Sabtu, 17 November 2012

Cerita versi Arti Sahabat part 3 (END)


Matahari muncul dan bersinar terang, pertanda pagi yang cerah diiringi kicauan burung serta langit biru yang begitu sejuk dipandang. Yuki datang kesekolah dengan begitu banyak warna biru melekat didirinya. Seketika Stefan yang melihat itu semua kembali teringat akan satu kalimat yang pernah dibacanya.
“suka banget warna biru.”
Yuki berjalan menuju kursinya, lalu duduk disamping stefan.
“Suka warna biru ya Ki?” stefan mengeluarkan pertanyaan itu begitu saja.
Yuki belagak tdk mendengar ia berbisik dalam hati.
“pasti mau marah-marah lagi, terus dia bakal bilang gini. Apaan tuh?? Biru?? Selera loe jelek banget sih, yang keren itu warna silver, warnanya kuat. Ini biru?? Norak! Pasti orangnya melankolis, sensi, suka ngayal, mudah tersinggung lagi. Erggggghh....males banget, mending diem aja deh.”
Yuki menghela nafas panjang. “Sabar.sabar...orang sabar disayang tuhan.” Gumam yuki mengulangi kata2 ampuhnya.
Stefan diam melihat pertanyaannya sama sekali tak digubris, ia mulai merasakan kembali kalau dirinya saat ini sudah persis sama seperti Max dulu. Yang hanya bisa mengamati Yuki dari kejauhan.
Pada jam ke4, Yuki terlihat panik. Stefan sedikit menguping pembicaraannya dengan Nina.
“Gue lupa bawa buku paket Bahasa Indonesia, gimana dong Nin?? Mana kelas lain nggak ada yang bawa. Jadi nggak bisa pinjem deh.”
“Waduh..loe sih, kok bisa lupa. Loe tau kan Ibu Manda itu Killer abis, bisa2 nih ya loe itu ditendang dari Indonesia keinggris. Soalnya menurut bu Manda anak2 yang nggak membawa buku Bahasa indonesia itu namanya nggak minat sama bahasa indonesia dan nggak mau jadi bangsa indonesia. Malah mungkin nanti loe disebut penghianat negara sama Bu Manda.” Jelas Nina.
“Aduh...kok loe malah nakut2in sih.”
“Yeeee..gue serius kali.”
“Hhuft..ya udah deh, doain aja ya Nin, supaya gue bisa ngelewatin pelajaran ini tanpa kena ceramah atau hukuman.”
“Amien....semangat yah yuki sayang, jangan putus asa. Gue yakin loe nggak bakalan apa2 kok.” Ujar Nina tersenyum.
“Makasih.”
Dengan lemas yuki kembali ketempat duduknya, stefan duduk disebelah yuki lalu melemparkan buku paket Bahasa Indonesia miliknya.
“Apaan nih?” tanya Yuki membuka suara untuk stefan.
Stefan tersenyum. “Pake aja.”
“Loe gimana?”
“udah...itu semua gampang, sekarang loe cariin gue buku paket lain. Tapi yang pake sampul yah.” Jelas stefan.
“Owhh.okeh.” Yuki tersenyum.
Tak lama yuki datang dengan buku paket pelajaran lain.
“Nih..” yuki meletakkan pelan buku itu didepan stefan.
“Stroberry??” Stefan melotot. “Ada pitanya lagi, loe gimana sih?? Kalo kayak gini caranya, sama aja loe itu langsung ngasih tau Bu Manda kalo ini bukan buku gue.”
“kata loe tadi yang penting pake sampul.”
“Iya nggak harus ada stroberry sama pita2nya juga kali Ki, mana warnanya Ping lagi. Ini tuh cewek banget tau nggak, kalo gue ini punya gelaja homo. Mungkin deh nih gue pake buku kayak ginian.”
“Nggak ada lagi Stef, bukunya Vebby warnanya merah ada love-lovenya, bukunya Nina gambar pelangi warna-warni, bukunya navy malah ada gambar Minnie Mousenya. Gimana dong?” jelas Yuki.
Stefan memandangi buku yang Yuki berikan tadi. “Ampun deh.!!!!” Kata stefan sambil geleng2.
Yuki tertawa lepas melihat prilaku stefan.
“Ketawa lagi...apanya yang lucu coba.” Ujar stefan kesal.
Yuki berhenti tertawa. Bu Manda datang, Yuki tampak cemas. Ia takut kalo stefan ketahuan.
“Ehhh..ekspresi muka loe jangan gitu dong, kalo kayak gitu  gue makin cepet nih ketahuannya.” Bisik stefan.
“Kamu...” tegur Bu Manda melihat kearah Stefan.
“Mampus gue.” Desis stefan.
“Coba buka buku kamu halaman 23, dan baca dari paragraf kedua sampai keempat.”
“Maaf bu, saya lagi sakit tenggorokan.” Alasan stefan.
“kalo begitu pelan2 saja bacanya.” Tambah bu Manda lagi.
Karena sudah merasa tersudut stefanpun memberanikan dirinya untuk mengaku. Percuma juga kalo mengelak kalo ujung2nya bakal ketahuan juga. Setengah jam pelajaran terlewat dengan ocehan panjang lebar dari bu Manda, dan diakhiri dengan bentakan menyuru keluar dari kelasnya. Yuki tertunduk, ia sungguh merasa bersalah. Stefan memegang tangan Yuki sebelum ia keluar dari kelas.
“Tenang aja, gue nggak apa2 kok.” Stefan berjalan pergi.
Setelah pelajaran usai, Yuki segera mencari stefan. Ia langsung berlari kekantin, ya..mau kemana lagi, orang stefan paling seneng nongkrong dikantin.
“Maaf yah stef, soal yang tadi.” Ujar Yuki dengan nafas ngos-ngosan.
“Ya udahlah, udah lewat juga kan kejadiannya.”
Yuki semakin merasa bersalah. “beliin gue somay sama es campur aja, biar muka loe nggak melas kayak gitu.” Kata Stefan ketika melihat ekspresi muka yuki.
“Okeh.” Yuki tersenyum senang.
Yuki memesan 2 mangkok somay dan 2 gelas es campur sembari berteriak. Keduanyapun tenggelam dalam obrolan tanpa sekat, pertama kalinya berdekatan tanpa ada pertengkaran pertama kali makan dikantin berdua, dan pertama kali merasa dekat satu sama lain.
Semenjak kejadian itu, Stefan seolah menjadi Pelindung untuk yuki. Bagaikan Bodyguard yang selalu melindungi Yuki dari segala ancaman yang ada.

Malam harinya, stefan melepas secarik kertas yang waktu itu pernah dibacanya diletakkannya kertas itu didalam meja belajar Max. Karena semua yang tertulis dikertas itu sudah terjadi tepat dihadapannya.
Yuki jauh lebih berharga, sebab dia adalah satu2nya kenangan hidup dari Max. Dan satu-satunya tempat yang tepat untuk Yuki adalah disebelahnya. Sampai semuanya terbayar. Setiap usaha Max. Setiap waktu yang dia habiskan. Setiap kesabaran sekaligus ketidak sabarannya. Setiap kecemasan dan harapannya. Dan segala yang terjadi didalam penantian yang panjang itu.
Stefan menatap kembali foto kakak tersayangnya yang sedang tersenyum itu.
“gue tahan cewek loe disebelah gue. Dan gue jamin, dia nggak bakalan bisa kemana-mana!”

***
“STEFAAAANNNNN.....!”
Stefan berhenti berjalan, ia menengok kebelakang.
“Lama banget sih datangnya, gue nungguin loe ampe kering tau nggak.” Kata yuki yang berlari menghampiri stefan.
“loe pikir tu bus gue bayar berapa, sampe2 gue bisa maksa supirnya buat ngebut. Lagian..ngapain juga loe nungguin gue ampe segitunya. Biasanya juga kan loe pergi sendiri.”
Yuki hanya meringis lebar, lalu segera menggandeng tangan stefan berjalan menuju gerbang sekolah. Karena sempat membaca artikel sang kakak, Stefan jadi tau kalo gerak-gerik Yuki ini menunjukkan sesuatu yang tidak wajar. Alias penyakit jailnya kambuh.
“siapa lagi yang loe isengin hari ini?”
“Kok tau sih, gue abis ngisengin orang.” Tanya Yuki melihat stefan.
“taulah, ketulis jelas tuh dijidat loe. ABIS ISENG.”
Yuki terkekeh geli. “Cuma Bella kok, abis..dia sombong banget sih. Mentang2 baru dibeliin tas sama bokapnya, pamernya nggak ketolongan. Ya udah..gue gantungin aja tasnya diatas pohon.”
“ya ampun...Yuki...gimana sih cara loe ngegantungin tasnya bella keatas pohon.”
“orang iseng, punya 1001 cara buat ngelakuin itu semua.” Yuki tersenyum.
Stefan hanya geleng-geleng. Sesampain dikelas, terlihat Bella sudah nangkring didepan pintu dengan aura jahatnya yang menyeramkan membuat yuki bergidik takut.
“H..Hai.Bela.” Sapa Yuki dan tersenyum manis.
“Nggak usah senyum2, ambilin tas gue sekarang juga.” Bentak bella.
Stefan yang melihat raut wajah Bella hanya bisa menahan tawa.
“Yuki..loe sih, udah sana ambilin.” Ujar stefan.
“Temenin...” rengek Yuki.
“Ya udah yuk.” Stefan menarik tangan Yuki.
“Hhuu..dasar tukang iseng.”  Ucap Bella geram.
Urusan dengan Bella pun selesai, tapi belum tuntas sampe disitu. Keisengan Yuki berlanjut keesokan harinya. Perlahan yuki masuk kedalam kelas yang udah mulai ramai itu dengan membawa sebuah amplop putih ditangannya. Dia menghampiri rombongan cowok-cowok yang lagi ngomongin acara bola semalem. Didalam rombongan itu juga ada stefan yang lagi ikut2an ngobrol.
“Pagi semuanya...” sapa Yuki halus.
“Wahhh...Yuki..tumben pagi2 udah nyapa kita, ada apa nih?” tanya Kenneth.
“Embbb..guys...” yuki sedikit berbisik. “Gue punya gambar telanjang!”
“apa?” tanya Rizky berbisik.
Semuanya menatap Yuki heran dan tak percaya, cewek seimut dan secantik yuki masa gini sih prilakunya.
“gue punya gambar telanjang.” Ulang yuki.
“Serius loe Ki? Ahh bohong loe yah.” Jojo menyeringai.
“beneran..nggak bohong kok, Hot nih...rugi kalo nggak liat.” Yuki mencoba meyakinkan.
Stefan hanya tersenyum sambil geleng2.
“ya udah deh, mana..mana...buruan gue mau liat.” Ahyar langsung mengulurkan tangannya.
“Nih..tapi jangan dibuka dulu yah, gue takut ketahuan. Pokoknya kalian nggak boleh bawa2 nama gue. Janji.” Ucap yuki lagi.
“Okeh..” jawab semuanya serempak tanpa ada suara stefan.
“Wahh..ternyata..loe rusak banget ya Ki.” Ujar Rizky.
“Loe ngatain gue rusak, tapi loe terima juga tuh gambar. Berarti kita sama aja dong rusaknya. Ya udah gue pergi dulu yah. Bye..” Yuki segera berlari keluar.
Stefan menatap Yuki dengan heran, nih cewek bener2 udah sinting yah.
Kerumunan cowok itu semakin merapat, Rizky merobek ujung amplop itu. perlahan ditariknya foto berukuran 3R dari dalam amplop, Dan..........JRENNGGGG... tak lama terdengar suara marah bercampur sumpah pemuda dari anak2 cowok itu.
“YYYUUUKKIIIIIIIIIIII.....awas ya loe.” Teriak mereka semua serempak.
Yuki tertawa keras, keisengannya berhasil lagi. Mendengar suara tawa yuki, mereka semua semakin kesal dan berlari keluar menyusul Yuki. stefan yang penasaran dengan gambar itupun membuka isi amplop itu. Seketika tawanya meledak keras. Yuki tidak berbohong. Dia benar2 membawa gambar telanjang. Tepatnya foto ayam telanjang. Ayam potong yang montok dan diatur posisi duduknya, satu pahanya menyilang diatas paha yang lain, kedua sayapnya diatur seolah sedang bertolak pinggang. Lalu difoto close up. Sambil geleng2 Stefan tertawa lepas.
Karena gagal mendapatkan Yuki, semua anak cowok itu kembali masuk kedalam kelas dan duduk dibangkunya masing2.
Tak lama ada pesan masuk diHP stefan.

Stef, gue udah bisa masuk kelas belum?
Stefan tersenyum.

Belum.
Balas stefan.

Yahhh..kok belum sih??

Iya nih, makanya jangan jail. Loe mau tau nggak, kata anak2 tadi...kalo loe sampe masuk kelas loe yang bakal mereka telanjangin.

Hah?? ya ampun..segitunya banget sih mereka, hhuuuh.. nggak ada jiwa humornya sama sekali, gitu aja pada marah.
Stefan tersenyum membaca sms dari Yuki.

Loe kelewatan sih jailnya, ya udah deh gue jemput loe yah. Loe sekarang dimana??

Dideket toilet cewek.

Okeh, tunggu yah.
Stefan menutup Bbnya lalu berjalan keluar.

Stefan datang menghampiri Yuki, “Hhuuuh...Eloe tuh yah...iseng banget sih.”
Yuki hanya menahan tawa, mereka berdua kembali kedalam kelas. Semua anak cowok menatap tajam keYuki.
“Hai..semua...gimana?? pahanya oke banget kan?? Montok dan seksi!” Goda Yuki saat berjalan menuju kursinya.
Semuanya geram, mereka semua merasa dongkol dan seperti orang blo’on yang bisa kena kejailan Yuki.
“Gue juga punya gambar telanjang lain, pada mau liat lagi nggak?” goda Yuki lagi.
Stefan melihat Yuki kesal. “Udah...bener-bener gue tinggal yah, gue pindah duduk nih.” ancam stefan.
“Ehh..jangan dong.” Yuki memegang tangan Stefan erat. “Peace ya guys..peace...kita damai. Khan damai itu indah. Okeh.” Yuki tersenyum kesemua anak2 cowok.

---------------------------------------------------------------------------------------
Pagi itu Yuki melangkah masuk kekelas tanpa semangat, hari ini sebenarnya yuki malas untuk pergi kesekolah. Karena tamu bulanannya datang, dan pastinya hari ini akan terjadi banjir bandang besar-besaran. Pelajaran Kimia, Matematika dan Fisika yang mempunyai jam khusus hari ini mengharuskan Yuki untuk sekolah.
Stefan sempat bertanya tentang keadaan Yuki yang lemas, tapi Yuki hanya menggeleng sambil tersenyum.
“Kenapa?? sakit yah??” Tanya stefan yang kemudian memeriksa kening dan leher yuki.
Yuki menggeleng pelan.
“kalo sakit, mending ke UKS aja. Mau gue temenin.”
Yuki kembali menggeleng.
Stefan menghela nafas. “Ya udah, kalo loe perlu apa2 bilang kegue aja yah.”
“Iya.” Yuki tersenyum simpul.
 Satu persatu pelajaran terlewati dan diSetiap satu jam sekalinya dengan rajin Yuki pergi kekamar mandi, stefan semakin heran. Saat sudah mencapai jam terakhir pembalut Yuki habis, ia bingung mau minta pertolongan siapa. Nina, sahabat baiknya pulang dijam ke6 karena neneknya sakit. Sedangkan yang lain seperti sibuk dengan urusan mereka masing2.
Bel sekolapun berkumandang, Yuki masih asik berfikir tentang meminta bala bantuan untuk pulang nanti.
“mau manggil Bella, tapi....nggak deh. gue kan pernah jail ma dia, entar kalo dia bales dendem gimana.” Gumam Yuki dalam hati. “vebby sama flury... gue kan nggak terlalu deket sama mereka, kalo mereka nggak mau gimana??? Hmmmm...Navy??? kira2..navy mau nggak yah? Coba aja deh.”
Yuki berhenti berfikir lalu melihat sekelilingnya, semua bangku telah kosong, hanya stefan yang masih duduk manis ditempatnya karena masih mencatat materi pelajaran dipapan tulis.
“Udah melamunnya??” Kata stefan tanpa menoleh.
“hah?? melamun?? nggak melamun kok, Cuma lagi mikir aja? Owh iya stef, kok kelas udah sepi sih??” tanya Yuki heran.
“iyalah sepi, orang udah bel dari 15 menit yang lalu.” Jawab stefan menutup bukunya.
“Yahhh..” yuki menunduk lemas. “terus...nasib gue gimana dong??” Yuki bergumam.
Stefan membereskan segala perlengkapan belajarnya kemudian memasukkannya kedalam tas.
“Loe kenapa Ki?? Kok duduk aja dari tadi. Mau pulang nggak??” Sapa stefan pelan.
“Mmmm..” Yuki menggigit bibirnya. Mukanya kembali pucat.
“Ada apa?” tanya Stefan khawatir. “gue tinggal yah?”
“Jangan....” kata yuki sedikit teriak.
“Makanya, loe ngomong loe itu kenapa?”
“Gue nggak bisa pulang.” Yuki memelas.
“Kenapa?? kehabisan ongkos yah??”
“Bukan itu...”
“terus...”
“Gue...Gue...Gue tembus.” Jawab Yuki lirih.
“tembus apa?” Stefan bingung, setelah beberapa menit berfikir apa makna kata “TEMBUS” itu, stefan baru mengerti. “Ups.!! Sori.sori, gue nggak tau.”
“Nggak apa2 kok.”
“jadi..sekarang gimana?? Emang tembusnya parah banget yah??”
Dengan menahan nafas, Yuki bangun dari duduknya dan berusaha melihat kebelakang roknya.
“Gimana?” stefan ikut2an harap2 cemas melihat Yuki.
Yuki lemas, ia menundukan kepalanya dan perlahan memutar tubuhnya, seketika stefan terperangah melihat rok putih yang yuki kenakan.
“I..itu...itu darah semua??” tanyanya takjub. “Gila! Loe nggak pingsan nih, ngeluarin darah sebanyak itu.”
“Argghhh..udah deh stefan, sekarang bantuin gue mikir. Gimana caranya biar gue bisa pulang.”
“Loe nggak bawa switter atau jaket gitu??” tanya stefan.
“nggak.” Yuki menggeleng.
“aduh..susah nih kalo kayak gini.”
Untuk sesaat. Keduanya diam, mereka berfikir keras. Akhirnya stefan punya ide. Ia mengendurkan tas ransel yang yuki pakai, cukup menutupi bagian yang terkena darah. Dan sisanya, stefan berjalan tepat dibelakang yuki untuk menutupi semua bercak2 darah yang menyebar kedaerah lain. Saat melewati koridor sekolah yuki mengatakan sesuatu kestefan.
“Maaf yah, udah ngerepotin eloe hari ini.” Ucap yuki pelan.
“Kan eloe setiap hari ngerepotin gue, bukan hari ini aja. Gimana sih, kok baru nyadar.”
“hehehe..iya yah.” Yuki meringis malu.
“KELEWATAN.” Stefan menggeleng.
Sekarang Yuki baru menyadari, kalau sekarang Stefan adalah satu2nya cowok yang dekat dengannya dan selalu ada untuknya. Yuki merasa sangat nyaman berada didekat stefan, ia merasa nyaman dengan cara cowok ganteng itu memperlakukannya. Terlebih, nyaman dengan perlindungan yang diberikan Stefan tiap kali ia dapat masalah dari sifat jailnya itu.
Mereka berdua berhasil melewati koridor sekolah dengan aman, saat melewati lapangan sekolah yuki kembali merasa takut. Dikarenakan lapangan sekolah saat itu tengah ramai banyak kerumunan cowok2 diparkiran maupun didekat gerbang sekolah dan parkiran. Yuki berhenti berjalan.
“Kenapa?” tanya stefan heran.
“Gue takut.”
“Santi Ki, jangan nervous. Entar tambah keliatan lagi.” Kata stefan mencoba menangkan Yuki.
Didekat parkiran, Bella yang masih menyimpan sedikit amarah keYuki karena Yuki udah gantungin tas barunya diatas Pohonpun mulai mencium bau2 keanehan dari sikap yuki. dia tahu kalau gerak-gerik yuki itu menunjukan kalo yuki tengah datang bulan, iyalah Bella langsung tau secara dia cewek, pernah juga ngalamin yang kayak gituan. dengan seketika Bella langsung punya ide buat membalas perbuatan Yuki, ia tersenyum licik lalu berjalan menghampiri yuki dan stefan.
“EIITTZZZZZZZZZZZZZZZ........mau kemana? Kok buru2 sih Ki?? Kita ngobrol dulu yuk.” Ucap Bella berdiri tepat dijalur Yuki berjalan.
“Ehhh..Bella, minggir nggak loe. Gue sama Yuki mau pulang nih.” bentak stefan.
“Ouwww..takut.. kalo loe mau pulang, ya pulang aja. Gue nggak ngelarang kok, orang gue Cuma mau ngobrol sama yuki.”
“Duh bella, ngobrolnya besok aja yah. Gue mau pulang.” Pinta Yuki.
“Bentar yah...” Bella tersenyum. “Ehh..temen-temen, sini deh.. liat tuh Stefan sama Yuki kayaknya tadi udah jadian beneran, masa...pulangnya aja sekarang barengan terus deket-deketan gitu lagi.” Ujar Bella membesarkan volume suaranya.
Semuanyapun mendengar perkataan Bella, lalu mengelilingi Stefan & Yuki.
“Cie..cie...jadi ceritanya jadian nih??” seru Ahyar.
“Traktir dong....” teriak Jojo.
“Stef...gimana nih, kalo kayak gini nggak bisa pulang gue-nya.” Yuki berbisik.
“Duhh..stefan..kok dibelakang Yuki mulu sih, sini dong. Ceritain gimana kejadiannya loe sama Yuki bisa jadian.” Kata Rizky.
“Gue..gue...” stefan gugup. “Embb..besok aja yah guys, ceritanya..gue mau nganter Yuki pulang dulu nih.”
Semuanya tersenyum melihat stefan & yuki, mereka berduapun mulai berjalan pergi.
Loe pikir bisa semudah itu lolos dari gue, loe salah Yuki sayang. Ucap bella dalam hati.
“Ehhh..yuki..tas loe baru ya??” ujar Bella. “Liat dong.” Bella menarik tas yuki.
Tas Yuki merenggang, dan akhirnya melorot kebawah. Darah yang menempel dirok putih yuki mulai terlihat.
“BELLAAAA..” teriak yuki.
“Ups!! Sori, gue nggak tau kalo loe lagi.......” Ucapan Bella terhenti.
“Bella..cukup yah, loe itu kenapa sih?” bentak stefan.
“Wow...biasa aja dong stef, nggak usah pake ngebentak2.” Bella tersenyum penuh kemenangan, ia berhasil membuat Yuki malu, bukan hanya dihadapan anak2 sekelas tapi anak2 kelas lain juga.
Yuki tertunduk malu, air matanya mulai jatuh membasahi pipi. Stefan segera meletakkan tas ransel yang ia pakai ditanah, lalu cowok itu melepaskan baju seragamnya. Baju seragam putih yang berlengan panjang, Stefan memasangkan baju seragamnya itu dari belakang, perlahan diselipkannya kerah dan lengan kemeja putihnya dipinggang Yuki untuk menutupi darah dirok yuki.
Untung saja, stefan selalu memakai T-Shirt putih sebagai dalaman, coba aja kalo stefan hanya pake singlet, pasti badannya yang kerempeng itu bakal terlihat dan bikin tambah malu.
“Nyantai aja Ki,” ucap stefan pelan ditelinga yuki. “Kalo nangis, entar loe tambah malu. Udah yah.” Cowok itu tersenyum.
Setelah yakin noda darah dirok Yuki tidak kelihatan, stefan berjalan. Lalu berdiri dihadapan Yuki. diangkatnya dagu cewek yang masih menangis itu perlahan.
“Udah yah...loe pikir, dengan loe nangis kayak gini bisa bikin loe ngilang dan kejadian ini bisa batal terjadi apa. Mending pasrah aja deh, gue ada disamping loe kok.” Stefan mendekat keYuki lalu dipeluknya tubuh gadis cantik itu erat. Akhirnya Yuki sedikit tersenyum, stefan melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Yuki dengan jarinya. Satu tangannya memegang erat tangan yuki, dan yang satunya lagi membelai rambut Yuki halus. Setelah sejenak mengusap rambut Yuki, Stefan balik badan menghadap Bella.
“PUAS LOE!?” teriaknya kecewek itu. Seantero Lapangan yang mengelilingi merekapun bertepuk tangan bergemuruh dan suit-suitan nyaring disana sini. Bukan hanya siswa/i yang ada dilapangan tapi juga siswa/i yang menonton dari koridor2 dan jendela ruangan2 sekretariat ekskul.
“UMMM...MAUUUU..!!!!”
“YYEEEE....ROMANTIS!!!!!”
“ASEEEKKKKK..!!!!”
“CIE...CIE....SO SWEET..!!!!” ujar Ahyar & jojo bersamaan.
“KAYAK FILM-FILM KOREA OII..ROMANTIS ABIS..!!!!”
“COCOK! BEST COUPLE DEH..”
“JODOH BANGET!!! KAYAKNYA BAKALAN AWET SAMPE TUA NIH.”
Stefan menanggapi reaksi-reaksi heboh itu dengan senyum, jadi geli juga dia.
“KALO GITU, KAMI BERDUA PULANG DULU YA!!” serunya kesemua orang.
“IYAAAA..” seisi lapangan menjawab serentak sambil tersenyum manis.
“ATI-ATI DIJALAN YAH....”
“DADAHHHHHHHH....!!!” ujar salah satu siswa yang berdiri paling belakang.
Stefan kembali mundur kebelakang dan berdiri disamping Yuki, ia merangkul Yuki lalu mengajak yuki pergi dari tempat itu. Kepergian keduanya dilepas dengan tepuk tangan meriah dan suit-suitan keras. Para cewek pastinya iri banget sama Yuki. mereka bilang Yuki itu cewek paling lucky sedunia. Dan stefan mendapatkan rentetan pujian dari semua cewek.
“Tuh anak romantis juga yah. Ganteng lagi.” Ucap salah satu senior kelas 3.
“iya...baru kelas 1 aja udah seromantis itu, apalagi kalo udah nikah nanti. Hemb... type cowok idaman banget sih tuh anak.” Kata salah satu kakak senior lagi.
Bella berdiri bingung. “ lho..lho..lho..kok jadi gini?? Gagal dong gue. Argghhh..” Bella menghentakkan kakinya lalu berjalan pergi.
Hemb...udah keren2 kayak gini masa kita pulang naik bus sih, nggak asik banget. terpaksa deh nyetop taxi. Biar anak2 makin terpesona. Soal argo...entar..nodong mama aja deh. Gumam stefan dalam hati.
***
Dikamarnya, Yuki tertawa sendirian mengingat kejadian tadi. Seketika bayangan wajah stefan melintas didalam otaknya. Yah..berarti besok nggak ketemu sama stefan dong. Desis yuki dalam hati. Soalnya tadi sore, yuki cerita panjang lebar kemamanya dan minta dibuatin surat, masih malu katanya mau muncul disekolah. Tak lama HP yuki berdering. Ternyata stefan yang menghubunginya.
“Ki, loe besok sekolah kan?”
“Hah?” Yuki tercengang. “kok loe nanya gitu sih?”
“Nggak tau, feeling aja. Kalo loe bakal bolos besok.”
“Hehehe...emang. abis..malu sih stef, nggak tau deh nasib gue gimana besok.” jawab yuki.
“Loe tega banget sih Ki, khan kemaren yang malu itu bukan Cuma loe doang tapi gue juga. Jadi..loe mau biarin gue malu sendirian gitu, hhuuu...katanya temen. Kok gini sih.”
“Bukannya gitu. Gue....” belum sempat yuki mengakhiri jawabannya stefan langsung main nyerocos aja.
“Ya udah deh, besok loe gue jemput. Biar kita kesekolahnya bareng. Bye Yuki, ketemu besok yah.” telpon itu diakhiri oleh stefan.
Bahkan yuki belum sempat memberi jawaban mau nggaknya dia dijemput stefan besok, tapi..ya udahlah..lumayan, jemputan gratis. Mama yuki yang sedari tadi mengintip anaknya dari balik pintupun mulai bertanya.
“Jadi..besok jadi bolos nggak?” goda sang mama.
“nggak ma.” Yuki meringis.
“Dasar...giliran mau dijemput sama pacarnya aja, semangat lagi mau sekolah.”
“ahhh mama..apaan sih. Bukan pacar ma, Cuma temen.”
“Hemb..masa sih? Baru aja masuk SMA, udah berani pacaran. Awas yah kalo nilai kamu sampe turun.” Ancam mama.
“Iya mama, nggak bakal turun deh. Lagian..stefan itu bukan pacar Yuki.” jelas Yuki.
“Jadi namanya Stefan, dari nama..kayaknya ganteng deh.”
“ighhh....mama, udah ahh..digodain mulu akunya.”
Mama yuki tersenyum lalu menutup rapat pintu kamar yuki.
Besoknya, Stefan menjemput Yuki dengan motor ninja putih milik kakaknya Maxime.
“Ma...temen Yuki udah dateng, yuki pamit yah.” Teriak yuki dari ujung Pintu.
“ihhh..jadi cewek nggak sopan banget sih loe, masa pamit sama ortu teriak2 gitu. Pamit yang bener sana, cium tangannya senyum terus bilang salam.” Ujar Stefan bernasehat.
“Hhuft...ribet yah idup loe, iya deh..tunggu bentar. Gue pamit yang bener dulu.” Yuki masuk kedalam rumah.
Tak lama Yuki keluar bersama sang mama.
“Pagi Tante.” Sapa stefan lembut sambil tersenyum.
“Ighhh..sok manis banget sih stefan, giliran sama gue aja nggak pernah tuh nyapa selembut itu.” gumam yuki dalam hati.
“Pagi juga, Stefan yah??” tanya mama Yuki.
“Iya tante, ya udah...stefan sama Yuki berangkat dulu yah tante.”
Mama yuki mengangguk. “Tante titip yuki yah stefan.”
“Beres tante.” Jawab stefan sambil melempar senyuman.
“Ma...pergi yah, Assalamualaikum.” Kata Yuki yang kemudian pergi menuju motor stefan.
setibanya disekolah, beberapa anak yang nongkrong disisi lapangan menyambut dengan senyum lebar kedatangan THE BEST COUPLE OF THE YEAR itu.
“Best couple udah dateng nih.”
“Yo’i.” Stefan tersenyum lebar dan menyapa singkat.
Begitu sampai dikelas, reaksi teman2 mereka lebih meriah. Komentar, pertanyaan, seruan, suit2an menggoda bahkan tepuk tangan seketika menyambut keduanya.
“Ciiieeee...yang kemaren bikin satu sekolah heboh.” Sapa Nina.
“Kemaren waktu ditanya ngeles melulu. Nggak jadian..nggak jadian. Nggak taunya.....” sambung Rizky.
“Kok bisa jadian sih?? Ceritain dong kejadiannya!!!!” kata vebby semangat.
“hhuuu..nggak usah cerita deh, bikin nyesek aja.” Jawab Flury cemberut.
“iya juga yah, secara kita kan belum punya pacar, iya nggak Flu??” Ucap vebby lagi.
“bener banget tuh.”
“kalo gitu traktir dong!!!” teriak Jojo dari bangku belakang kelas.
Keduanya hanya melempar senyuman, dan berjalan menuju tempat duduk mereka berdua.
“Ki...”
“Ada apa??” tanya Yuki.
“Jangan kemana-mana yah, gue lagi pengen selalu ada dideket loe nih.” ucap stefan pelan.
Yuki kaget mendengar pernyataan stefan. “I..i..iya.”
Semenjak stefan bicara seperti itu, yuki sama sekali tak meninggalkan stefan dari kursinya. Walaupun ia sedikit lapar, karena belum makan siang. Yuki hanya menahannya saja, sedangkan stefan sibuk menyalin catatan biologi.
“Stef..gue kekantin bentar yah.” Ucap yuki saat bel istirahat kedua berbunyi.
“sama siapa?” tanya stefan tanpa menoleh.
“Sama Nina. Boleh yah??” pinta Yuki.
“Ya udah, jangan lama2.”
“beres.”
Yuki kekantin sama Nina, teman-teman sekelas yang mendengar percakapan antara stefan & yuki merasa heran, hemb...udah kayak suami istri aja, kemana-mana harus izin. Akhirnya beberapa dari merekapun mengintrogasi yuki yang baru kembali dari kantin.
“Ki...loe pernah nyolong dirumah stefan yah?? Makanya loe diawasin terus sama dia.” Ujar Vebby.
“jangan-jangan..loe cewek tukang selingkuh yah? Nggak bisa dipercaya. Makanya stefan nggak mau jauh2 dari loe.” Tambah Ahyar.
“apa loe punya penyakit aneh?? Makanya stefan nggak tega jauh2 dari loe.” Seru Jojo.
“Huuft..iya..sebutin aja tuh semuanya yang jelek-jelek, biar kalian puas.” Ucap yuki kesal.
“terus..kenapa dong si stefan nggak ngebolehin loe jauh2 dari dia? Terus..loenya juga harus minta izin dia dulu kalo mau kemana2.” Tanya Navy.
Stefan hanya melihat yuki yang sedang diintrogasi dari bangkunya.
“Ya...karena stefan itu cinta banget sama gue.” Tandas Yuki, seisi kelaspun langsung riuh.
“Cieee...cieee...”
“Romantis nyoooo...” timpal Kenneth.
“Emang..” jawab yuki. “makanya jangan banyak tanya, ganggu kemesraan gue sama stefan aja tau!!” semua kembali riuh mendengar perkataan yuki barusan, stefanpun hanya tersenyum manis. Yuki berjalan menuju tempat duduknya sambil menatap stefan.
“Hai, My Prince honey boney!” seru Yuki, “mereka pada ngintrogasi gue tuh, pada ngiri sama keromantisan kita.”
Saat yuki duduk disamping stefan, cowok ganteng dan paling romantis itu meraih tangan Yuki dengan satu tangan lalu mencium kening Yuki. sontak teriakan histeris bergemuruh diruangan itu.
“CUIH.....!! LEBAY!!” teriak Bella.
“PRIKITIW!!!!”
“MAU DONG!!!”
“AHAHAI..!!!”
Semenjak kejadian itu, stefan & Yuki semakin dekat. Dengan rajinnya cowok itu mengantar jemput yuki. bahkan sekarang keduanya semakin mesra. Kemana2 selalu berdua, dimana ada yuki pasti ada stefan. Begitu pula sebaliknya.
Suatu malam, dikamarnya yang kini hanya dihuninya seorang diri, stefan berdiri didepan meja belajar Maxime. Ada perasaan bersalah menyusupi hatinya, karena ia mulai menyukai cewek kakaknya itu. Tiba-tiba terngiang dibenak stefan percakapannya dengan Maxime waktu itu, ketika ternyata yuki satu sekolah dengan stefan.
“awas yah kalo loe berani naksir cewek gue!”
“emang dia cewek loe? Kenal juga nggak.”
“Ya kan..ntar kalo dia udah pake seragam putih-abu2, gue mau langsung kerumahnya. Mau kenalan.”
“emang kalo udah kenalan terus dia mau gitu langsung jadi pacar loe? Lagian..belum tentu juga dia mau jadi cewek loe.”
“Harus mau!” tandas Maxime. “Enak aja, gue udah nungguin lama-lama. Sering gue tongkrongin disekolahnya pula.”
“Kalo ternyata tuh cewek nggak mau juga?”
“pokoknya tu cewek harus mau jadi cewek gue. Gimana kek caranya!”

Saat mengingat percakapan itu tanpa sadar Stefan tersenyum sendiri. Namun kemudian senyumnya menghilang perlahan. Dulu...yuki hanya dianggap stefan sebagai bagian dari Maxime yang masih ada. Namun sekarang sudah tidak lagi. Perasaan stefan sekarang berbeda, ia tidak ingin melepaskan yuki. tidak ingin menjaga yuki sebagai Maxime’s legacy. Hanya stefan..stefan yang menjaga yuki. bukan karena sang kakak. Diambilnya foto sang kakak yang terletak tidak jauh disudut meja belajar itu.
“Gue suka sama cewek loe.” Ucap stefan lirih dan gemetar. Ia berusaha menantang foto Maxime.
“Boleh nggak...dia buat gue?” lanjutnya kemudian.
Hening...hanya itu tak ada suara apapun. Bahkan suara jangkrik yang sering terdengarpun tak muncul lagi.
“Argghhhh...” stefan mengacak2 rambutnya sendiri. “gue ini kenapa sih? Kok gue bisa ngomong kayak gitu. Nggak..gue nggak boleh kayak gini. Yuki itu hanya untuk Max. Dan gue disisinya itu Cuma buat jadi pelindung dia aja. Nggak lebih. Ayo dong stefan..sadar... loe nggak boleh ngambil cewek kakak loe. Nggak boleh.”
“hanya pelindung Yuki.” ulangnya lagi.

Keesokan harinya, pagi2 sekali stefan menelpon Yuki. ia mengatakan kalau dirinya tak bisa lagi mengantar jemput Yuki. yuki bingung. Ia hanya mengiyakan perkataan stefan. Saat bertemu disekolahpun stefan terlihat cuek dengan Yuki, bahkan untuk menyapa yukipun tak dilakukannya.
“stefan kenapa sih hari ini?? Kok penyakitnya yang dulu kumat lagi.” Yuki bergumam dalam hati.
“Ki..kenapa?? berantem yah??” tanya Jojo.
“yah..kok best couple berantem sih.” Tambah ahyar.
“jangan putus dong, kalian itu cocok banget soalnya.” Ujar Vebby.
Yuki hanya menjawab semua pertanyaan itu dengan tersenyum, sementara stefan berpura-pura tak mendengar percakapan itu.
“loe kenapa sih?” tanya yuki pelan.
“nggak..lagi pengen diem aja.” Jawab stefan sambil tersenyum.
“Owhh..”
Stefan terus saja menjaga jarak dengan yuki, yukipun merasa kehilangan. Sepi..itulah yang ia rasakan sekarang. Bagaikan orang yang baru kenal aja, asing banget rasanya.

------------------------------------------------------------------------
Stefan menelpon Kevin didalam kamarnya.
“Kak Kev...”
“stefan...ada apa?”
“kak..maafin stef yah, waktu itu..stef udah marah2 sama kakak. Sekarang stef sadar. Kakak bener, semua ini tuh bukan salah yuki. semuanya tuh emang udah takdir.”
“bagus deh..kakak seneng dengernya. Tenang aja, kamu udah kakak maafin kok. Owh iya..besok kakak jemput kamu yah, ada yang mau kakak kembaliin kekamu.”
“okeh..bye kak kev.”
Stefan menutup telponnya.
Esok harinya, saat pulang sekolah tanpa menyapa Yuki, stefan langsung saja pergi menuju warung dipinggir jalan depan sekolahnya, disana Kevin tengah menunggu kedatangannya.
“Hhuft..main pergi aja. Sapa bentar kenapa. ighhh..dasar cowok stress nyebelin, sebentar baik, sebentar romantis, sebentar jahat, sebentar dingin..nggak konsisten banget sih sikap loe.” Gerutu yuki.
Dari pada gue stress sendiri, mending iseng aja deh. Udah lama kayaknya nggak ngisengin orang. Guman yuki sambil tersenyum.

***
“hai kak..lama yah nunggunya.” Sapa stefan saat sampai diwarung itu.
“nggak juga, lumayanlah. Owh iya..Yuki mana?” melihat kebelakang stefan.
“ada tuh, dia pulang sendiri.”
“loh...kok nggak kamu anter sih.”
“nggak...lagi males.” Jawab stefan singkat.
“ehhh..itu yuki bukan?” tanya Kevin, melihat seorang cewek yang dengan gaya khasnya melangkah melewati gerbang.
Stefan menoleh, dari cara yuki berjalan dan ekspresi wajahnya yang tampak tak wajar, cenderung polos malah tanpa sadar membuat stefan waspada. Walaupun sekarang mereka sudah tidak dekat lagi, namun stefan sudah terlalu mengenal cewek yang satu itu.
“bentar yah kak Kev. Ngobrolnya ditunda dulu.” Stefan mengambil sebuah kursi lalu duduk menghadap Yuki dan membelakangi Kevin. Kevin mengerutkan alisnya lalu ikut2an memandang Yuki.
Dengan perlahan yuki berjalan menuju kerumunan teman2 sekelasnya yang sedang berdiri ditepi trotoar, berhubung tadi itu habis hujan deras. Jadi ada genangan air tepat didekat teman2nya itu berdiri. Tiba2 dengan gerakan yang begitu cepat dan tidak terduga, yuki melompat ketengah genangan air kotor itu, tepat mengenai teman2nya. Semuanya menjadi kotor. Sehingga terdengar teriakan dari teman2nya.
“YYUUUKKKIIII........!!!!!”
Yuki tertawa geli, bukannya lari dia malah joget2 nggak jelas diatas genangan air itu. jelas saja teman2nya jadi tambah marah. Mengetahui kalo emosi teman2nya memuncak dengan cepat yuki berlari. Meninggalkan teman2nya yang sedang marah2 itu. Mereka ikut mengejar yuki karena kesal sambil menjerit dan berteriak2.
“Bener, kan!?” desis stefan dan segera bangkit berdiri. “bentar ya kak.” Ia menepuk bahu Kevin. Dan langsung berlari menyusul Yuki.
Ia berlari mengejar yuki dari seberang jalan, sesudah ia mendahului lari yuki dan yakin kalo yuki sudah cukup jauh tertinggal dibelakangnya, stefan menyebrang dan berhenti tepat disebuah pohon besar. ia menunggu dibalik batang pohon itu disisi yang tidak terlihat dari arah tikungan tempat yuki akan muncul nanti. Tak lama yuki muncul ditikungan. Masih berlari secepat2nya, napasnya terengah-engah, namun bibirnya meringis geli. Stefan mendengar suara orang yang berlari mendekat dan sudah menduga kalo itu pasti yuki, segera bersiap2. Ia menegakkan tubuhnya, sesaat menjelang yuki akan melewati pohon yang jadi tempatnya bersembunyi, stefan mengulurkan tangan kanannya dengan gerakan tiba2. Ia menangkap tubuh yuki dan menariknya kesemak2 rimbun dibalik pohon. Yuki kaget dan seketika ia berontak tapi langsung diam begitu mendengar suara bisikan dari orang itu.
“SSSttttt..ini gue.”
Stefan yang tahu Kevin mengikutinya dari tadipun meminta Kevin untuk melindunginya, seketika Kevin tersadar akan sesuatu. Hal ini pernah terjadi sebelumnya, setting tempat, persamaan situasi, ekspresi Yuki, aksesoris yang ia pakai, bahkan hari dan tanggalnya sama. Yang berbeda hanyalah dulu yuki masih mengenakan seragam putih-biru, dan sekarang sudah mengenakan seragam putih-abu2. Satu hal lagi yang berbeda. Ending dari adegan ini.
Dulu saat Maxime menolong Yuki, ia hanya bisa menutupi tubuh Yuki tanpa bisa menyentuhnya tak bisa lebih. Sementar stefan. Stefan menolong yuki dengan cara mendekap erat tubuh gadis itu dan bersembunyi tepat dibelakang semak2. Dulu Max yang mengejar nih cewek dan sekarang stefan yang ngejar nih cewek buat nolongin dia. Hhuft..keterpakuan Kevin buyar saat mendengar suara teriakan dari teman2 Yuki.
“Cari cewek yang lari-lari sambil ketawa yah?” tanya Kevin.
“Iya kak.” Seru mereka semua serempak.
“tadi lari kearah sana.” Kevin  menunjuk sebuah persimpangan.
“Owhh..makasih ya kak. Permisi.”
Mereka semua pergi berlari meninggalkan tempat itu.
“Udah aman stef.” Ujar Kevin.
Yuki & stefan keluar dari balik semak2. Stefan menggandeng tangan Yuki yang mukanya memerah karena menahan tawa.
“eloe isengnya kadang suka kelewatan deh, Ki. Baju mereka sampe kotor gitu.” Kata stefan dengan nada kesal.
“alahhhh..direndem bentar juga ilang tuh noda.” Yuki menjawab ringan.
“ya udah, loe cuciin gih sana.” Stefan geram.
Yuki hanya tersenyum manis. Rasa asing diantara mereka dengan cepat mencair. Keduanya kembali seperti sebelum stefan memutuskan untuk menjauhi yuki.
“Dasar..jail...” stefan mengacak2 rambut Yuki. “ya udah, yuk cabut.”
Merekapun berjalan bertiga dengan yuki ditengah2nya. Saat tengah berjalan Yuki berhenti karena terkenang akan sesuatu.
“Tunggu deh..kayaknya..kejadian ini tuh udah pernah terjadi. Dan Loe..” Yuki menunjuk Kevin. “Loe..cowok yang waktu itu nolongin gue juga kan?? Dan cowok yang satunya lagi..owh iya..temen loe itu kemana??” tanya Yuki polos.
“Dia...dia...dia....” Kevin gugup, tak tau harus menjawab apa. “lagi pergi.” Lanjutnya lagi.
“kemana??”
“jauh...jauh banget, owh iya...loe inget nggak siapa nama temen gue itu.” tanya Kevin.
“Embbbb..” yuki tampak berusaha mengingat.
Stefan menatap yuki penuh harapan, ia mengingankan Yuki mengingat sang kakak yang sangat mencintainya.
“inget nggak?” tanya Kevin lagi.
“kayaknya nggak deh.” Jawab yuki pelan.
Stefan langsung menunduk lemas. “coba loe inget2 lagi.” Paksa stefan setelah mengangkat kepalanya.
“Nggak bisa, gue bener2 lupa.”
“ya udahlah stef, kalo yuki lupa mau diapain lagi.” Ucap Kevin menepuk pundak stefan.
“Hhmbb...ya udah Ki, kalo gitu kita pulang aja yuk. Entar temen2 loe itu keburu balik lagi.”
“iya, ya udah deh. Yuk pulang.”
“Kak Kev, duluan yah. Kakak tunggu dirumah aja, nanti setelah nganterin cewek jail ini kita bahas lagi masalah tadi.” Kata stefan menarik tangan Yuki dan berlalu pergi.
“okeh.” Teriak Kevin. “owh iya, komiknya.....” Kevin mengeluarkan sebuah komik dari tasnya. “mana stefannya udah jauh lagi, ya udah deh..entar aja balikinnya.”
Saat kevin hendak memasukkan komik itu kedalam tasnya lagi sesuatu terjatuh dari komik itu.
“Apaan nih?” Kevin mengambil benda yang terjatuh itu, dan ternyata adalah sebuah foto. “Yuki?? ini kan..foto yuki yang diambil secara diem2 sama Max. Kok bisa ada didalem komik ini sih? Hemb....” Kevin membalik kebelakang foto itu.
Mata kevin langsung terbelalak saat melihat tulisan yang tertera dibelakang foto yuki.

“Bilangin sama Stefan, gue titip Yuki.”

“se..se..sejak..kapan..tulisan ini??” Kevin sangat kaget dengan apa yang dilihatnya, dengan cepat dimasukkannya lagi foto itu kedalam komik dan dimasukkan kedalam tas.

----------------------------------------------------------------
Diperjalanan stefan & yuki...
“Besok ada ulangan matematika, kalo loe mau..loe bisa belajar bareng dirumah gue entar sore sama kak Kevin.” Kata stefan memecah keheningan.
“Okeh..gue mau, entar gue kerumah loe. Siapin makanan yang banyak yah, satu lagi..siapin radio juga, soalnya gue nggak bisa belajar dengan tenang kalo nggak sambil dengerin radio.” Ucap yuki panjang lebar.
“Mau belajar aja ribet banget sih. Ya udah, tuh rumah loe. Jalan sendiri yah dari sini, gue mau buru2 pulang.”
“iya..makasih ya stef, hati2..” yuki tersenyum.
Stefan membalas senyuman yuki, lalu pergi.

***
“Nih...” Kevin menunjukan sebuah komik kestefan didalam kamar stefan.
“apa nih kak?” stefan mengambil komik itu.
“punya kakak loe, waktu itu ketinggalan dirumah kakak.”
“owhh..”
“didalem komik itu ada fotonya yuki.” tambah Kevin.
“foto yuki?” stefan membuka komik itu. ditemukannya sebuah foto gadis cantik yang masih mengenakan seragam putih-biru sambil memakan es krim duduk manis menunggu bus. Stefan tersenyum.
“Loe balik foto itu!”
Stefan menyeringai, perlahan dibaliknya foto itu. stefan sama terkejutnya dengan kevin saat melihat tulisan yang tertera dibelakang foto. “tulisan ini??”
“kakak juga nggak tau, sejak kapan tulisan itu ada disitu.”
TING NONG....suara bel rumah stefan terdengar jelas, namun tak ada seorangpun yang membukakan pintu karena kedua orang tua stefan sedang pergi. Stefan dan kevinpun masih dikamar. TING NONG....suara bel kembali terdengar.
“Itu pasti Yuki, stef buka pintu dulu ya kak.”
“iya.”
“nih rumah orangnya kemana coba, Hallow..assalamualaikum...Yuhuuuuu....Spada...anybody home???” teriak Yuki.
Stefan membukakan pintu rumahnya.
“manggilnya satu kali aja udah cukup kok, loe pikir gue budeg apa??”
“abis..lama sih. Gue itu udah nunggu dibukain pintu sejak 1 menit 56 detik yang lalu tau.” Yuki manyun.
“Hemb...” stefan hanya menghela nafas sambil geleng2. “ya udah..yuk masuk.”
Yuki masuk dan duduk diruang tamu, stefan kembali kekamarnya untuk mengambil buku dan memanggil kevin supaya bisa mengajarinya dan Yuki.
Setelah satu jam belajar, Kevin pergi kedapur mengambil minum dan makanan ringan.
“Stef..hidupin radio dong, gue ngantuk nih.” pinta Yuki sembari merebahkan tubuhnya diatas sofa yang empuk.
“iya.iya..bentar gue ambil dulu.” Stefan pergi kekamarnya lagi mengambil sebuah radio kecil.
Tak lama stefan kembali dengan radio ditangannya, yuki tersenyum dan langsung merebut radio itu dari tangan stefan.
“biar gue yang cari salurannya.” Ucap yuki.
Stefan kembali membuka buku pelajaran matematika.

‘ya..pendengar sekalian...kembali lagi diacara NOSTALGIA sore ini kita kedatangan seorang narasumber yang mau menceritakan kisah cintanya yang sangat mengharukan. Baiklah..nama mas siapa yah??’ suara wanita penyiar radio itu terdengar begitu jelas.
‘saya malu nyebutin nama saya, tapi....adik saya dulu sering manggil saya Tom gara2 kami itu sering banget berantem kayak tom & jerry.’ Jawab seseorang diujung sana dengan suara yang tak tampak asing didengar oleh stefan & kevin.
Stefan langsung menoleh keyuki saat suara laki2 itu terdengar, sedangkan Kevin dengan perlahan ia berjalan sambil membawa segelas jus orange keruang tamu.
“Max??” kata2 itu keluar begitu saja dari mulut stefan.
Kevin menoleh kestefan, begitu pula dengan stefan yang kemudian melihat kekevin.
“wahhh..bakal seru nih, stef..belajarnya ditime out bentar yah. Mau dengerin Tom cerita nih.” ujar yuki sambil tersenyum.
“i..i..iya...” jawab stefan kaku.

‘sebenernya..saya itu lagi jatuh cinta sama seorang cewek...namanya Anggraini, saya suka sama dia sejak dia masuk SMP dan saat itu saya masuk SMA. Sampai saat ini, saya hanya bisa melihatnya dari jauh...melindunginya..menjaganya..tanpa bisa dekat dengannya.’ Cowok itu terus bercerita panjang lebar.
Stefan & Kevin hanya terpaku tak percaya dengan apa yang mereka dengar, sedangkan yuki meneteskan air mata karena terharu.

‘sungguh cerita yang sangat mengharukan dari Tom, baiklah pendengar sekalian, bagi yang ingin berinteraksi langsung dengan Tom, bisa menghubungi nomor 087123071108.’ Kata sang penyiar.
“Stef..pinjem HP..gue mau nelpon..” ucap yuki menggoyang2kan tubuh stefan.
Stefan hanya diam, tak bergerak sedikitpun. Sepertinya stefan sangat kaget dengan suara dan cerita yang didengarnya saat ini, jelas..sungguh jelas kalo itu adalah Max, tapi bagaimana bisa?? Max sudah tiada...nggak mungkin, harus ada penjelasan yang logis untuk semua ini. Apa Max kembali hidup?? Atau...memang itu hanya kebetulan saja,karena ada orang lain yang mempunyai suara dan cerita yang sama seperti Max, apalagi panggilan itu...Tom..Tom & Jerry...
“pake HP kakak aja Ki.” Kevin menyodorkan Hpnya.
“makasih kak.” Yuki mengambil HP Kevin, dan segera menekan angka2 yang disebutkan oleh penyiar wanita itu.
Tak lama menunggu, yuki langsung tersambung dengan sang penyiar.

‘ya...dengan siapa dimana??’ tanya sang penyiar.
‘saya Yuki...dari Jakarta.’ Jawab yuki penuh semangat.
‘Yuki...baiklah, sekarang kamu bisa langsung berinteraksi dengan Tom.’
‘makasih...emb..Hai Tom.’ Sapa Yuki lembut.
‘hai juga Yuki.’
‘Tom..nama cewek yang loe suka sama loh kayak nama gue, nama gue Yuki Anggraini. Hehehe..’ kata yuki cengengesan.
‘wahh..kebetulan banget yah, bisa sama gitu.’ Jawab Tom.
‘iya Tom..kok loe nyerah sih buat deketin tuh cewek, terus kenapa loe malah pergi saat seharusnya loe dateng kerumah cewek itu dan ngutarain perasaan loe?’ tanya yuki penasaran.
‘Hehehe...gue bukannya nyerah Yuki, Cuma gue udah nggak bisa. Kita sekarang udah beda, dan gue juga harus pergi.” Jawabnya lagi.
‘kok nggak bisa?? Beda apanya?? Loe sama dia masih sama2 manusia kan? Hihihi..’ yuki ketawa. ‘terus...loe mau pergi kemana Tom?? Jauh banget yah?? Nggak nyampe kebulan kan?’ yuki menghujani Tom dengan berbagai pertanyaan.
‘hembb...sorry..gue nggak bisa cerita soal yang itu, tapi yang jelas gue akan pergi jauh banget. Ada banyak tempat dibumi ini, yang nggak bisa kita gapai. Dan mungkin..gue akan pergi kesitu.’
‘owhhh...yang sabar yah Tom, gue doa’in supaya loe bisa nemuin cewek yang lebih baik dari Anggraini.’
‘makasih ya Yuki.’
‘iya.’
‘hhmmbb...sekarang, tolong kasih telpon ini keorang yang ada disamping loe yah!’
‘okeh.’ Walaupun bingung, kenapa Tom bisa tau kalo ada orang lain lagi disampingnya. yuki tetap memberikan telpon itu kestefan.
‘hai...’ sapa Tom ke stefan.
‘Ma..Ma..Maafin gue.’ Ujar stefan lirih dengan beusaha menahan tangisnya pecah, rasanya begitu sesak..sesak didada seolah menahan sesuatu keluar.
‘kenapa loe minta maaf?? Loe nggak salah kok, gue Cuma nggak suka aja liat loe ngejauhin dia kayak gitu, dia kan nggak salah apa2. Jangan gituin dia lagi yah, susah tau bisa deket sama dia kayak loe sekarang.’ Kata Tom bagaikan sang kakak yang sedang menasehati adiknya.
‘i.i.iya...loe nggak marah??’ suara stefan bergetar.
‘pertamanya emang gue marah, karna loe udah berani deketin cewek gue. Tapi..sekarang udah nggak kok, stef...gue titip cewek itu yah. Jaga dia baik2. Gue percaya sama loe.’
Stefa hanya diam, tak dapat berkata lagi.
‘gue mau ngobrol sama Kevin nih, boleh??’
‘boleh kok kak.’ Jawab Stefan.
Stefan memberikan telponnya keKevin, Yuki hanya bengong melihat kejadian ini. Kenapa Tom bisa kenal dengan stefan & Kak Kevin.

‘apa kabar Bro??’ sapa Kevin.
‘lumayan baik, loe sendiri??’
‘baik kok.’
‘Kev...makasih yah untuk semuanya, makasih karena loe selalu ada buat adek gue. Loe maukan jagain adek gue terus, kalo dia nakal...jewer aja telinganya.’ Kata Max berusaha mencairkan suasana tegang itu.
‘iya...gue akan jagain adek loe, loe tenang aja.’
‘okeh...gue sekarang udah bisa tenang, sekali lagi..makasih Kev.’
Tiittttt...tiititttt....tittttt....sambungan telpon terputus, suara radio itupun jadi meresek. Yuki mengotak-atik radio stefan mencai saluran tempat Tom bercerita tadi, namun tak ditemukannya saluran itu lagi, Kevinpun berusaha menelpon kembali nomor yang tadi ditekan Yuki, namun..sudah tidak bisa, “nomor ini belum terdaftar.” Kira2 begitulah jawaban dari costumer service saat kevin mencoba menghubungi Tom lagi.
Ketiganya semakin terbelalak, apalagi yuki...ia sama sekali tak mengerti.

“ada yang bisa jelasin kegue?? Apa yang terjadi sekarang ini??” tanya Yuki melihat ke Stefan & Kevin.
Stefan menoleh keyuki, dan memegang tangan yuki erat.
“gue akan ceritain semuanya ke eloe nanti.”
Yuki tersenyum manis.

****
Keesokan harinya. Stefan, Yuki dan Kevin mengunjungi kuburan Max, mereka semua berziarah, mengirimkan doa dan menaburkan bunga2 baru dikuburan Max tempat dibumi yang sekarang dihuni oleh Max.
“gue janji Max, gue bakal jagain yuki buat loe. Gue janji..” kata stefan sambil memegang batu nisan Max.
“Makasih ya Kak Max, udah suka sama yuki. maaf..karna Yuki nggak bisa bales semua pengorbanan kakak selama ini, maaf..yuki nggak pernah nyadar, kalo selama ini kakak selalu memperhatikan yuki dari jauh. Maaf buat semuanya kak.. Maaf.” Yuki meneteskan air mata.
“Udah ki, seharusnya gue yang minta maaf. Karena dulu...gue sempet nyalahin loe atas kematian kakak gue.” Stefan mengusap rambut Yuki.
Yuki tersenyum, “nggak apa2 kok, gue ngerti.”
“Ya udah...stefan..Yuki..kita pulang Yuk.” Ajak Kevin yang telah berdiri didepan stefan & yuki.
Mereka berdua mengangguk, stefan berdiri lalu ia membantu Yuki untuk berdiri.
“Bye Sob....baik2 ya disana.” Ucap Kevin yang kemudian berjalan pergi mendahului stefan & yuki.
“Yuk..” stefan mengulurkan tangannya
Yuki menyambut tangan Stefan lalu menggandengnya erat.
“Sekarang gue tau...alasannya... semuanya kini terjawab sudah. Sikapnya yang dulu itu, disebabkan oleh ini. gue nggak bisa nyalahin dia, Dia nggak salah...setidaknya..bukan kesalahannya 100%. Gue akan berusaha buat bales perasaan kak Max, dengan cara mencintai Stefan. Dan membuatnya bahagia.” Gumam Yuki dalam hati sambil tersenyum melihat wajah stefan.
Stefanpun ikut tersenyum melihat yuki.
“Thanks Kak... udah nitipin gue cewek seperti yuki, gue janji...gue akan selalu jagain dia. Gue akan mencintai dia lebih dari pada loe.” Stefan merangkul yuki sambil terus berjalan.






-THE END-
gimana?? gimana?? berasa pernah baca??? hahahaha ini itu emang bukan REAL hasil karya saya, cuma sekedar nyalin atau istilah kerennya mah COPY-PASTE!!! Maaf yahh buat yang gak suka n,nv nggak maksud apa-apa kok ;) terus THANKS BANGET JUGA BUAT MBAK ESTI KINASIH!!! I LOVE YOUR NOVEL MBAK!!! LOVE DEAD POKOKNYA!!! hihihihii
THANKS FOR READING!!!! BYEEEEEEEE.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar