“Mau nggak mau, kamu
harus nikah sama gadis itu.” Bentak Pak Dharma, papanya Yudha.
“tapi pah, yudha udah
punya pacar. Dan papa nggak berhak ngatur-ngatur hidup Yudha.” Jawab yudha yang
ikut2an membentak papanya.
PLAKKKKK.....
Suara tangan Tante
Natasya, Mama Yudha yang menampar keras pipi anak semata wayangnya itu .
“Yudha, yang sopan kalau
bicara sama papa kamu.”
Yudha memegang pipinya
yang memerah karena ditampar sang mama.
“Sekarang, masuk kekamar
kamu!!!” Perintah mama, menunjuk kamar yudha yang ada dilantai atas.
Dengan menahan amarah
yang sedang berkecamuk didalam hati Yudha naik keatas, menuju kamarnya.
Yudha dharma, seorang
pengusaha muda yang kini tengah sukses-suksesnya menjalani karir sebagai
Direktur utama disebuah kantor milik keluarganya. Sosok yang bisa dibilang
sempurna ini mempunyai seorang pacar dari keluarga miskin, gadisnya ini hanya
bekerja sebagai seorang pelayan direstoran kecil. 10 bulan mereka menjalin
hubungan, semau baik-baik saja sampai saat orang tua yudha mengatakan kalau yudha
akan dijodohkan dengan seorang gadis, anak dari sahabat baik papanya Yudha.
Berulang kali yudha menolak, berulang kali pula pertengkaran mulut antara anak
dan bapak itu tak dapat dihindari.
TOK..TOK..TOK.. suara
ketukan pintu dari luar kamar yudha.
“Hhuft..” Yudha menghela
nafas. “Masuk!!”
Mama yudha masuk kedalam
kamar yudha, dan duduk disamping yudha yang saat itu sedang duduk diatas
ranjangnya.
“Maafin mama yah, mama
tadi nampar kamu.” Kata mama Yudha mengusap lembut kepala Yudha.
“iyah ma, nggak apa-apa.
Lagian, itu juga salahnya yudha. Nggak seharusnya yudha bentak-bentak papa
kayak gitu. Maafin yudha ya ma.”
Mama Yudha tersenyum.
“Yudha..”
“iya ma.”
“Yudha mau bahagia-in
papa sama mama nggak??”
Yudha mengangguk.
“kalo gitu.. mama mohon
sama Yudha untuk kali ini aja, kamu nurut yah sama papa kamu.”
“tapi ma...”
“Yud, mama sama papa juga
keluarga gadis itu sudah membicarakan hal ini. Kita sepakat kalo kita akan
ngasih waktu 1 bulan untuk kalian saling mengenal. Jadi, kamu mau yah..” bujuk
mama yudha.
Yudha hanya diam,
sejujurnya ia ingin sekali berkata TIDAK. Hanya karena melihat wajah sang mama
yang terlihat begitu berharap, Yudha pun mengangguk pelan.
“Great, ya udah..mana HP
kamu??” Kata mama Yudha dengan semangat 45nya.
“buat apa ma??”
“udah nggak usah banyak
tanya, siniin..”
Yudha pun mengeluarkan
Hpnya dari saku celananya, Mama Yudha terlihat mengetik sesuatu di HP yudha.
Tak lama mama Yudha mengembalikan HP itu.
“No telpon sama Pin
bb-nya gadis itu udah mama masukin keHP kamu, mama juga udah sms dia tadi. Dan
sekarang... kamu pergi ketaman yang biasa mama suka ajak kamu yah. Bentar lagi
pasti gadis itu datang dan nemuin kamu disana.” Kata mama Yudha antusias.
“Mah..Yudha...”
“udah sana....” mama
yudha mendorong Yudha beranjak dari tempat tidurnya untuk keluar dari kamar.
Dengan berat hati Yudha
keluar dari rumah dan melajukan mobil merahnya menuju taman. sesampainya yudha
ditaman, ia melihat seorang gadis dengan rambutnya yang agak pirang panjang
tergerai tengah membelakanginya. Gadis itu memakai kaos kuning dan celana jeans
pendek sedengkul.
Yudha memperhatikan gadis
itu dari ujung kaki sampai ujung rambut, cukup lama.. sampai akhirnya yudha
memutuskan untuk menyapanya.
“AJENG...” panggil Yudha
niat memastikan kalau gadis yang ada dihadapannya itu benar Ajeng.
Gadis itu menoleh, DEG...
Hati yudha berdetak cepat. Wajah gadis itu putih begitu merona, walaupun tanpa make-up
yang terpoles.
“Cantik.” Gumam yudha
dalam hati.
“Loe yudha??” tanya Ajeng
dengan suara lembutnya.
Yudha hanya mengangguk
sambil ter senyum. Lama keduanya saling diam dengan jarak yang cukup jauh.
“Embb... jadi, mau
ngapain loe ngajakin gue ketemuan??” tanya Ajeng membuka obrolan.
“Owhh..itu, tadi..nyokap
yang nyuruh.” Jawab yudha terang-terangan.
“Oooo...gitu, ya udah..
kalau gitu gue pulang aja yah.” Ajeng mulai melangkahkan kakinya pergi.
“Ehh Ajeng..” panggil
yudha menghentikan langkah Ajeng.
“iya, kenapa Yud??”
“Emmmm... karena udah
terlanjur disini, kita jalan aja yah. Lagian.. gue juga bete dirumah terus. Loe
mau??”
Ajeng hanya menjawabnya
dengan senyuman.
Ajeng dan Yudha
menghabiskan sisa hari itu bersama-sama, untuk sesaat keduanya kembali tertawa
dan bersenang-senang melupakan masalah yang ada. Dalam sekejap keduanya pun
menjadi akrab walaupun baru saling mengenal. Kini keduanya duduk berdekatan
dibangku putih yang ada ditaman.
“yudha...”
“iya.”
“Apa loe udah punya
pacar??” tanya Ajeng melihat wajah yudha.
Yudha mengangguk. “Loe
sendiri?”
“Sama.” Ajeng tersenyum
dan kini mengalihkan pandangannya kearah depan.
“Terus.. kenapa loe mau
nerima pernikahan ini??”
Ajeng lagi-lagi
tersenyum.
“karena gue udah capek.”
Yudha terlihat bingung
dengan jawaban Ajeng. “Capek??”
“Iyah, sebenernya gue
udah tau soal pernikahan ini dari beberapa bulan yang lalu. Banyak cara gue
lakuin supaya ortu gue ngerubah keputusannya. HHMMM....dan sekarang, gue udah
ngerasa capek nolak, gue capek bilang nggak sama ortu gue. Gue capek nangis,
gue capek untuk semuanya. Jadi gue mutusin buat pasrah ajah. Gue yakin kok,
tuhan udah ngatur semuanya. Tuhan tau yang terbaik buat gue dan tuhan tau yang
terbaik buat eloe. Kalo emang kita udah ditakdirkan berjodoh sekuat apapun kita
nolak dan bilang nggak akan percuma, gimana pun tuhan selalu punya cara buat
nyatuin kita lagi. Tapi.. kalo jodohnya gue sama pacar gue dan eloe sama pacar
loe, sekuat apapun rintangan dan halangan yang kita hadapi, kita akan tetep
kembali sama mereka. Dan.. pada akhirnya, semua akan indah pada waktunya.”
Jelas Ajeng panjang lebar tak ketinggalan senyuman manis yang selalu terukir
diwajahnya.
Yudha hanya diam mencerna
setiap perkataan Ajeng tadi.
“Loe juga harus yakin
sama itu yud, Percayakan Jodoh loe sama Tuhan karna tuhan udah ngatur semuanya.
Keep Smile yah.” Ajeng menepuk bahu Yudha pelan lalu beranjak dari duduknya.
Yudha masih diam tak
mampu berkata-kata lagi, semua yang Ajeng bilang BENAR. Ajeng mulai
melangkahkan kakinya pergi.
“Ajeng...” Panggil yudha
yang telah berdiri menatap rambut pirang ajeng. “Mau kemana??”
Ajeng menoleh.
“Pulanglah, udah sore.. dari pada nungguin loe yang masih bengong. Hihi.” Ajeng
tertawa sambil menutup mulutnya.
“gue nggak bengong kok.”
Kata Yudha membela diri. “Ya udah, gue anter loe pulang yah.”
“Okeh. Yuk..!!”
Akhirnya Yudha
mengantarkan Ajeng pulang.
3 minggu terlewati,
keduanya bertambah dekat. Perasaan nyamanpun mulai melanda hati masing2
dikarenakan seringnya menghabiskan waktu bersama minggu-minggu ini ditambah
komunikasi yang hampir tidak pernah dilakukan lagi bersama pasangan
masing-masing. Ajeng pun sering membantu Yudha dalam menghandle semua pekerjaan
kantornya, jelas.. Ajeng adalah seorang gadis yang pintar lulusan salah satu
universitas terbaik diDunia.
“Yudha...” panggil Ajeng
yang saat itu tengah menyandarkan kepalanya dibahu Yudha.
“Hmbbb..”
“Loe kangen nggak sama
pacar loe?”
Sungguh pertanyaan yang
menghancur leburkan suasana. Pertanyaan macam apa itu?? tapi, benar juga..
sudah 3 minggu Yudha tak menghubungi pacarnya lagi, begitu pula dengan Ajeng.
Bagaimana keadaan mereka sekarang?? Entahlah.. tak ada yang memberitahu.
Semuanya terlupakan saat mereka tengah berdua, selama 3 minggu tak pernah
sekalipun mengingat pacar masing-masing. Yang ada hanya berdua, hanya Ajeng dan
Yudha.
Yudha tersenyum.
“iyalah jeng, loe
sendiri??”
“gue juga.” Ajeng
mengangkat kepalanya dari bahu Yudha. “Yud, kalo entar kita beneran nikah. Loe
mau nggak janji satu hal sama gue.”
“Apa??”
“jangan pernah bawa cewek
lain masuk kedalem rumah kita yah.” Kata Yuki ragu.
“hah?? emang kenapa??”
Yudha menatap ajeng bingung diiringi senyuman manis dipipinya.
“Ya nggak, gue tau..kalo
kita nikah itu bukan karna cinta kan?? Loe sama gue ketemu saat hati kita itu
sama2 udah ada yang miliki, tapi.. gue ngerasa nggak enak aja kalo sampe loe ataupun
gue bawa orang lain masuk kedalem rumah kita. Nggak apa-apa kan yudha??” Ajeng
terlihat malu dengan pernyataannya itu.
Yudha tersenyum lalu
mulai terkekeh geli.
“kok ketawa?? Emang ada
yang lucu??” tanya Ajeng heran.
“iyalah ajeng.” Yudha
menghentikan kekehannya. “Kok tiba2 loe ngomong gitu sih?? Aneh deh, owhhh..
gue tau.” Yudha terlihat nyureng, menaik turun kan alisnya. “Loe udah mulai
jatuh cinta yah sama gue makanya loe nggak mau gue bawa cewek lain kerumah kita
entar, karena loe cemburu. Iya kan?? Hayo ngaku!!” yudha mencolek dagu ajeng
sambil senyum-senyum nggak jelas.
“ighhh.. apaan sih?? Gue
cemburu?? Nggak mungkinlah, gue khan Cuma mau loe itu menghormati pernikahan
kita aja. nggak lebih kok.” Kata ajeng menahan senyumnya keluar sambil mengalihkan
pandangannya dari yudha, agar yudha tak melihat wajahnya yang memerah karna
malu.
“halah, ngeles ajah.
Bilang aja kali kalo udah naksir.”
“nggak.”
“iya.”
“nggak.”
“okeh, kalo nggak ngaku
juga gue gelitikin nih.” ancam yudha.
Ajeng diam memalingkan wajahnya.
“ya udah.. 1..2..3.. “
Yudha mulai menggelitiki ajeng.
“ighhhh yudha, okeh..
jadi mau main gelitikan nih.”
Ajeng yang tak terima
malah bales gelitikin yudha, merekapun tertawa.
---
Tak terasa, 4 minggu
terlewati. 1 bulan tepat, pernikahan ajeng dan Yudha sudah disusun rapi oleh
ortu masing-masing. Hari yang ditunggu-tunggu oleh ortu mereka itu datang, hari
yang tak pernah terlintas dipikiran ajeng dan yudha itu kini benar-benar
terjadi.
Yudha dengan kemeja dan
celana putihnya terlihat sangat gagah nan tampan, sedangkan Ajeng memakai
kebaya putih dan rambutnya yang disanggul rapi semakin membuatnya terlihat
begitu langsing dan cantik.
“Loe cantik banget malem
ini.” Bisik yudha ditelinga ajeng yang saat itu duduk disampingnya untuk
melakukan ijab kabul.
Ajeng hanya tersenyum.
“makasih.”
DREETTTT...DRETTTTT...DREETTTT...
HP yudha bergetar lalu diikuti dengan nada deringnya.
Yudha mengambil Hpnya dan
melihat pesan yang tertera dilayar Hpnya itu. Kaget, yudha nampak panik dan
khawatir setelah membaca pesan itu.
“Gue harus gimana
sekarang??” kata yudha dalam hati.
Ajeng melihat yudha
gelisah saat janji suci pernikahan itu akan dimulai. Ajeng rasa ia tau apa yang
membuat calon suaminya itu jadi gelisah. Perlahan ajeng menggenggam tangan
yudha. Yudha menoleh ke ajeng.
“Pergilah...” Ucap ajeng
lembut disertai dengan senyuman termanisnya.
Sungguh kata-kata yang
tak pernah yudha bayangkan keluar dari mulut ajeng.
Yudha menatap ajeng
heran. “maksud loe??”
“Gue tau yud, cewek loe
pasti kenapa-kenapa kan?? Makanya.. pergilah!! Temuin dia, gue nggak mau
pernikahan yang Cuma sekali gue jalanin seumur hidup gue ini terjadi kalau
cowok yang jadi pendamping hidup gue ada disini tapi hatinya lagi ditempat
lain. Udah sana, pergi.. biar gue yang ngasih pengertian sama ortu kita.” Jelas
ajeng masih dengan senyuman manis terukir dipipi putihnya.
Yudha terlihat menimbang
perkataan ajeng, ia melihat kedua ortunya lalu melihat ortu ajeng secara
bergantian.
“gue nggak tau, kenapa
saat gue ngomong gitu ke Yudha.. hati gue jadi sakit banget. Gue berharap yudha
akan tetap disini, tapi..kayaknya itu nggak mungkin, yang gue tau yudha begitu
mencintai pacarnya. Ya udahlah..” Ajeng bicara dalam hati sambil terus menunduk
agar matanya yang merah karna menahan tangis tak terlihat orang banyak.
Yudha berdiri dari
duduknya, membuat semua orang terkejut. Tapi tidak dengan ajeng. Ia tau ini
akan terjadi. Ajeng semakin menunduk, tak dapat berbuat apa-apa lagi. Apa yang
akan terjadi?? Apa pernikahan ini akan batal?? Pertanyaan itu langsung muncul
dikepala setiap orang.
Loe
juga harus yakin sama itu yud, Percayakan Jodoh loe sama Tuhan karna tuhan udah
ngatur semuanya.
Kata-kata itu terngiang
ditelinga yudha, ia menutup matanya sebentar.
“Gue yakin, tuhan tau
jodoh yang terbaik buat gue.” Kata yudha dalam hati lalu membuka matanya.
Ia memasukan Hp kedalam
saku celananya.
“yud, kenapa berdiri??”
tanya mama Yudha.
“Yudha mau masukin HP
mah, tadi ada yang sms.” Kata yudha tersenyum lalu kembali duduk disamping
ajeng.
Ajeng terkejut mendengar
perkataan yudha barusan. Ia menoleh kesampingnya, terlihat yudha tersenyum
kearahnya. Tatapan ajeng begitu sendu seolah bertanya KENAPA YUD??
“Gue nggak akan pernah
ninggalin loe, karena gue yakin.. jodoh gue yang terbaik udah diatur sama
tuhan.” Kata yudha tersenyum sambil memegang pipi ajeng.
Pernikahan itupun
terjadi. Binar-binar kebahagian terlihat dari keduanya saat janji suci telah
terucap dan semua tamu mulai menyalami mereka dengan bermacam ucapan selamat.
Malam harinya, dikamar
yudha dan ajeng. Keduanya terpaku dalam diam ketika dua-duanya sudah mengenakan
baju tidur hadiah pernikahan dari ortu yudha.
“Emmbbb.. Yudha.”
“Iya.”
“makasih.”
“buat apa??”
“karna loe nggak pergi
tadi.”
Yudha hanya tersenyum.
“Yud..”
“apa??”
“gue tau, loe pasti masih
khawatir kan sama pacar loe itu.. sekarang loe boleh pergi kok yud, temuin dia.
Dia pasti lagi ngebutuhin loe.” ajeng memegang bahu yudha sambil tersenyum.
“Ajeng..”
“gue nggak apa-apa.”
Lanjut ajeng lagi.
“Ya udah.” Yudha beranjak
dari duduknya dan mengambil jaketnya yang tergantung rapi dalam lemari.
Ajeng berjalan keluar
kamar menuju balkon, sedangkan yudha sibuk bersiap-siap untuk pergi.
“Ajeng..” suara yudha
terdengar dari belakang ajeng.
Ajeng menoleh.
“Yudha?? Kenapa belum
pergi??” tanya ajeng.
“rentangin tangan loe!!”
perintah yudha.
“hah??”
“cepet..”
Ajeng merentangkan
tangannya, dengan cepat yudha memakaikan jaketnya ke ajeng.
“Loh?? Kok...”
“Loe itu sekarang istri
gue, loe mau kan ikut sama suami loe ini??” tanya yudha menatap ajeng lembut.
Ajeng tersenyum.
“Kemanapun loe yud...”
Yudha dan ajeng langsung
pergi menuju rumah sakit.
Sesampainya dirumah
sakit.
Yudha menghampiri seorang
ibu2 yang sedang menangis di\luar ruangan. Ibu2 itu menjelaskan semuanya ke
yudha, Yudha dan ajeng pun memasuki ruangan itu. terlihat seorang gadis cantik
tertidur lemas diatas kasur rumah sakit. Gadis itu membuka matanya dan melihat
yudha. Ia tersenyum.
“yudha..” ucapnya lemah.
“Gimana keadaan loe??”
tanya Yudha.
“lumayan.”
Lalu dia melihat ajeng
muncul dari belakang tubuh yudha.
“Siapa dia yud??”
“dia...dia...dia Ajeng,
dia istri gue Ta.” kata yudha meraih pinggang ajeng.
“a..a..apa?? istri loe??”
tanya Arita, pacar yudha.
“iya.”
Ajeng yang merasa tidak
enak mengganggu pembicaraan kedua orang ini memilih mundur dan berjalan keluar.
Saat membuka pintu, yudha menahan tangannya.
“jangan pernah tinggalin
gue.” Kata yudha menarik ajeng dalam pelukannya.
“yudha...” lirih Arita
melihat sepasang suami istri itu.
Yudha menarik tangan
ajeng untuk mendekat ke Arita lagi.
“Istri loe cantik yud,
beruntung loe bisa milikin dia.”
Yudha tersenyum.
“Nama loe ajeng kan??”
tanya arita.
Ajeng mengangguk.
“Ajeng, gue titip yudha.
Bahagia-in yudha yah.”
“Pasti.” Kata ajeng
tersenyum memandang yudha.
Arita tersenyum pilu, tak
tau apa yang dirasakannya sekarang. Pacarnya menghilang selama sebulan penuh
tanpa kabar tanpa penjelasan, dan begitu kembali.. ia sudah membawa seorang
gadis bersamanya. Bukan pacar, ataupun tunangan. Tapi seorang istri.
Selesai menjenguk Arita,
kedua pasangan pengantin baru ini memutuskan untuk pulang kerumah.
Sesampainya dirumah.
Ajeng melihat sosok yang dulu sangat dicintainya berdiri di depan pintu rumah.
Perlahan Ajeng dan yudha
berjalan menghampiri sosok itu.
“Ajeng...” sapanya
lembut.
Mata ajeng berkaca-kaca,
ia ingin sekali menangisi keadaan ini.
“Siapa Jeng??” tanya
yudha yang saat itu berdiri disamping ajeng.
“gue Bryan.” Jawab cowok
itu. “Selamat yah jeng, maaf.. gue baru bisa dateng, soalnya gue baru dikasih
tau sama sahabat-sahabat kita kalau hari ini adalah hari pernikahan loe.” lirih
Bryan dengan mata yang memerah.
“bryan....” air mata
ajeng jatuh. “maafin gue...”
Bryan kali ini tak dapat
menahan dirinya lagi, ingin sekali ia memeluk erat gadis yang dulu menjadi
kekesih hatinya itu. secepat kilat Bryan menarik ajeng kedalam peluknya. Yudha
hanya diam melihat kejadian itu, entah mengapa yudha merasa gerah dengan apa
yang dilihatnya sekarang. Perasaan marah, tak suka dan tak rela sang istri yang
baru dinikahinya beberapa jam lalu dipeluk oleh cowok lain. Yudha mengepal
keras tangannya, perlahan yudha mundur untuk menjauh. Baru saja satu langkah
yudha mundur, ajeng memegang erat tangannya. perlahan Ajeng melepaskan pelukan
Bryan.
“Maaf bryan.. sekarang,
Cuma dia yang boleh peluk gue.” Kata Ajeng sedikit menarik yudha agar kembali
berdiri disampingnya.
“Ajeng..” yudha menatap
ajeng heran.
Bryan tersenyum.”Loe...”
bryan menatap yudha. “jagain ajeng yah! Bahagia-in dia, dan jangan pernah loe
buat dia kecewa atau nangis. Kalo sampe hal itu terjadi, gue akan balik lagi
dan ngerebut dia dari loe.” lanjut bryan.
“tanpa loe pinta juga
bakal gue lakuin kok.” Jawab yudha.
“ya udah, Ajeng...” bryan
kembali menatap ajeng.
Ajeng menyeka air matanya
yang sudah jatuh dipipi.
“gue akan pergi keluar
kota, soalnya.. gue bakalan kerja disana nemenin nenek gue. Loe jaga diri
baik-baik yah, kalo suami loe ini macam-macam loe telpon aja gue. Gue bakalan
ngehajar dia habisa-habisan.” Canda bryan mencairkan suasana.
Ajeng tersenyum.
“gue nggak akan
macam-macamin ajeng kok, jadi..loe nggak usah susah payah buat ngehajar gue.”
Bryan memegang pipi
ajeng.
“selamanya, gue akan
tetap mencintai loe. love you..” Bryan mengecup kening ajeng lalu berlalu
pergi.
Yudha melotot melihat
kejadian itu, sementara ajeng.. terus tersenyum menatap kepergian Bryan.
“wahhh..tuh orang
..bener-bener ngajak ribut yah, berani2nya dia nyium istri gue didepan mata gue
sendiri.” Omel yudha.
Bryan menoleh. “sorry
yah, itung-itung ciuman perpisahan. Bye..” teriak Bryan melambaikan tangannya,
lalu menghilang dibalik pagar besar.
“cemburu yah??” ledek
ajeng.
“Nggak tau.” Ujar yudha
ngambek.
“hehehe... jelek tau kalo
cemberut gitu. Masuk yuk.” Kata ajeng bergelayut manja ditangan yudha.
“nggak mau.” Ketus yudha.
“yahh..kok nggak mau
sih??”
“bodok. Siapa suru tadi
loe senyum2 pas dicium cowok itu.”
“owhhh.. ceritanya ngiri
nih.. ya udah deh..” ajeng melepaskan tangannya dari tangan stefan. Lalu
berdiri didepan stefan. “Now, tomorrow and forever i’m yours and my love is
your mine.. love you my husband..” kata ajeng tersenyum memegang kedua pundak
yudha. Dengan cepat ajeng mencium pipi kanan yudha.
Yudha tersenyum.
“I love you too my wife.”
Kata yudha menarik ajeng dalam dekapannya.
THE END