kevin kerja sebagai pembantu dirumah yuki, hemb..karena ibunya Kevin cerita ke Nenski tentang ulahnya yuki ngerjain Kevin, Nenski jadi murka abis sama yuki. cucu semata wayangnya ternyata berprilaku tidak baik, harus dididik, agar nggak malu2in keluarga. Nenski ngajuin tantangan ke Yuki, kata Nenski dalam waktu sebulan Yuki harus udah dimaafin sama Kevin. Kalo nggak dimaafin artinya Yuki harus Get out dari rumah gedenya itu. #Plakkkk..sungguh terlalu tuh nenek-nenek.

Berbagai cara udah Yuki jalanin supaya dapet maafnya kevin, hemb..bener2 yah ni keluarga kevin cari gara2 banget sama Yuki. Yuki and the Geng “Navy with Vebby” bahkan udah nraktir Kevin tiap hari, diperlakuin kayak pembantu lagi sama Kevin. Disuru bawain barang2 dia, mijitin badan dia, ngelapin motor Vespa butut tahun 70an dia yang nggak banget itu, ngelapin sepatunya yang dekil abis plus bolong-bolong. ampe lebaran monyet juga nggak bakal bersih tuh sepatu, kita tawarin beliin sepatu baru dianya nggak mau. Emang aneh bin ajaib tuh orang.
Susah banget buat Kevin maafin yuki and the geng, soalnya Yuki udah buat Kevin malu abis didepan anak-anak kampus, bayangin aja Kevin dipakein baju cewek yang super duper sexy warnanya ping lagi terus disuru kelilingin kampus sama Yuki. itu semua akibat karena Kevin udah berani2nya bilang suka KeYuki. Untung aja masih ada Stefan sama Chika.

Minggu ke2 dalam usaha Yuki mendapatkan maaf dari seorang kevin, Kevin yang kayaknya keasikan banget ngerjain Yuki and the geng mulai berubah. Ia jarang banget ngumpul bareng sama stefan dan chika. Ia lebih memilih nyiksa nih cewek2 cantik dengan berbagai cara jitu yang udah dipikirin dari jau2 hari alesannya sih supaya nih cewek2 kapok. Chika nggak tahan sama sikap Kevin yang menurut Chika udah sama persis kayak Yuki and the Geng dulu akhirnya memilih untuk jauhin Kevin dan nggak mau ngomong lagi sama Kevin. Kevin mulai ngerasa ada yang hilang dari hidupnya dia.

Suatu siang, saat yuki and the geng lagi ngelapin sepatu butut bau bin bolong2nya kevin.....
“Udah..panggilin yuki dong, gue mau dia yang bersihin sepatu gue.” Perintah Kevin ke Vebby.
Dengan langkah gontai Vebby mundur kebelakang.
“Yuki, sibos manggil loe tuh.”
“apa?? Gue?? Ini kan giliran siNavy, kok gue sih??” protes Yuki.
“Bos yang mau Yuki.” rengek Vebby.
“hhuft... arghhhh..” dengan kesal yuki beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Kevin.
Perlahan Yuki duduk dibawah sambil menutup hidungnya.
“ehhh...gue mau tanya dong. Menurut loe, Chika itu gimana sih??” tanya Kevin.
“Chika yah...embb...dia miskin.” Jawab yuki cuek.
“iya gue tau dia miskin, yang lain..”
“dia...berani mungkin.”
“Berani?? Maksud loe??”
“ya berani, dia itu berani tampil beda. Nggak dandan, terlalu biasa2 aja.” Jelas yuki dengan terus mengelap sepatu Kevin.
“Gitu yah.”
Yuki mengangguk yakin.
“Vin, loe suka yah sama Chika??” tanya Yuki melirik Kevin tajam.
Kevin hanya diam.
“Bener kan?? Loe suka sama Chika?? Terus, kalo loe suka sama chika kenapa waktu itu loe bilang suka sama gue??” Yuki duduk dikursi depan Kevin.
“waktu itu gue emang suka sama loe, sama chika sih biasa2 aja. Tapi..nggak tau kenapa kalo berada dideket Chika itu gue ngerasa nyaman banget.” Cerita Kevin.
“Iuhhhh...SO boring...” Ucap yuki sinis. “Bosen gue, kenapa sih kalo ngomongin cinta itu pasti ada kata ‘kalo dideket dia gue ngerasa nyaman’ Nggak banget.” Sambung Yuki.
Kevin Cuma senyum kecut melihat tingkah yuki.
“girls...” panggil Yuki.
Duo dayang Yukipun berdiri dikanan kiri yuki.
“Okeh Kevin, sekarang gue tanya. Loe bener suka kan sama Chika??” Yuki bertanya niat memastikan.
Kevin mengangguk pelan.
“Wow....thats good.” Kata yuki senang. “And well... kita punya kesepakatan buat loe, kita akan bantuin loe supaya loe bisa jadian sama chika, asalkan loe mau maafin kita. Gimana??”
“That’s a great idea dear.” Navy tersenyum.
“iya, gue setuju.”
“Perfeckt...”
“Aha....” seru vebby.

Yuki and the geng mulai merubah penampilan Kevin, Now...Kevin so handsome and he’s really really cool. Namun...ada apa sama Chika?? Chika malah tambah marah sama Kevin. Bener2 cewek aneh.
Yukipun memutuskan untuk mencari tau apa yang disukai dan tidak disukai sama Chika. 2 dayang Yuki pun diutus untuk mencari tau hal-hal itu sementara didalam kelas Yuki dan Kevin menunggu datangnya laporan.
Beberapa jam kemudian, vebby dan Navy datang.
“chika itu nggak suka makan daging, katanya sih kasihan sama hewannya.” Jelas vebby saat dirinya sudah duduk dihadapan Yuki dan kevin.
“Chika itu suka kucing.” Cetus Navy sambil melihat kuku2nya.
“Tau dari mana??” tanya Kevin.
“Ya..soalnya..nggak ada cewek yang nggak suka sama Kucing.” Jawab Navy dengan entengnya.
“Ohh my God,,, arghhh... and it back to me, Gue lagi yang harus ngerjain nih misi. Hhuhh.. payah loe berdua.” Dengan raut wajah kesal yuki beranjak dari duduknya dan berjalan keluar.
“Emang tadi loe kemana Nav??” tanya Vebby.
“Toilet.” Jawab navy terus melihat kuku2nya.
“sakit perut yah??”
“bukan, gue mau pake bedak. Soalnya make up gue luntur nyariin info tentang Chika.”
Vebby nyengir kuda. #Gubrakkkkkkk....

Sementara itu, didalam perpustakaan.. dari kejauhan terlihat Yuki tengah mengintai Chika yang sedang asik mencari buku. Karena terlalu fokus keChika, yuki nggak sadar kalo Stefan udah berdiri disamping dia dan ikut2an ngintai Chika.
“Serius amat?? Udah dapet info apa aja??” tanya Stefan menoleh keYuki.
“Iyalah serius, belum dapet apa2 sih. Namanya juga baru mulai.” Jawab Yuki masih tak sadar Stefan memperhatikannya.
Stefan mulai membalikkan badannya jadi menghadap Yuki, Stefan tersenyum melihat tingkah Yuki yang aneh udah kayak agen 007 ajah, SPYGIRL.
Sadar tengah diperhatikan Yuki menoleh, terkejut. Itulah ekspressi yuki saat ini. Melihat wajah Stefan tepat dihadapannya.
“Eloe?? Sejak..sejak kapan...” belum selesai yuki bicara stefan udah jawab aja.
“Dari tadi, dari awal loe mojok disini sambil meratiin Chika.”
“Gue nggak meratiin Chika kok.” Kata Yuki ngeles.
Stefan hanya tersenyum.
“dasar cewek aneh.” Stefan mengacak-acak rambut Yuki lalu pergi dari tempat itu. “Good Luck yah.” Tambah Stefan melambaikan tangannya tanpa berbalik.
“Ighhh..sok cool,,, tapi..ganteng,, embbbb..” Yuki menutup wajahnya sendiri. “Hhuft..fokus Yuki, back to target.” Yuki kembali mengintai chika.
Merasa dikuti terus akhirnya Chika menoleh, untung saja yuki cepat bersembunyi. Lama Yuki menunggu sampai saat dia mengintip Chika sudah ada dihadapannya.
“Ngapain loe?” tanya Chika.
“Nggak ngapa-ngapain kok.” Jawab Yuki gugup.
“Bohong, loe ngikutin gue kan?? Mau apa sih loe dari gue??”
Yuki terdiam.
“hhuft..nyebelin banget sih loe.” Seru chika.
“Nahhh..itu dia.” cetus yuki seolah mendapat ilham. “gue mau belajar dari loe.”
“Belajar?? Loe kan udah pinter?? Mau belajar apa??” Chika menatap yuki curiga.
“gue mau belajar supaya gue nggak nyebelin lagi.” Ucap yuki menunjukkan wajah innocentnya.
“Hah??” Chika terperangah. “loe pasti nggak bisa.” Kata Chika menyepelehkan.
“Takut yah??” tantang Yuki.
“Gue takut?? Sorry, buat apa. Lagian gue itu udah yakin, cewek glamour kayak loe itu pasti nggak bisa berubah.”
“let’s see...” Yuki tersenyum.
“Okeh. Ikut gue.”

Peraturan pertama yang dibuat Chika adalah Yuki and the geng nggak boleh make up dan pake baju yang berlebihan kekampus. Cukup pake jeans trs kaos beres deh. But,... bagi Yuki and the geng itu neraka banget tau nggak, tanpa make up?? Tanpa baju mahal yang dirancang khusus oleh designer ternama?? Tanpa barang2 bermerek?? Wow.... so impossible.
Pagi ini, semua mahasiswa termasuk stefan dan kevin lagi berada diaula kampus, dan kebetulan kalau hari ini ada acara bakti sosial gitu deh. jadi semuanya lagi persiapan supaya acaranya berjalan lancar. Seketika semua orang didalam aula itu terdiam sejenak, ribuan pasang mata kini hanya terfokus pada satu titik, dibibir pintu aula. Yuki and the geng?? Apakah itu mereka?? Gumam anak-anak kampus. Yuki, rambutnya diikat satu kebelakang kayak buntut kuda gitu deh, trs pakaiannya Cuma pake celana jeans panjang sama kaos oblong warna kuning. Navy rambutnya sih digerai tanpa bando, pita atau apapun itu hanya digerai. Pakaiannya juga Cuma celana jeans panjang sama kaos oblong warna biru. Sedangkan Vebby, rambutnya diiket satu sama kayak yuki, pake celana jeans panjang sama kaos oblong warna ping. Chika jalan menghampiri 3 gadis yang tetep cantik walaupun tanpa make up itu.
“Loe liat kan?? Kita bisa kok nggak dandan, kita juga bisa nggak pake barang2 mahal.” kata Yuki menahan tangis.
“okeh, gue akuin..satu kemajuan bagus buat kalian.” Kata chika berlalu pergi.
“Hikz..hikz...hikz... gue ngerasa telanjang...huahhhhhh...” Tangis Navy pecah tak terbendung lagi.
“emb...Princess bule wanna be jangan nangis yah.. hikz..hikz..hikz.. begitu sampe rumah kita bisa dandan dan pake baju bermerek lagi kok.” Kata vebby memeluk erat Navy.
“udah..pada ngeliatin apaan sih, ayo kerja lagi.” Perintah Chika.
Semuanya pun kembali keaktivitas masing2.
Yuki menyenderkan tubuhnya kedinding, matanya berkaca-kaca. Ia terus menunduk melihat lantai putih yang takkan pernah berubah warna itu.
Sumpah, ini tuh malu2in banget.. kekampus tanpa dandan?? Ohh NO... gue nggak berani liat kaca, pasti muka gue sekarang jelek banget. NICE, popularitas gue END sampe disini. Gumam Yuki dalam hati.
“Loe cantik kok kayak gini.”
Yuki mengangkat wajahnya. “Stefan??”
“tenang aja, popularitas loe itu nggak akan ilang hanya karna loe nggak dandan. Malah, menurut gue loe cantikkan kayak gini dari pada biasanya. Kalo kayak gini jadi keliatan lebih natural. Cantik banget.” Kata Stefan panjang lebar.
Tes...tes.tes... air mata yuki jatuh membasahi pipi.
“udah jangan nangis, khan udah cantik.. masa nangis sih?? Senyum dong biar cantiknya lebih keliatan.” Stefan menghapus air mata Yuki dengan tangannya. “Gue pergi dulu yah Burung Merak. Bye.” Sambung stefan mengusap kepala Yuki lalu berjalan pergi.
Navy dan Vebby menghampiri Yuki yang masih terdiam menatap kepergian stefan.
“kayaknya...si stefan suka sama loe deh.” kata Navy merangkul tangan Yuki.
“Iya My baby princess.. kalo loe jadian sama Stefan pasti kalian bakalan jadi Golden Couple deh dikampus ini.” Kata vebby sambil memegang kedua pipinya.
Yuki hanya tersenyum malu.
“Ehhh...kalian, ikut gue.” Kata Chika tiba2.

Chika berhenti disebuah tenda putih kecil, lalu mengambil 3 buah kardus.
“Sekarang loe bertiga bantuin kita buat nyari sumbangan.” Kata Chika kemudian.
“What??? Maksud loe, loe nyuru kita Ngemis gitu??” Tanya Yuki menatap sinis Chika.
“Bukan ngemis tapi minta sumbangan.” Jelas chika.
“sama aja. Nggak ada bedanya.” Cetus yuki sewot.
“terserah loe deh, owh iya satu lagi.. kalian harus pake blezzer ini.” Kata chika menunjukkan sebuah blezzer merah tua agak kecoklatan.
“Ini???” tanya navy mengambil blezzer itu dan mengangkatnya tinggi2. “nggak mecing banget sama kulit gue.” Lanjut navy.
“Siapa yang merancang baju ini?? Iuhhhh...warnanya, sama bentuknya itu nggak banget tau.” Ujar Yuki kesal.
“What ever, udah sana...cepetan nggak pake lama.”
“Embb..Chika, kardusnya ada yang warna ping nggak??” Tanya vebby polos.
Yuki dan navy langsung mendelik sebal kearah Vebby.

Yuki mulai mendatangi setiap orang yang lewat didepan kampus mereka sambil menjulurkan kardus itu. tanpa bicara, yuki hanya menyodorkan kardus dan memasang wajah galak. Seolah-olah mengatakan “Kasih duit nggak?? Kalo nggak ngasih abis loe gue telen.”
Karna takut akhirnya mau nggak mau mereka pun memasukkan uang kedalem kardus yang yuki bawa.
3 jam selesai..... Yuki and the geng terduduk lemas dikoridor kampus.
“Gue dehidrasi.” Seru Navy sambil mengipas2kan potongan kardus kearahnya.
“sama.” Balas vebby.
“Okeh guys, thanks yah.. sumbangannya banyak, besok lagi yah!!!” kata Chika mengambil kardus2 itu lalu pergi.
“Lagi???” ucap ketiganya serempak lalu kembali terkulai lemah.
“veb... take a softdrink for me.” Perintah yuki.
Tanpa basa-basi vebby langsung tancap gas.
“Nav... take a snack for me.”
“All right.” Navy ikut2an tancap gas.
“Hey..you...” panggil yuki kecewek yang cukup gendut.
“gue??” cewek itu berjalan mendekat kearah Yuki.
“Iya eloe. Beliin gue handuk kecil dong diminimarket sebelah. Gue keringetan nih.” Perintah Yuki.
“Duitnya??”
“Ya pake duit loe lah, kenapa?? miskin yah??? Udah cepetan beliin.” Bentak Yuki. “udah untung gue ajak ngomong.” Bisiknya lagi.
“Ehh..nggak usah.” Ujar stefan yang tiba2 muncul dan menyuruh gadis itu pergi.
Stefan menghampiri Yuki dan duduk tepat disebelah yuki.
“Sifat loe nggak berubah sama sekali yah.” Kata Stefan menatap serius mata Yuki.
“hmmbbb...kalo mau ceramah jangan disini deh, mending loe kemasjid noh.. banyak yang mau dengerin.”
“gue nggak ceramah, gue Cuma nggak suka aja sama sifat loe ini. Kenapa harus nyuru orang, loe punya tangan sama kaki kan?? Kenapa nggak digunain.” Cibir stefan.
“males ajah.” Jawab Yuki singkat.
Stefan geleng2 kepala. Lalu ia mengeluarkan sebotol minuman dingin dari blezzernya serta sebuah handuk berwarna putih.
“Ini softdrink buat loe.  dan...ini...” stefan memegang dagu yuki lalu mengelap semua keringat yang ada diwajah yuki dengan handuk putih itu.
Deg...Deg..Deg... jantung yuki berdetak nggak karuan. Ia terpaku diam tanpa kata menatap sorot tajam mata stefan. Stefan hanya tersenyum menatap mata Yuki yang kini berada dekat sekali dengannya.
“sayang yah elo bukan cewek gue, coba aja kalo loe cewek gue, udah gue ciumin tuh bibir, menggoda banget sih.” Kata Stefan mengerling nakal, berusaha menggoda gadis cantik dihadapannya itu.
Semburat merah semakin terlihat jelas di kedua pipi Yuki, dengan segera gadis cantik itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “RESEKKKKKK!!!!”
Stefan hanya terkekeh melihat tingkah gadis dihadapannya itu.

“Ehemb..ehemb...” suara chika sukses menghentikan kekehan stefan.
Keduanya tampak salah tingkah. Dan akhirnya stefan memilih untuk pergi menghampiri Kevin.
Hhuuu..si chika ganggu aja deh. protes Stefan dalam hati.
“bantuin gue.” Kata Chika dan langsung saja menarik tangan yuki.
Chika membawa yuki kegudang.
“loe tolong beresin baju2 ini yah, yah masih layak pakai tolong loe masukin kardus yang udah robek dimasukin kedalem keranjang itu. ngerti??”
Yuki mengangguk, kemudian chika pergi meninggalkan yuki sendiri digudang itu.
“hemb...” yuki menghela nafas. Tak lama navy dan vebby muncul untuk membantu Yuki. 2 jam berlalu dan hasilnya tarraaaaa..... semua baju sudah terbungkus rapi dalam kardus. Sementara yuki and the geng TEPAR. Semuanya tergeletak lemas dilantai gudang yang kayaknya bersih dan nggak berdebu itu, maklum kampus elit, gudangnya aja dikasih karpet.
Chika datang membawa beberapa orang.
“gimana?? Udah selesai??” tanya Chika.
Yuki hanya menjawab dengan anggukan saja.
“Okeh, good job.” Chika tersenyum. “Pak, kardus udah bisa diambil.” Lanjut Chika bicara sama laki2 tua disampingnya.
“makasih ya dek.” Ucap laki2 tua itu. “Rio.. tunggu disini ya nak, kakek mau ngangkutin baju2nya dulu.” Laki2 tua itu membelai lembut rambut seorang anak laki2.
“iya kek.”
Semua orang mengangkut habis kardus2 itu, navy dan vebby juga ikut2an bantuin tuh orang2 ngangkutin baju. Sekarang tinggal yuki dan anak laki2 itu didalam gudang. Anak laki2 itu mendekat keyuki, lalu menyalami tangan yuki dan menciumnya.
“makasih ya kak atas bajunya.”
JEDERRRRRR.... hati yuki bagai tersambar petir disiang bolong, perkataan anak itu benar2 menghujam tepat dihatinya, tak terasa air mata yuki jatuh membasahi pipi. Yuki tersentuh, terharu biru..

Yuki and the geng lagi duduk2 manis dikoridor kampus.
“hhuuu..sampai kapan sih kita pake baju kayak gini?? Nggak modis banget.” Keluh Navy.
“Iya,,, gue pengen dandan nih.” ujar vebby ikut2an.
“Girls...udah deh, stop it.. lagian, ini juga nggak terlalu buruk kok, untung kita masih bisa pake baju. Kalian nggak mikir apa anak2 jalanan diluar sana yang belum tentu punya baju buat dipake ganti2.” Jelas yuki kemudian berlalu pergi dari hadapan kedua dayangnya.
“Tuh anak kesambet jin apa?” tanya Vebby khawatir.
Navy hanya mengangkat kedua bahunya.

Yuki berhenti didepan kelasnya, ia melihat Kevin yang lagi termenung.. wajahnya begitu memelas. Sungguh kasihan. Yuki menghampiri Kevin dan duduk disebelahnya.
“Hay Kevin.” Sapa yuki lembut.
“Yuki.” Kevin sedikit tersenyum.
“Gue mau tanya boleh.”
“tanya aja.”
“gimana sih perasaan loe waktu gue sama anak2 ngerjain loe?”
“hemb,,,” kevin menghela nafas. “gimana yah, sedih, sakit hati, bingung, MALU. Dan loe tau nggak, gue sempet berfikir mau bunuh diri waktu itu. untung aja Chika selalu ada disamping gue dan nyemangatin gue. Kalo dia nggak ada, gue nggak tau deh nasib gue gimana.”
“Maafin gue ya Vin, gue udah jahat banget sama loe.” Yuki terlihat sangat menyesal. “Loe beneran mau baikan sama Chika??”
Kevin hanya mengangguk pelan.
“Okey... gue punya ide supaya loe bisa baikan lagi sama Chika.” Yukipun membisikan rencananya ke Kevin.

Keesokan harinya, kali ini masih dengan pakaian yang biasa yuki menggerai rambut hitam panjangnya. Saat memasuki halaman kampus dengan diantar sopirnya yuki turun dan menebar senyum manisnya.
Gadis glamour, sombong, jail, dan egois itu kini menjelma menjadi sosok gadis sederhana, ramah, dan murah senyum. Setiap orang yang bertatap muka dengannya disapa ramah. Benar2 terlihat lebih cantik dari Yuki yang biasanya.
Dilain tempat chika lagi asik dengan bukunya diperpustakaan. Seseorang datang dan berdiri tepat dibelakang Chika.
“Chika.”
Chika menoleh, cukup terkejut melihat sosok Kevin kini telah kembali. Kevin yang biasa2 ajah dan nggak banget.
“Kenapa??” tanya Chika.
“Gue nggak cocok pake baju gituan, tetangga gue pada bilang gue ini artis. Khan nggak enak.” Jelas Kevin tersenyum.
“Owhhh..” balas chika tersenyum.
“Embb..Chika, kalo penampilan gue kayak gini, kira2 ada nggak yah cewek yang mau jadi pacar gue??”
“pasti ada.”
“terus..mungkin nggak, cewek yang didepan gue ini mau sama gue??”
Chika menatap heran Kevin.
“Kalo gue bilang nggak mungkin, entar loe bunuh diri lagi.” Sindir chika.
“ya nggaklah, kalo gue bunuh diri gue bakalan masuk neraka. Dan itu artinya gue nggak bsa ketemu sama bidadari secantik loe lagi, khan bidadari kayak loe Cuma ada disurga.”
Chika tersenyum sedetik kemudian ia tertawa lepas, Kevin juga malah ikut2an ketawa.

“Yesss... gue berhasil.” Kata Yuki lompat2 dibalik rak buku melihat Chika dan Kevin yang kayaknya udah baikan.
Zrrrttttttttttttttttt.......yuki kepeleset. BRUKKKKK...
“Aw.....pantat gue.” Rintih Yuki.
“Makanya.... hati-hati dong.” Ujar seseorang dari belakang Yuki.
Yuki menoleh. “Stefan??”
Stefan jongkok untuk mensejajarkan tingginya dan tinggi yuki yang saat itu masih duduk karena terjatuh.
“makasih yah, udah balikin sahabat2 gue. Makasih karena udah buat mereka baikan.” Katanya seraya tersenyum.
Yuki tersenyum malu. “sama-sama.”
“bisa berdiri nggak??” tanya Stefan lembut.
Yuki hanya diam tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Stefan.
“nggak bisa? Gue gendong mau??”
Tentu saja Yuki ingin berteriak MAU!!! Tapi kan gengsi banget kalo teriak-teriak gitu didepan cowok kayak Stefan, entar dianya malah jadi ILFELL, kan gak lucu. Pura-pura kalem dikit mungkin bisa sedikit membantu. Pikir Yuki dalam hati.
“mau yaaa..” bujuk Stefan menatap Yuki.
‘Ini nih saatnya’ kata Yuki dalam hati sambil mengumbar senyuman paling manis yang ia punya. Lalu  menganggukan kepalanya pelan.
Stefan tersenyum melihat jawaban yuki, walaupun Cuma ngangguk doang. “good girl.” Ujarnya dan sedetik kemudian gadis cantik itu sudah berada dalam gendongan Stefan.

*stefan mau gendong kemana yah?? Tau deh.... soalnya ceritanya udah TAMAT.. dadah.....see you in the next story*

wkwkkwk gajelas lagi kan? i know!!!! otak saya lagi korslet(?) pemirsah *eh.. btw FYI, nih yeee ini cerpen gue terinspirasi sama filmnya TIKAM (titi kamal) yang judulnya Babe :D huhuhu maklum aja jadi kalo ceritanya sama, terusss...ini cerita juga pernah saya post diakun facebook, tapi bukan punya saya XD intinya ini real saya yang bikin bukan copas punya orang lain ya :p hope you enjoy it aja deh guys, once more.. sorry karena cerpennya aneh ;) maklum oke bye.
Selengkapnya...