ONE SHOOT
STARS,
genk motor yang beranggotakan 2 orang wanita dan 6 orang pria. Bukan sebuah
genkster besar seperti yang ada diluar negeri sana. Hanya segelintir anak-anak
muda yang kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan memutuskan untuk hidup
mandiri dengan teman-teman dekatnya disebuah rumah yang mereka beli bersama
atas hasil ‘kerja keras’ mereka selama ini. William, Kevin, Maxime, Arjuna,
Aditya, Joshua dan Kimmy. SEVEN STARS! Itulah julukan yang mereka gunakan untuk
menyebut kelompok genk mereka.
***
Ia
mengendap-endap seperti pencuri, melangkah pelan memasuki sebuah ruangan kosong
dengan bau asap rokok yang menyengat, menusuk tepat kedalam hidung mancungnya.
ia memandang sekitar memastikan keadaan lalu memasukkan sesuatu kedalam sebuah
kantung jaket yang tergeletak diatas tempat tidur. Ia tersenyum kecil lalu
pergi meninggalkan tempat itu sebelum ada yang melihat dan menyadari kehadirannya
diruangan itu.
***
“Tapi
aku ingin ikut!” teriak seorang gadis cantik dengan rambut dikuncir kuda, Yuangka
Steele. ia memakai rompi kulit berwarna hitam mengkilap dengan gambar bintang
bertuliskan STARS dibagian punggung rompi itu untuk menutupi tanktop biru yang
membalut tubuh rampingnya. Hotpans serta sepatu bots berwarna hitampun tak
ketinggalan menghiasi kakinya yang jenjang.
“tidak!”
Balas William, pria tampan berkulit putih yang juga memakai jaket kulit hitam
mengkilap dengan gambar yang sama dengan Yua untuk menutupi kaos merahnya.
“Kalian
tega sekali meninggalkan aku sendirian.” Rutuk Yua memasang tampang memelasnya
kepada 7 orang yang berada disekelilingnya, hampir satu jam ia berusaha
membujuk orang-orang ini agar mau mengajaknya ikut serta dalam rencana mereka,
namun sampai sekarang hasilnya masih nihil.
“Sudahlah
Wil, biarkan saja Yua ikut.” Bela Maxime, seorang pria tampan berlesung pipi
yang berdiri tak jauh dari Yua, ia merasa tak tega melihat gadis cantik itu,
biar bagaimanapun Yua sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri.
Yua
tersenyum sumringah mendengar pembelaan dari Maxime, lalu kembali menatap
William penuh harap. Akhirnya ada yang membelanya juga.
“Tidak!”
Kekeh pria tampan itu tak terpengaruh dengan ekspresi penuh harap yang Yua
tunjukan.
“Tapi
Wil...”
“Yua,
dengarkan aku!” William memegang kedua pundak Yua. “ini tidak aman untukmu! Aku
tidak ingin terjadi sesuatu yang membahayakanmu nanti. Tolong mengertilah, ini
semua demi kebaikanmu.”
Yua
mendengus keras lalu memalingkan wajahnya, kembali kesal karena keinginannya
tak dituruti.
“tenanglah
Yua, kami tidak akan lama.” Kata seorang gadis cantik yang tengah duduk manis diatas
sofa hitam dibelakang Yua, Kimmy.
“Kim
benar, kami tidak akan lama.”
Yua
menghela nafas kasar, percuma juga ia selalu memelas agar diajak pergi, toh
semuanya akan tetap pada keputusan awal. “ya, ya, ya baiklah.”
William
tersenyum manis lalu mengacak pelan poni Yua. “Gadisku yang pintar.”
“Hei
dude!” Arjuna melempar kulit kacang kewajah William, membuat pria tampan itu
terpaksa mengalihkan pandangannya dan menatap tajam kearah Arjuna. “Gadis kita!
Ingat, Yua itu milik bersama.” Tambah Arjuna mengambil beberapa biji kacang
lagi dari atas meja.
Yua
melemparkan tatapan kesal kepada Arjuna. “milik bersama apanya? Kau pikir aku
ini apa?”
Arjuna
terkekeh kecil melihat tingkah Yua lalu melangkah santai kearah gadis itu.
“Stay calm gadis kecil!” ia mengacak pelan poni Yua lalu berjalan menuju pintu
keluar setelah mengambil sebuah kunci motor yang tergeletak diatas meja yang dipenuhi
oleh kulit kacang.
“Dah
Yua!” kata Kevin sedikit berlari menuju pintu keluar.
Kimmy
mengedipkan sebelah matanya kepada Yua lalu mengekori langkah Kevin menuju
pintu keluar. “Jaga rumah baik-baik ya gadis kecil!”
Yua
merengut masam kemudian memalingkan mukanya kesal. “Tunggu saja! Takkan aku
bukakan pintu nanti, kalian semua akan tidur diluar malam ini!”
“wuwuwu
dasar gadis galak.” Aditya menarik hidung Yua pelan lalu ikut berlari kecil
menuju pintu keluar.
“ishhhh
Aditya!!!!!” kesal Yua menyentuh hidungnya yang memerah.
William
hanya terkekeh melihat Yua kesal atas godaan teman-temannya. “Aku janji, kami
tidak akan lama.” Tambah William mencium singkat kening Yua kemudian melangkah
pergi menyusul teman-temannya yang lain.
Yua
hanya diam melihat kepergian teman-temannya, pandangannya sendu membuat matanya
berair, dan sedetik berikutnya air mata itupun jatuh dari pelupuk matanya. Yua
menghapus air matanya pelan lalu menarik simetris sudut bibirnya, sebuah
senyuman miring yang terukir jelas diwajah cantiknya. “It’s show time!”
***
4
motor besar itu berhenti didalam kegelapan malam, mengintai sesuatu dalam diam
berbaur menjadi salah satu bagian dari gelapnya malam.
“Sial!” Kevin menggeram kesal sambil
menggebrak keras tanki motor ninjanya, ia menatap keramaian yang mengelilingi
sebuah gedung besar yang menjadi target incaran mereka. “Kenapa bisa ada banyak
polisi.”
“tenanglah
Kevin.” Kimmy mengelus lembut pundak Kevin, berusaha menenangkan sang kekasih. “jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?
Menunggu mereka pergi? Atau kita yang pergi dari sini?”
“tentu
saja kita pulang! Kita tak mungkin nekat merampok bank yang sudah jelas-jelas
dijaga ketat oleh polisi.” Jawab Joshua menstater kembali motornya.
Perlahan
tapi pasti keempat motor itu meninggalkan kegelapan yang mengelilingi mereka
kembali berbaur dijalanan yang padat akan kendaraan yang berlalu lalang.
***
Rumah
besar bercat cream itu tampak benar-benar lenggang, gelap dan suram. Seolah tak
ada seorang pun manusia yang tinggal didalamnya.
“Kenapa
lampunya mati?” tanya Kimmy saat Kevin telah selesai memarkirkan motornya tepat
didepan rumah itu.
Kevin
membuka helmnya lalu melihat rumah yang ditempatinya lebih dari 10 tahun itu,
sebuah kernyitan bingung terpeta jelas diraut wajahnya.
“Kenapa
sepi sekali?” Aditya, pria berpostur tubuh kecil itu melihat keseliling rumah,
mencari sedikit sorot terang dari lampu rumah itu yang mungkin dinyalakan dari
dalam.
“Kemana
Yua?” Tanya pria berlesung pipi, Maxime yang juga ikut berdiri mengawasi rumah
besar itu disamping Aditya.
2
buah motor ninja berwarna merah dan hijau berhenti disamping keempat orang yang
masih diam menatap kegelapan dari rumah besar itu, seolah bisa menerawang isi
didalam rumah hanya dengan menatapnya dari luar.
“ada
apa ini? kenapa kalian hanya berdiri disini?” tanya seorang pria tampan yang
turun dari motor berwarna hijau, Arjuna.
Joshua
dan William berjalan mendekat kearah teman-temannya yang lain. “ayo masuk!”
kata Willy berjalan mendahului yang lain menuju pintu masuk rumah.
Deritan
pintu yang dibuka lebar itu terdengar menggema keseluruh penjuru rumah,
menandakan rumah itu benar-benar kosong, tanpa satu manusiapun didalamnya.
“astaga!
Sudah berapa tahun kita meninggalkan rumah ini?”
“2
jam tak sampai.” Kata Aditya mencelos. “Tapi seperti sudah tak dihuni
berpuluh-puluh tahun saja!”
“gadis
kecil itu! pergi kemana dia?” Arjuna berjalan dalam kegelapan, mencari saklar.
Seluruh
lampu dirumah itu secara serentak menyala, menerangi setiap sudut rumah tanpa
terkecuali. Rumah yang tadinya sudah berantakan itu tampak lebih parah
berantakan dari sebelumnya, benar-benar hancur lebur seperti sebuah kapal yang
habis terkena badai besar ditengah lautan. Serpihan beling dari pecahan
kaca-kaca tampak berserakan dimana-mana, berhelai-helai bulu angsa tampak
mencuat keluar dari tempatnya, bantalan sofa dan beberapa tampak masih
berterbangan memenuhi udara.
“A..a..apa
kita salah masuk rumah?” Tanya Kimmy memecahkan keheningan yang tercipta semenjak
lampu dihidupkan. Keenam pria tampan disampingnya itu tampak terdiam melongo,
menikmati keterkejutan masing-masing tanpa ada satupun yang mau buka suara.
30
detik berlalu dan... “Yua!” teriak ketujuh orang itu bersamaan, mereka saling
menatap lalu mulai berpencar mengelilingi rumah itu mencari sosok gadis cantik
yang baru beberapa jam lalu mereka tinggalkan sendirian dirumah ini.
***
Hallo STARS!!! Kalian tahu, balas dendam
itu rasanya nikmat sekali.
Apalagi, kalau ditambah dengan
bonus seorang gadis cantik.
William
menggeram marah sambil meremas kuat potongan kecil kertas yang sengaja ditinggal
diatas tempat tidur Yua.
“Kurang
ajar!” Arjuna mengepalkan tinjunya lalu mengarahkannya langsung ketembok putih
terdekat dikamar itu.
“Seharusnya..kita
tidak meninggalkan Yua sendirian.” Lirih Kimmy yang berada dalam pelukan Kevin.
“semuanya
salahku!” erang William menjambak kuat rambutnya lalu terduduk lemas disamping
tempat tidur Yua. “seandainya aku menuruti apa kemauan Yua tadi, pasti Yua
sekarang masih... masih....”
Joshua
mengusap pelan pundak William, berusaha menenangkan kegelisahan sahabatnya itu.
“Tenanglah
Wil! Kita tidak boleh saling menyalahkan, sebaiknya kita mencari tahu
keberadaan Yua sebelum terjadi sesuatu yang buruk nanti.”
***
Bel
rumah berbunyi, Joshua dengan sigapnya langsung melangkah kepintu besar itu
berniat membukanya, saat pintu itu telah ia buka lebar, 3 orang pria berbadan
kekar berbaju hitam dan kacamata hitam berdiri menjulang dihadapannya. Sebuah
pukulan mendarat tepat dipipi kiri Joshua tanpa ada kesempatan untuk menghindar
membuat ia tersungkur kelantai, sudut bibirnya mengeluarkan darah dan ia hanya
bisa meringis perih atas tindakan spontan orang berbadan kekar itu.
Para
pria itu tersenyum meremehkan, lalu melempar sebuah kotak berukuran sedang
disamping tubuh joshua yang masih tergeletak diatas lantai putih itu.
Joshua
merasakan kepalanya berdenyut pening sesaat setelah salah satu dari pria kekar
itu menerjang kepalanya, ia meringis sakit dan tak lama kemudian kesadarannya
pun hilang.
***
Semua
orang didalam ruang tamu itu tengah memusatkan tatapannya kearah sebuah laptop
yang sengaja diletakkan ditengah-tengah meja, agar semuanya dapat melihat
dengan jelas.
BLIPPP...
sebuah tayangan muncul dilayar laptop itu, memunculkan 2 orang pria dengan
masker hitam menutupi sebagian wajah mereka. Keduanya mengacungkan jari
tengahnya kehadapan kamera lalu melangkah mundur sedikit menjauhi kamera,
memunculkan seorang gadis dengan mulut terplester tak sadarkan diri dan terikat
diatas sebuah kursi kayu, disudut mata gadis itu masih terlihat sisa-sisa bias
air mata bahkan ada lebam biru disamping matanya. salah satu dari pria
bermasker hitam itu menarik rambut gadis itu yang kebetulan tengah dikuncir
kuda, berusaha memperlihatkan wajahnya lebih jelas lagi dihadapan kamera.
“YUA!”
Sorot mata William berkilat marah melihat gadisnya diperlakukan seperti itu, ia
meremas kuat tangannya sendiri masih dengan tatapan terfokus kelayar laptop, tak
jauh beda dengan ketujuh temannya yang lain.
“1 Miliar dollar! Akan kami lepaskan
gadis cantik ini.” Kata salah seorang pria itu mencengkram
kuat dagu Yua, lalu menghempaskannya kasar.
Willy
menutup kesal laptop itu, dan mengerang. “Malam ini! kita harus menjalankan
rencana kita waktu itu!”
***
Semuanya
telah direvisi ulang, direncanakan kembali dengan lebih matang dan menyusun
langkah-langkah jitu agar rencana kali ini dapat membuahkan hasil. Setelah
sibuk dengan tugasnya masing-masing, ketujuh orang ini akhirnya siap, siap
untuk melaksanakan rencana mereka.
William
duduk tercenung diatas sebuah sofa besar diruang tamu rumahnya, malam ini,
mereka akan beraksi untuk menyelamatkan Yua, gadisnya. Sekelebat bayangan Yua
hadir dipikirannya, terkenang saat-saat dimana gadis itu masih berada
disisinya, dan bayangan dimana Yua yang tak sadarkan diri dengan muka lebam
membuat ia meremas sebuah kotak berwarna merah hati yang ada digenggaman
tangannya. “Tunggulah Yua, tunggu aku.” Katanya mencium kotak itu lalu beranjak
dari duduknya.
***
William
tengah mengintai sebuah mobil milik bank yang membawa uang nasabahnya dalam jumlah
miliaran dollar Amerika. Sebuah walkie talkie sudah tergenggam erat
ditangannya.
“Mereka
datang!”
Sebuah
mobil hitam berhenti tepat dihadapan mobil milik bank itu, menyebabkan sang
sopir terpaksa menginjak rem secara mendadak agar tabrakan mengerikan tak
terjadi. Tak lama sebuah mobil hitam yang lain juga datang dan berhenti tepat
dibelakang mobil milik bank itu, sang sopir serta seorang polisi yang berada
disampingnya terpaksa turun, melihat ada apa gerangan mobil-mobil itu berhenti
begitu saja didepan dan dibelakang mobilnya yang tengah berjalan.
2
orang turun dari mobil hitam didepannya dan 2 orang lagi dari bagian belakang
mobil milik bank itu, sang sopir dan polisi itu tampak mengemukakan protesnya
kepada 4 orang yang tiba-tiba menghentikan mobilnya dibagian depan dan belakang
mobil yang sedang mereka kendarai. Keempat orang ini tiba-tiba saja sudah
bergerak dengan lincahnya membekuk sang sopir dan polisi itu, membuat keduanya
tak sadarkan diri dan jatuh tergeletak tak berdaya diatas semen jalanan.
Joshua
mengambil sebuah kunci dari dalam saku celana sang sopir, ia melemparkan kunci
itu ketangan Arjuna yang sudah siap dibelakang mobil milik bank itu. dengan
bantuan Aditya ia membuka bagian belakang mobil itu, lalu tersenyum penuh arti
kepada Aditya. Mereka berdua bertos ria lalu mulai mengambil kantung-kantung
berisi uang itu.
“Cepatlah!
Ada mobil polisi yang datang!”
Keempatnya
langsung menaiki mobil masing-masing dan meninggalkan tempat kejadian. Terus
berjalan didalam kegelapan malam, berusaha menghilangkan jejak mereka.
***
Sebuah
kereta bawah tanah melintas dengan cepat, Angin yang kuat muncul seiring dengan
datang dan perginya kereta itu sehingga kertas-kertas yang berada
didinding-dinding lorong kereta itu terlepas dari tempatnya dan melayang
terbang memenuhi udara distasiun kereta bawah tanah yang sepi.
Segerombolan
pria berbadan besar tengah duduk-duduk santai disudut lorong stasiun dekat
dengan tangga masuk.
Tak
lama, STARS datang. William diikuti oleh keenam temannya yang lain, yang juga
berjalan dibelakangnya sambil membawa satu buah koper yang cukup besar, mereka
berjalan dengan santainya kearah gerombolan pria berbadan besar itu yang kini
juga tengah menatap kedatangan mereka dengan tatapan meremehkan.
“Wow!
Lihat siapa yang datang!” ujar salah seorang pria berkepala plontos dengan
kacamata hitamnya.
William
mencelos, kesal dengan pria berkepala botak itu. “Mana Yua?” tanyanya datar.
Pria
botak itu tersenyum, mengangkat tangan kanannya keatas seolah memberi isyarat
kepada anak buahnya untuk membawa seseorang kesini.
2
orang pria masih dengan postur tubuh yang kekar mengamit lengan Yua, dan
menuntunnya untuk berjalan maju kedepan, menuju sang ketua Genk.
Yua
tersenyum lemah saat melihat William dan teman-temannya yang lain datang
menolongnya. Wajah gadis cantik itu dipenuhi lebam-lebam biru, darah yang masih
tersisa diujung bibirnya serta rambutnya yang berantakan, benar-benar
menandakan gadis ini tidak diperlakukan dengan baik oleh pria-pria bertubuh
kekar itu. William meringis melihat keadaan Yua, menatap tajam pria botak yang
berdiri cukup jauh dari hadapannya itu.
“Uang?”
Willy
melemparkan koper itu, dan jatuh tepat dibawah kaki sang pria berkepala botak.
Salah seorang dari para pria berbadan besar itu mengecheck isi kopernya, lalu
mengangguk pelan kepada sang bos.
“Baiklah.”
Pria botak itu tersenyum, lalu memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan
lengan Yua.
Yua
kembali tersenyum saat ia berjalan gontai menuju William yang juga balas
tersenyum lembut kearahnya, Arjuna, Aditya, Maxime, Joshua, Kevin, dan Kimmy
pun ikut tersenyum menyambut Yua yang masih dengan tertatih berjalan menuju
mereka.
DORRR!
Sebuah letusan pistol menggema dilorong kereta api itu, membuat langkah Yua
yang sudah gontai sekarang benar-benar berhenti, ia terdiam beberapa saat dan
kemudian...hening.
Yua
mengerjap menatap miris pada Willy dan teman-temannya yang lain, setetes air
bening jatuh dari pelupuk mata gadis itu. dan kemudian sebuah suara benturan
antara daging dan lantai yang kuat terdengar menggema dilorong itu, Yua ambruk
tepat dihadapan Willy yang kini memelototkan matanya menatap ketumbangan Yua.
Kevin cs tak kalah syoknya melihat kejadian barusan, mereka membuka lebar mata
mereka tak percaya ditambah dengan mulut yang sedikit menganga lebar.
“YUA!!!!”
jerit William diiringi air matanya yang juga menetes, ia mengalihkan
pandangannya kepada pria botak dihadapannya yang kini tengah tertawa keras
bersama anggota genknya. “kami berjanji akan melepaskannya tapi tidak berjanji
untuk tidak membunuhnya.”
“Beraninya
kau!” Mata Willy berkilat marah, ia merenggut pistol dari balik bajunya lalu kemudian
menarik pelatuknya dan DORRRR! Tembakan itu tepat mengenai kepala sang pria
berkepala botak. Menghentikan tawa sang pria dan membuat pria itu tumbang
begitu saja kelantai.
Tak
terima melihat sang ketua ditembak, para pria bertubuh besar itupun ikut
mengeluarkan senjata dari balik tubuhnya masing-masing. Lorong yang tadinya
sepi itu kini terdengar ramai oleh suara baku tembak yang terjadi antar genk
ini.
Semua
saling berlindung dibalik tembok dan kursi yang berada didekat mereka, Willy
yang berada didepan terus berjalan mendekati gerombolan itu tak peduli tubuhnya
kini menjadi sasaran peluru dari pistol para pria kekar itu. Kaos putih yang
Willy kenakan sudah berlumuran oleh darahnya sendiri, ia tumbang saat sebuah
peluru menembus dadanya. Willy terjatuh tepat disamping tubuh Yua yang kini
benar-benar tak bergerak, gadisnya takkan pernah membuka mata indahnya lagi.
Apa semuanya sudah berakhir sampai disini? Lirih William dalam hati menggenggam
erat jemari Yua.
Kevin
dan Maxime maju berusaha menolong Willy, namun apalah daya saat Maxime berhasil
menembak salah seorang dari gerombolan pria kekar itu, mereka juga berhasil
menembakkan pelurunya kedada Kevin.
Kimmy
menjerit, berlari menuju Kevin yang tumbang. Sebuah peluru juga mengenai dada
Kimmy saat ia tengah berlari menghampiri Kevin. Joshua dan Arjuna maju kedepan.
Sebuah peluru menembus kaki Maxime, ia jatuh dan kemudian sebuah peluru lagi
menyusul menembus kulitnya menuju jantung. Arjuna menembak 2 orang pria bertubuh
kekar itu.
2
lawan 3! 2 orang maju menggempur Aditya yang mulai kewalahan, Arjuna berusaha
membantu, tapi tak lama peluru dingin itu juga ikut menembus kulitnya. Aditya
menggeram marah melihat teman-temannya tumbang, ia semakin berjalan maju sambil
berteriak kesal, 2 orang tumbang
sekaligus, tapi sepertinya dewi fortuna sedang tak memihak kepadanya, Pria
terakhir berhasil menembaknya sesaat setelah ia melepaskan pelatuk kearah pria
itu. keduanya sama-sama tumbang dilantai.
Lorong
kereta bawah itu kembali kekeadaannya semula, sunyi tanpa ada suara sedikitpun.
***
Willy
menggelengkan kepalanya keras, saat bayang-bayang mengerikan itu muncul
dibenaknya. Ia merentangkan tangannya menyambut Yua yang tersenyum lemah
kearahnya. Ia sedikit berjalan kedepan untuk meraih gadis cantik itu kedalam
pelukannya, Willy tersenyum mengeratkan pelukannya seolah tak ingin pelukan itu
terlepas dan membuat gadis ini kembali jauh dari jangkauannya.
Kevin
cs tersenyum melihat Yua yang berada dipelukan Willy.
Derap
langkah menggema keseluruh penjuru lorong stasiun kereta api itu, bukan hanya
satu, dua, lima, tapi ada puluhan. Puluhan derap langkah, sedetik kemudian
muncullah orang-orang berbaju hitam dengan pistol ditangannya mengepung tempat
sekitar stasiun kereta bawah tanah itu.
Kevin
cs terkejut bukan main melihat banyaknya polisi yang mulai mengerubungi mereka,
tak ada jalan kabur lagi kali ini. Willy melepaskan pelukannya terhadap Yua dan
melihat sekelilingnya yang sudah dipenuhi oleh polisi yang sedang menodongkan
pistol kearahnya dan teman-temannya.
Yua
yang berada dihadapan William malah tersenyum lebar melihat muka-muka terkejut
diantara teman-temannya itu, mungkin mereka tidak menyangka bila akhirnya akan
jadi seperti ini.
Seorang
polisi berjalan mendekat kearah Yua, membuat Willy cs dilanda kebingungan
setengah mati. Polisi itu menunjukkan sikap hormatnya kepada Yua, lalu
menyerahkan sesuatu ketangan gadis cantik itu.
Yua
kembali mengumbar senyuman manisnya saat tatapannya kembali tertuju kepada
Willy dan teman-temannya yang lain. Yua mengangkat tangannya dan menunjukkan
sesuatu kepada teman-temannya untuk menghilangkan kerutan didahi mereka.
“Aku
Yuangka White, Agen FBI yang ditugaskan untuk menangkap anak-anak genk yang
beberapa tahun terakhir ini sering meresahkan warga dan juga sering merampok
bank-bank besar. dan kalian tahu, menangkap kalian tidak sesulit perkiraan
semua orang. Terima kasih karena telah memudahkan langkahku.” Kata Yua
tersenyum manis, ia mengangkat tangannya seolah sedang hormat lalu membalikkan
tubuhnya berjalan menjauh.
Kevin
dan yang lainnya melongo melihat kejadian itu, mereka menatap kepergian Yua
geram. Jadi selama ini gadis itu biang keladinya, gadis yang selalu
menggagalkan rencana merampok mereka, gadis yang selalu merepotkan mereka.
Gadis itu..bahkan bersekutu dengan para pria berbadan besar itu.
“Apa-apaan
ini?” geram Kevin.
“Gadis
kecil itu! beraninya dia!”
“hah?
Yua? Dia!!”
William
masih menatap kepergian Yua, tanpa diduga-duga gadis itu menoleh lalu
mengedipkan matanya kearah William.
----
“Will..”
Yua mengusap pelan dada William. Gadis cantik itu tengah bersandar nyaman dipangkuan
Willy sambil memainkan jemari lentiknya didada bidang pria yang juga kini
tengah memeluk erat pinggangnya.
“hm..”
William hanya berdehem sambil sesekali mengecup pelipis Yua.
“apa
cita-citamu?” tanya Yua mengangkat wajahnya melihat Willy yang juga kini tengah
menatapnya.
“cita-cita
ya?” Willy makin mengeratkan pelukannya dipinggang Yua. “sederhana saja Yua,
Aku ingin menikah denganmu lalu kita berdua bisa hidup berbahagia bersama anak
dan cucu kita nanti.”
Yua
terkekeh kecil. “gombal!” ujarnya menepuk pelan dada Willy. “katakan Wil...”
rengek Yua kemudian.
“yaaa..
sebenarnya.. aku ingin menjadi seorang polisi.”
“benarkah?
Kenapa?”
“karena
aku ingin menangkap gadis nakal sepertimu, yang sudah dengan berani-beraninya
mencuri hati seorang William yang tampan ini.” Goda Willy mencubit gemas pipi
Yua.
Yua
meringis, melepaskan tangan Willy dari pipinya. Pipi Yua memerah entah karena
digombali william tadi atau memang karena cubitan william dipipinya cukup kuat.
“ayo
katakan alasannya Will..”
“baiklah,
baiklah. Aku hanya ingin membuktikan kepada kedua orang tuaku, bahwa anak yang
mereka tinggalkan begitu saja didunia yang keras ini masih bisa menjadi
seseorang yang berharga dan berguna bagi bangsa dan negara.” Ujar William
menatap lurus kearah bintang-bintang keangkasa menerawang masa depan yang
sangat ia impikan.
“Lalu
kenapa memilih jalan seperti ini?”
Willy
tersenyum. “terkadang apa yang selalu kita impikan tidak sesuai dengan keadaan
yang ada. Ini hidup Yu, semuanya akan terus berjalan tanpa mau menunggu. Tapi
siapa yang tahu kedepannya, mungkin ini memang yang ditakdirkan Tuhan dijalan
hidupku.”
Yua
tersenyum memeluk William kembali. “seandainya nanti kau menjadi polisi, dan
dihadapkan diantara dua pilihan antara teman dan negara apa yang akan kau
pilih?”
“Teman
itu penting Yua, sangat penting setelah Tuhan dan Keluarga. Tapi, negara jauh
lebih berharga. Bukan satu atau dua orang tapi jutaan, kalau memang aku
dihadapkan pada dua pilihan itu, tentu aku akan memilih negara.”
“benarkah?”
“ya.”
Yua
kembali mengangkat wajahnya, menatap William tepat dimatanya. “mau berjanji
satu hal padaku?”
“apa?”
tanya William menghela helaian rambut Yua yang jatuh menutupi wajah cantiknya.
“kau
akan selalu menyayangi dan mencintaiku apapun yang terjadi.”
William
tersenyum. “janji.” Katanya mencium singkat bibir Yua.
Wajah
Yua merona malu. “takkan pernah membenciku apapun yang aku lakukan.”
“Janji.”
Willy kembali mencium singkat bibir Yua.
“tetap
percaya padaku, kalau aku juga mencintaimu.”
“Janji,
janji, janji.” William mencium singkat bibir Yua tiga kali, lalu tersenyum
menatap gadis itu. “aku mengerti Yua, apapun yang kau lakukan. Aku takkan
pernah bisa membencimu.”
Yua
tersenyum lega. “Aku sangat menyayangi kalian semua, dan aku sangat, sangat
mencintaimu Will.”
“Aku
lebih mencintaimu Yua.” Willy dan Yua sama-sama memiringkan wajahnya, masih
menatap dalam mata masing-masing sampai akhirnya kedua benda lembut itu
bertemu, melumat dan mencecap rasa masing-masing.
---
Willy
memejamkan matanya sesaat lalu tersenyum menatap kepergian Yua.
“Takkan
Yua, aku takkan membencimu apapun yang kau lakukan. Itu janji kita.”
END
satu lagi cerpen aneh hasil SKS gue! haha peace ya guys, ini cerpen terinspirasi dari MVnya B.A.P dengan judul yang sama One Shoot.. well, i wanna say sorry bila lagi-lagi hasilnya mengecewakan, feelnya nggak dapet, typo, aneh, ngawur, ngelantur, bahasanya aneh.. de el el....:D oki doki thanks for reading, bye! ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar