Jumat, 20 April 2012

JODOH


“Mau nggak mau, kamu harus nikah sama gadis itu.” Bentak Pak Dharma, papanya Yudha.
“tapi pah, yudha udah punya pacar. Dan papa nggak berhak ngatur-ngatur hidup Yudha.” Jawab yudha yang ikut2an membentak papanya.
PLAKKKKK.....
Suara tangan Tante Natasya, Mama Yudha yang menampar keras pipi anak semata wayangnya itu .
“Yudha, yang sopan kalau bicara sama papa kamu.”
Yudha memegang pipinya yang memerah karena ditampar sang mama.
“Sekarang, masuk kekamar kamu!!!” Perintah mama, menunjuk kamar yudha yang ada dilantai atas.
Dengan menahan amarah yang sedang berkecamuk didalam hati Yudha naik keatas, menuju kamarnya.

Yudha dharma, seorang pengusaha muda yang kini tengah sukses-suksesnya menjalani karir sebagai Direktur utama disebuah kantor milik keluarganya. Sosok yang bisa dibilang sempurna ini mempunyai seorang pacar dari keluarga miskin, gadisnya ini hanya bekerja sebagai seorang pelayan direstoran kecil. 10 bulan mereka menjalin hubungan, semau baik-baik saja sampai saat orang tua yudha mengatakan kalau yudha akan dijodohkan dengan seorang gadis, anak dari sahabat baik papanya Yudha. Berulang kali yudha menolak, berulang kali pula pertengkaran mulut antara anak dan bapak itu tak dapat dihindari.

TOK..TOK..TOK.. suara ketukan pintu dari luar kamar yudha.
“Hhuft..” Yudha menghela nafas. “Masuk!!”
Mama yudha masuk kedalam kamar yudha, dan duduk disamping yudha yang saat itu sedang duduk diatas ranjangnya.
“Maafin mama yah, mama tadi nampar kamu.” Kata mama Yudha mengusap lembut kepala Yudha.
“iyah ma, nggak apa-apa. Lagian, itu juga salahnya yudha. Nggak seharusnya yudha bentak-bentak papa kayak gitu. Maafin yudha ya ma.”
Mama Yudha tersenyum.
“Yudha..”
“iya ma.”
“Yudha mau bahagia-in papa sama mama nggak??”
Yudha mengangguk.
“kalo gitu.. mama mohon sama Yudha untuk kali ini aja, kamu nurut yah sama papa kamu.”
“tapi ma...”
“Yud, mama sama papa juga keluarga gadis itu sudah membicarakan hal ini. Kita sepakat kalo kita akan ngasih waktu 1 bulan untuk kalian saling mengenal. Jadi, kamu mau yah..” bujuk mama yudha.
Yudha hanya diam, sejujurnya ia ingin sekali berkata TIDAK. Hanya karena melihat wajah sang mama yang terlihat begitu berharap, Yudha pun mengangguk pelan.
“Great, ya udah..mana HP kamu??” Kata mama Yudha dengan semangat 45nya.
“buat apa ma??”
“udah nggak usah banyak tanya, siniin..”
Yudha pun mengeluarkan Hpnya dari saku celananya, Mama Yudha terlihat mengetik sesuatu di HP yudha. Tak lama mama Yudha mengembalikan HP itu.
“No telpon sama Pin bb-nya gadis itu udah mama masukin keHP kamu, mama juga udah sms dia tadi. Dan sekarang... kamu pergi ketaman yang biasa mama suka ajak kamu yah. Bentar lagi pasti gadis itu datang dan nemuin kamu disana.” Kata mama Yudha antusias.
“Mah..Yudha...”
“udah sana....” mama yudha mendorong Yudha beranjak dari tempat tidurnya untuk keluar dari kamar.
Dengan berat hati Yudha keluar dari rumah dan melajukan mobil merahnya menuju taman. sesampainya yudha ditaman, ia melihat seorang gadis dengan rambutnya yang agak pirang panjang tergerai tengah membelakanginya. Gadis itu memakai kaos kuning dan celana jeans pendek sedengkul.
Yudha memperhatikan gadis itu dari ujung kaki sampai ujung rambut, cukup lama.. sampai akhirnya yudha memutuskan untuk menyapanya.
“AJENG...” panggil Yudha niat memastikan kalau gadis yang ada dihadapannya itu benar Ajeng.
Gadis itu menoleh, DEG... Hati yudha berdetak cepat. Wajah gadis itu putih begitu merona, walaupun tanpa make-up yang terpoles.
“Cantik.” Gumam yudha dalam hati.
“Loe yudha??” tanya Ajeng dengan suara lembutnya.
Yudha hanya mengangguk sambil ter senyum. Lama keduanya saling diam dengan jarak yang cukup jauh.
“Embb... jadi, mau ngapain loe ngajakin gue ketemuan??” tanya Ajeng membuka obrolan.
“Owhh..itu, tadi..nyokap yang nyuruh.” Jawab yudha terang-terangan.
“Oooo...gitu, ya udah.. kalau gitu gue pulang aja yah.” Ajeng mulai melangkahkan kakinya pergi.
“Ehh Ajeng..” panggil yudha menghentikan langkah Ajeng.
“iya, kenapa Yud??”
“Emmmm... karena udah terlanjur disini, kita jalan aja yah. Lagian.. gue juga bete dirumah terus. Loe mau??”
Ajeng hanya menjawabnya dengan senyuman.

Ajeng dan Yudha menghabiskan sisa hari itu bersama-sama, untuk sesaat keduanya kembali tertawa dan bersenang-senang melupakan masalah yang ada. Dalam sekejap keduanya pun menjadi akrab walaupun baru saling mengenal. Kini keduanya duduk berdekatan dibangku putih yang ada ditaman.
“yudha...”
“iya.”
“Apa loe udah punya pacar??” tanya Ajeng melihat wajah yudha.
Yudha mengangguk. “Loe sendiri?”
“Sama.” Ajeng tersenyum dan kini mengalihkan pandangannya kearah depan.
“Terus.. kenapa loe mau nerima pernikahan ini??”
Ajeng lagi-lagi tersenyum.
“karena gue udah capek.”
Yudha terlihat bingung dengan jawaban Ajeng. “Capek??”
“Iyah, sebenernya gue udah tau soal pernikahan ini dari beberapa bulan yang lalu. Banyak cara gue lakuin supaya ortu gue ngerubah keputusannya. HHMMM....dan sekarang, gue udah ngerasa capek nolak, gue capek bilang nggak sama ortu gue. Gue capek nangis, gue capek untuk semuanya. Jadi gue mutusin buat pasrah ajah. Gue yakin kok, tuhan udah ngatur semuanya. Tuhan tau yang terbaik buat gue dan tuhan tau yang terbaik buat eloe. Kalo emang kita udah ditakdirkan berjodoh sekuat apapun kita nolak dan bilang nggak akan percuma, gimana pun tuhan selalu punya cara buat nyatuin kita lagi. Tapi.. kalo jodohnya gue sama pacar gue dan eloe sama pacar loe, sekuat apapun rintangan dan halangan yang kita hadapi, kita akan tetep kembali sama mereka. Dan.. pada akhirnya, semua akan indah pada waktunya.” Jelas Ajeng panjang lebar tak ketinggalan senyuman manis yang selalu terukir diwajahnya.
Yudha hanya diam mencerna setiap perkataan Ajeng tadi.
“Loe juga harus yakin sama itu yud, Percayakan Jodoh loe sama Tuhan karna tuhan udah ngatur semuanya. Keep Smile yah.” Ajeng menepuk bahu Yudha pelan lalu beranjak dari duduknya.
Yudha masih diam tak mampu berkata-kata lagi, semua yang Ajeng bilang BENAR. Ajeng mulai melangkahkan kakinya pergi.
“Ajeng...” Panggil yudha yang telah berdiri menatap rambut pirang ajeng. “Mau kemana??”
Ajeng menoleh. “Pulanglah, udah sore.. dari pada nungguin loe yang masih bengong. Hihi.” Ajeng tertawa sambil menutup mulutnya.
“gue nggak bengong kok.” Kata Yudha membela diri. “Ya udah, gue anter loe pulang yah.”
“Okeh. Yuk..!!”
Akhirnya Yudha mengantarkan Ajeng pulang.

3 minggu terlewati, keduanya bertambah dekat. Perasaan nyamanpun mulai melanda hati masing2 dikarenakan seringnya menghabiskan waktu bersama minggu-minggu ini ditambah komunikasi yang hampir tidak pernah dilakukan lagi bersama pasangan masing-masing. Ajeng pun sering membantu Yudha dalam menghandle semua pekerjaan kantornya, jelas.. Ajeng adalah seorang gadis yang pintar lulusan salah satu universitas terbaik diDunia.

“Yudha...” panggil Ajeng yang saat itu tengah menyandarkan kepalanya dibahu Yudha.
“Hmbbb..”
“Loe kangen nggak sama pacar loe?”
Sungguh pertanyaan yang menghancur leburkan suasana. Pertanyaan macam apa itu?? tapi, benar juga.. sudah 3 minggu Yudha tak menghubungi pacarnya lagi, begitu pula dengan Ajeng. Bagaimana keadaan mereka sekarang?? Entahlah.. tak ada yang memberitahu. Semuanya terlupakan saat mereka tengah berdua, selama 3 minggu tak pernah sekalipun mengingat pacar masing-masing. Yang ada hanya berdua, hanya Ajeng dan Yudha.
Yudha tersenyum.
“iyalah jeng, loe sendiri??”
“gue juga.” Ajeng mengangkat kepalanya dari bahu Yudha. “Yud, kalo entar kita beneran nikah. Loe mau nggak janji satu hal sama gue.”
“Apa??”
“jangan pernah bawa cewek lain masuk kedalem rumah kita yah.” Kata Yuki ragu.
“hah?? emang kenapa??” Yudha menatap ajeng bingung diiringi senyuman manis dipipinya.
“Ya nggak, gue tau..kalo kita nikah itu bukan karna cinta kan?? Loe sama gue ketemu saat hati kita itu sama2 udah ada yang miliki, tapi.. gue ngerasa nggak enak aja kalo sampe loe ataupun gue bawa orang lain masuk kedalem rumah kita. Nggak apa-apa kan yudha??” Ajeng terlihat malu dengan pernyataannya itu.
Yudha tersenyum lalu mulai terkekeh geli.
“kok ketawa?? Emang ada yang lucu??” tanya Ajeng heran.
“iyalah ajeng.” Yudha menghentikan kekehannya. “Kok tiba2 loe ngomong gitu sih?? Aneh deh, owhhh.. gue tau.” Yudha terlihat nyureng, menaik turun kan alisnya. “Loe udah mulai jatuh cinta yah sama gue makanya loe nggak mau gue bawa cewek lain kerumah kita entar, karena loe cemburu. Iya kan?? Hayo ngaku!!” yudha mencolek dagu ajeng sambil senyum-senyum nggak jelas.
“ighhh.. apaan sih?? Gue cemburu?? Nggak mungkinlah, gue khan Cuma mau loe itu menghormati pernikahan kita aja. nggak lebih kok.” Kata ajeng menahan senyumnya keluar sambil mengalihkan pandangannya dari yudha, agar yudha tak melihat wajahnya yang memerah karna malu.
“halah, ngeles ajah. Bilang aja kali kalo udah naksir.”
“nggak.”
“iya.”
“nggak.”
“okeh, kalo nggak ngaku juga gue gelitikin nih.” ancam yudha.
Ajeng diam memalingkan wajahnya.
“ya udah.. 1..2..3.. “ Yudha mulai menggelitiki ajeng.
“ighhhh yudha, okeh.. jadi mau main gelitikan nih.”
Ajeng yang tak terima malah bales gelitikin yudha, merekapun tertawa.
---
Tak terasa, 4 minggu terlewati. 1 bulan tepat, pernikahan ajeng dan Yudha sudah disusun rapi oleh ortu masing-masing. Hari yang ditunggu-tunggu oleh ortu mereka itu datang, hari yang tak pernah terlintas dipikiran ajeng dan yudha itu kini benar-benar terjadi.
Yudha dengan kemeja dan celana putihnya terlihat sangat gagah nan tampan, sedangkan Ajeng memakai kebaya putih dan rambutnya yang disanggul rapi semakin membuatnya terlihat begitu langsing dan cantik.
“Loe cantik banget malem ini.” Bisik yudha ditelinga ajeng yang saat itu duduk disampingnya untuk melakukan ijab kabul.
Ajeng hanya tersenyum. “makasih.”

DREETTTT...DRETTTTT...DREETTTT... HP yudha bergetar lalu diikuti dengan nada deringnya.
Yudha mengambil Hpnya dan melihat pesan yang tertera dilayar Hpnya itu. Kaget, yudha nampak panik dan khawatir setelah membaca pesan itu.
“Gue harus gimana sekarang??” kata yudha dalam hati.
Ajeng melihat yudha gelisah saat janji suci pernikahan itu akan dimulai. Ajeng rasa ia tau apa yang membuat calon suaminya itu jadi gelisah. Perlahan ajeng menggenggam tangan yudha. Yudha menoleh ke ajeng.
“Pergilah...” Ucap ajeng lembut disertai dengan senyuman termanisnya.
Sungguh kata-kata yang tak pernah yudha bayangkan keluar dari mulut ajeng.
Yudha menatap ajeng heran. “maksud loe??”
“Gue tau yud, cewek loe pasti kenapa-kenapa kan?? Makanya.. pergilah!! Temuin dia, gue nggak mau pernikahan yang Cuma sekali gue jalanin seumur hidup gue ini terjadi kalau cowok yang jadi pendamping hidup gue ada disini tapi hatinya lagi ditempat lain. Udah sana, pergi.. biar gue yang ngasih pengertian sama ortu kita.” Jelas ajeng masih dengan senyuman manis terukir dipipi putihnya.
Yudha terlihat menimbang perkataan ajeng, ia melihat kedua ortunya lalu melihat ortu ajeng secara bergantian.
“gue nggak tau, kenapa saat gue ngomong gitu ke Yudha.. hati gue jadi sakit banget. Gue berharap yudha akan tetap disini, tapi..kayaknya itu nggak mungkin, yang gue tau yudha begitu mencintai pacarnya. Ya udahlah..” Ajeng bicara dalam hati sambil terus menunduk agar matanya yang merah karna menahan tangis tak terlihat orang banyak.
Yudha berdiri dari duduknya, membuat semua orang terkejut. Tapi tidak dengan ajeng. Ia tau ini akan terjadi. Ajeng semakin menunduk, tak dapat berbuat apa-apa lagi. Apa yang akan terjadi?? Apa pernikahan ini akan batal?? Pertanyaan itu langsung muncul dikepala setiap orang.

Loe juga harus yakin sama itu yud, Percayakan Jodoh loe sama Tuhan karna tuhan udah ngatur semuanya.

Kata-kata itu terngiang ditelinga yudha, ia menutup matanya sebentar.
“Gue yakin, tuhan tau jodoh yang terbaik buat gue.” Kata yudha dalam hati lalu membuka matanya.
Ia memasukan Hp kedalam saku celananya.
“yud, kenapa berdiri??” tanya mama Yudha.
“Yudha mau masukin HP mah, tadi ada yang sms.” Kata yudha tersenyum lalu kembali duduk disamping ajeng.
Ajeng terkejut mendengar perkataan yudha barusan. Ia menoleh kesampingnya, terlihat yudha tersenyum kearahnya. Tatapan ajeng begitu sendu seolah bertanya KENAPA YUD??
“Gue nggak akan pernah ninggalin loe, karena gue yakin.. jodoh gue yang terbaik udah diatur sama tuhan.” Kata yudha tersenyum sambil memegang pipi ajeng.
Pernikahan itupun terjadi. Binar-binar kebahagian terlihat dari keduanya saat janji suci telah terucap dan semua tamu mulai menyalami mereka dengan bermacam ucapan selamat.
Malam harinya, dikamar yudha dan ajeng. Keduanya terpaku dalam diam ketika dua-duanya sudah mengenakan baju tidur hadiah pernikahan dari ortu yudha.
“Emmbbb.. Yudha.”
“Iya.”
“makasih.”
“buat apa??”
“karna loe nggak pergi tadi.”
Yudha hanya tersenyum.
“Yud..”
“apa??”
“gue tau, loe pasti masih khawatir kan sama pacar loe itu.. sekarang loe boleh pergi kok yud, temuin dia. Dia pasti lagi ngebutuhin loe.” ajeng memegang bahu yudha sambil tersenyum.
“Ajeng..”
“gue nggak apa-apa.” Lanjut ajeng lagi.
“Ya udah.” Yudha beranjak dari duduknya dan mengambil jaketnya yang tergantung rapi dalam lemari.
Ajeng berjalan keluar kamar menuju balkon, sedangkan yudha sibuk bersiap-siap untuk pergi.
“Ajeng..” suara yudha terdengar dari belakang ajeng.
Ajeng menoleh.
“Yudha?? Kenapa belum pergi??” tanya ajeng.
“rentangin tangan loe!!” perintah yudha.
“hah??”
“cepet..”
Ajeng merentangkan tangannya, dengan cepat yudha memakaikan jaketnya ke ajeng.
“Loh?? Kok...”
“Loe itu sekarang istri gue, loe mau kan ikut sama suami loe ini??” tanya yudha menatap ajeng lembut.
Ajeng tersenyum. “Kemanapun loe yud...”
Yudha dan ajeng langsung pergi menuju rumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit.
Yudha menghampiri seorang ibu2 yang sedang menangis di\luar ruangan. Ibu2 itu menjelaskan semuanya ke yudha, Yudha dan ajeng pun memasuki ruangan itu. terlihat seorang gadis cantik tertidur lemas diatas kasur rumah sakit. Gadis itu membuka matanya dan melihat yudha. Ia tersenyum.
“yudha..” ucapnya lemah.
“Gimana keadaan loe??” tanya Yudha.
“lumayan.”
Lalu dia melihat ajeng muncul dari belakang tubuh yudha.
“Siapa dia yud??”
“dia...dia...dia Ajeng, dia istri gue Ta.” kata yudha meraih pinggang ajeng.
“a..a..apa?? istri loe??” tanya Arita, pacar yudha.
“iya.”
Ajeng yang merasa tidak enak mengganggu pembicaraan kedua orang ini memilih mundur dan berjalan keluar. Saat membuka pintu, yudha menahan tangannya.
“jangan pernah tinggalin gue.” Kata yudha menarik ajeng dalam pelukannya.
“yudha...” lirih Arita melihat sepasang suami istri itu.
Yudha menarik tangan ajeng untuk mendekat ke Arita lagi.
“Istri loe cantik yud, beruntung loe bisa milikin dia.”
 Yudha tersenyum.
“Nama loe ajeng kan??” tanya arita.
Ajeng mengangguk.
“Ajeng, gue titip yudha. Bahagia-in yudha yah.”
“Pasti.” Kata ajeng tersenyum memandang yudha.
Arita tersenyum pilu, tak tau apa yang dirasakannya sekarang. Pacarnya menghilang selama sebulan penuh tanpa kabar tanpa penjelasan, dan begitu kembali.. ia sudah membawa seorang gadis bersamanya. Bukan pacar, ataupun tunangan. Tapi seorang istri.
Selesai menjenguk Arita, kedua pasangan pengantin baru ini memutuskan untuk pulang kerumah.
Sesampainya dirumah. Ajeng melihat sosok yang dulu sangat dicintainya berdiri di depan pintu rumah.
Perlahan Ajeng dan yudha berjalan menghampiri sosok itu.
“Ajeng...” sapanya lembut.
Mata ajeng berkaca-kaca, ia ingin sekali menangisi keadaan ini.
“Siapa Jeng??” tanya yudha yang saat itu berdiri disamping ajeng.
“gue Bryan.” Jawab cowok itu. “Selamat yah jeng, maaf.. gue baru bisa dateng, soalnya gue baru dikasih tau sama sahabat-sahabat kita kalau hari ini adalah hari pernikahan loe.” lirih Bryan dengan mata yang memerah.
“bryan....” air mata ajeng jatuh. “maafin gue...”
Bryan kali ini tak dapat menahan dirinya lagi, ingin sekali ia memeluk erat gadis yang dulu menjadi kekesih hatinya itu. secepat kilat Bryan menarik ajeng kedalam peluknya. Yudha hanya diam melihat kejadian itu, entah mengapa yudha merasa gerah dengan apa yang dilihatnya sekarang. Perasaan marah, tak suka dan tak rela sang istri yang baru dinikahinya beberapa jam lalu dipeluk oleh cowok lain. Yudha mengepal keras tangannya, perlahan yudha mundur untuk menjauh. Baru saja satu langkah yudha mundur, ajeng memegang erat tangannya. perlahan Ajeng melepaskan pelukan Bryan.
“Maaf bryan.. sekarang, Cuma dia yang boleh peluk gue.” Kata Ajeng sedikit menarik yudha agar kembali berdiri disampingnya.
“Ajeng..” yudha menatap ajeng heran.
Bryan tersenyum.”Loe...” bryan menatap yudha. “jagain ajeng yah! Bahagia-in dia, dan jangan pernah loe buat dia kecewa atau nangis. Kalo sampe hal itu terjadi, gue akan balik lagi dan ngerebut dia dari loe.” lanjut bryan.
“tanpa loe pinta juga bakal gue lakuin kok.” Jawab yudha.
“ya udah, Ajeng...” bryan kembali menatap ajeng.
Ajeng menyeka air matanya yang sudah jatuh dipipi.
“gue akan pergi keluar kota, soalnya.. gue bakalan kerja disana nemenin nenek gue. Loe jaga diri baik-baik yah, kalo suami loe ini macam-macam loe telpon aja gue. Gue bakalan ngehajar dia habisa-habisan.” Canda bryan mencairkan suasana.
Ajeng tersenyum.
“gue nggak akan macam-macamin ajeng kok, jadi..loe nggak usah susah payah buat ngehajar gue.”

Bryan memegang pipi ajeng.
“selamanya, gue akan tetap mencintai loe. love you..” Bryan mengecup kening ajeng lalu berlalu pergi.
Yudha melotot melihat kejadian itu, sementara ajeng.. terus tersenyum menatap kepergian Bryan.
“wahhh..tuh orang ..bener-bener ngajak ribut yah, berani2nya dia nyium istri gue didepan mata gue sendiri.” Omel yudha.
Bryan menoleh. “sorry yah, itung-itung ciuman perpisahan. Bye..” teriak Bryan melambaikan tangannya, lalu menghilang dibalik pagar besar.
“cemburu yah??” ledek ajeng.
“Nggak tau.” Ujar yudha ngambek.
“hehehe... jelek tau kalo cemberut gitu. Masuk yuk.” Kata ajeng bergelayut manja ditangan yudha.
“nggak mau.” Ketus yudha.
“yahh..kok nggak mau sih??”
“bodok. Siapa suru tadi loe senyum2 pas dicium cowok itu.”
“owhhh.. ceritanya ngiri nih.. ya udah deh..” ajeng melepaskan tangannya dari tangan stefan. Lalu berdiri didepan stefan. “Now, tomorrow and forever i’m yours and my love is your mine.. love you my husband..” kata ajeng tersenyum memegang kedua pundak yudha. Dengan cepat ajeng mencium pipi kanan yudha.
Yudha tersenyum.
“I love you too my wife.” Kata yudha menarik ajeng dalam dekapannya.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar