Senin, 25 Juli 2011

My Story

Seperti biasa, kayak pagi-pagi sebelumnya. Aku selalu dianter ama mama yang super protektif kesekolah.
“Yuki, nanti pas pulang sekolah langsung telpon mama ya. Entar mama jemput.” Kata mama sambil membelai rambutku.
“Iya ma.” Jawabku singkat sambil tersenyum.
“Owh iya.. jangan jajan sembarangan, entar kamu sakit lagi.”
“Iya mama.”
“Ya udah, hati-hati ya nak.” Kata mama tersenyum kemudian mencium keningku.
“Iya ma.” Aku turun dari mobil. “Dahh mama.” Ucapku saat mobil mama berjalan. Aku ngelanjutin langkah kakiku menuju sebuah kelas sambil membawa beberapa buku ditangan.
“Aduh..” buku yang aku bawa jatuh kelantai.
“Yuki.. maaf ya, gue nggak liat.” Kata Stefan, teman sekelasku.
“Owhh.. nggak apa-apa Stef, tenang aja.” Jawabku sambil membereskan buku-bukuku yang terjatuh.
“Bener?” Tanya Stefan lagi.
“Iya.. nggak apa-apa.” aku menengok kearah Stefan.
“Sini..” Stefan menjulurkan tangannya.
“Hahh?” Aku hanya melihat tangan Stefan.
“Tangan loe..”
“Owhh..” pikiranku baru nyambung, sesegera mungkin kuraih tangannya. “Thanks ya Stef.”
“Nyantai aja kali, lagian ini jugakan salah gue.” Stefan tersenyum. “Ya udah gue duluan ya Ki.” Kata Stefan pergi.
“Ya..” aku tersenyum.
Aku masuk kedalam kelasku yang super ribut, kuletakkan tasku diatas meja paling depan.
“Hi.” Sapa Ariel, sahabatku.
“Hi..juga.” aku menoleh kearah Ariel. “Udah belajar?”
“Ya iyalah, kalo enggak entar nasib gue gimana?” Kata Ariel tersenyum.
“Hehehe…” Aku tersenyum, senyumanku semakin lebar ketika aku melihat Stefan lewat dihadapanku sambil tersenyum. “Ohh my god, dia senyum ama gue.” aku berbisik dalam hati.
“Yuki…hello.. kalo suka bilang aja kali, jangan Cuma senyam-senyum doang.” Ariel menahan senyum.
“Hahh..” Aku berhenti tersenyum. “Maksudnya?”
“Hembb.. kumat nih, sinyalnya ilang lagi.” Cibir Ariel.
“Aghhh Ariel…” Kataku malu.
“Makanya jangan belajar mulu, yang ada diotak loe itu Cuma belajar doang, makanya susah banget loadingnya.” Ariel mengejek.
“Hahh.” Aku semakin bingung.
“Ya udahlah, forgetting all.” Ujar Ariel mengalihkan pandangan.
“Owhh.. ya udah.”
* * *
Waktu pulang sekolah udah tiba, aku nunggu jemputan mama dipinggir pagar sekolah yang lumayan tinggi.
“Yuki..”
“Ya..” Aku menengok kebelakang. “Stefan..”
“Nunggu jemputan ya?” Tanya Stefan halus.
“Iya..”
“Ya udah gue duluan ya.” Stefan berjalan pergi.
“Iya…” aku hanya diam terpaku.
“TIN..TIN..” Suara mobil mama terdengar keras ditelingaku.
“Mama..” Kataku tersenyum sambil berlari masuk kedalam mobil.
“Kok tadi bengong sih.” Tanya mama seolah ingin mengintrogasi.
“Nggak ma, tadi lagi mikirin PR aja.”
“Bener?” mama melihat kearahku.
“Embb.. iya ma.” Jawabku kaku. “Ma.. boleh nanya nggak?” Aku melihat mamaku.
“Mau nanya apa sayang?”
“Emmbb.. mama pernah nggak sih jatuh Cinta?” tanyaku sedikit pelan.
“hhhaa..kok nanyanya gitu.” Mamaku menahan tawa.
“Jawab aja ma..” aku meringis malu.
“Emmbb…gimana ya.” Mama seolah berpikir.
“Mama..” jeritku.
“Iya…iya.. pernah kok sayang. Mama kan juga pernah muda. Kenapa? Kamu lagi jatuh Cinta ya?” mama meledekku.
“Nggak.. Cuma mau nanya aja.” Aku mengalihkan pandanganku keluar mobil. Mama hanya tersenyum melihat tingkahku.

* * *
“Hi cantik..” Ariel duduk disebelahku.
“Hi juga manis..” sapaku melihat Ariel.
“Hehehe.. gue mau ngelaporin sesuatu nih ama loe.” Kata Ariel sambil menaikkan kedua alisnya.
“Ngelaporin apa?” Tanyaku pelan.
“Stefan masih jomblo loh..” Ariel berbisik.
“Hahh?” wajahku memerah. “Kok..kok loe ngomong gitu sih Riel.” Tanyaku pura-pura bingung.
“Jiahh.. dia pake acara bolot. Capek deh.” Cibir Ariel.
“Apaan sih..Ariel.”
“Ehh.ehh.. Stefan dateng tuh.” Kata Ariel menyenggol tanganku.
“Hi Yuki..” sapa Stefan sambil tersenyum manis kepadaku. Kemudian ia berlalu ketempat duduknya yang hanya berjarak 1 meja dariku
“Hi..” jawabku meringis.
“Cie..cie.. salting ni ye..” Ariel kembali meledekku.
“Ariel…” Kataku mencubit tangan Ariel pelan.
“Aww.. sakit tau.” Ucapnya meringis sambil mengelus-elus tangannya.
“Makanya jangan ngeledek mulu.” Kataku sedikit merajuk.
“Hehehe..” Ariel tersenyum.
“Yuki..” Stefan menyebut namaku.
“Hahh..” aku kaget tak berani menoleh kearahnya.
“Woii.. Stefan manggil tuh.” Ujar Ariel menyenggolku.
“Aduh noleh nggak ya?” tanyaku dalam hati.
“Yuki…” Panggil Stefan lagi.
“Iya..” Aku baru menoleh kebelakang. “Ada apa Stef?” tanyaku heran.
“Embb.. boleh pinjem catetan bahasa inggris loe nggak?”
“Sure.. kenapa nggak?” jawabku kaku. “Kapan?”
“Nanti aja pas pulang sekolah.” Stefan tersenyum kembali.
“Iya..” Aku kembali menghadap kedepan.
“Aduhhh.. Yuki.. plis deh jangan malu-maluin, gitu aja masa kaku sih.” Sindir Ariel.
“Siapa juga yang kaku?” aku mencoba mengelak.
“Hembb..” Ariel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“TREET…” suara bel sekolah berbunyi tanda pelajaran telah usai.
“Stefan…” aku memanggil Stefan sambil membawa sebuah buku.
“Ehh.. Yuki..” Stefan menoleh kearahku.
“Nih buku catetannya.” Aku menjulurkan buku kearah Stefan dengan sedikit gemetar.
“Owhh.. gue pinjem dulu ya.” Kata Stefan mengambil buku yang ada ditanganku.
“Iya..” Ucapku pelan.
“Dahh Yuki..” Stefan berjalan pergi.
“TIN..TIN..” Suara mobil mama kembali mengagetkanku.
“Mama…” jeritku kesal.
“Maaf sayang, abiz kamu melamun mulu sih.” Mama mencoba membela diri. “Ayo masuk.”
“Iya.” Jawabku sambil masuk kedalam mobil.
“Ma.. besok.. aku nggak usah dijemput ya.”
“Loh.. kenapa?” mama heran.
“Nggak.. Cuma bosen aja, masa Yuki tiap hari mama jemput sih. Yuki khan mau belajar pulang sendiri ma.” Jelasku sopan.
“Tapi sayang, entar kalo dijalan kamu kenapa-napa gimana? Kecelakaan? Dirampok? Diculik? Atau apalah.” Kebiasaan mama kumat.
“Mam.. trust me..” aku mencoba meyakinkan mamaku.
“Okeh.. mama izinin, tapi kalo ada apa-apa cepet hubungin mama ya.”
“Beres ma..” aku tersenyum lebar. “I love you mom.” Kataku sambil memeluk mama.
“ZZZzzzttt..” Handphoneku bergetar.
“Stefan..” aku tak percaya. “Yess..” jeritku dalam hati sangking senangnya aku ingin melompat setinggi mungkin.tapi berhubung aku didalam mobil aku hanya bisa tersenyum dengan lebar.

Hi Cantik.. ini gue, Stefan..
Besok gue mau pinjem catetan matematika loe..
Boleh ya, jangan lupa dibawa.. :)
Ohh my god, dia mau pinjem catetan gue lagi. Nggak salah nih.
“Yuki sayang.. kok senyum-senyum sendiri sms dari siapa?” Mama melihat kearahku.
“Owhh.. temen ma, Cuma temen.” Kataku sambil menyimpan handphonenya.

* * *
Malam ini aku nggak bisa tidur, aku duduk disamping jendela memandangi indahnya rembulan yang dikelilingi bintang-bintang, sambil memegang handphone ditanganku. Sesekali aku melihat kearah handphone berharap Stefan kembali mengirim sms kepadaku atau yang lebih baik dia menelponku.
“ZZZzzzttt..” handphoneku kembali bergetar.
“Stefan..” kata-kata itu langsung keluar dari mulutku, tapi seketika raut wajahku menjadi murung ketika aku tahu, handphoneku bergetar bukan karena ada sms masuk melainkan hanya sebuah pengingat. “Yahh.. kirain.” Ucapku tak bersemangat.
Aku kembali ketempat tidurku yang empuk, kubaringkan tubuhku yang sedikit letih. Mataku mulai terpejam sedikit demi sedikit.
“ZZZzzzttt..”
Mataku kembali melotot, aku beranjak dari tempat tidur langsung mengambil handphone yang kuletakkan didekat jendela. Aku kembali terkejut ternyata kali ini benar-benar ada sms, dan pengirimnya adalah Stefan. “Mama…” jeritku sambil melompat-lompat seperti orang yang memenangkan hadiah lotre.
“Yuki..” mama membuka pintu.
“Iya ma..”
“Kamu kenapa? Kok teriak sih?” Tanya mama heran.
“Nggak ma, Cuma kejepit meja aja.” Aku mencari-cari alasan.
“Hati-hati dong sayang, mana sini mama liat dulu.” Mama mendekat.
“Nggak usah ma, bentar lagi juga ilang sakitnya.”
“Bener? Ya udah met bobo ya sayang, happy nice dream.” Mama mencium keningku kemudian keluar dari kamar dan menutup kembali pintu kamar.
“Hhuuft.. ampir aja.” Aku menghela nafas. Sesegera mungkin aku membuka sms dari Stefan.

Hi.. lagi ngapain? Udah tidur belum?
Aku membalas sms Stefan secepat kilat, dengan jurus ketikan 2 ibu jariku.

Hi juga.. lagi tidur-tiduran aja,
Belum tidur kok, kan masih bisa bales sms dari loe..
Loe sendiri?
Semoga dibales, semoga dibales. Pintaku dalam hati. “ZZZzzzttt..” yess.. handphoneku kembali bergetar.

Belum ngantuk..
Lagi nyalin catetan loe aja..
Ya ampun… aku nggak nyangka bisa smsan ama Stefan, satu kemajuan yang sangat bagus buat aku, rasanya aku nggak mau malam yang indah ini berakhir dengan cepat.

* * *
Pagi ini, aku pergi kesekolah sendiri sesuai perjanjian yang udah aku buat bareng mama. Aku mulai memasuki ruang kelas yang seperti biasa ributnya minta ampun. Seketika pagiku yang indah menjadi gelap gulita saat tatapanku melihat kearah Stefan dan Ariel yang sedang asik ngobrol berdua. Rasanya aku ingin menangis sekuat mungkin, berlari menjauh dari semua orang. Tapi kakiku sontak tak dapat bergerak, aku kaku.
“Sahabat gue, ama Stefan.. OHH NO..” jeritku dalam hati. Rasanya ingin kuhampiri mereka berdua, aku ingin meluapkan semua emosiku. Tapi.. setelah aku fikir-fikir lagi. Sebaiknya aku pergi, aku berjalan masuk kedalam WC. Tak dapat kutahan lagi, air mataku jatuh dengan sendirinya. Membanjiri pipiku yang chuby terselimut bedak.
“Hikz..hikz..hikz..” aku menangis lepas. “Hhuu bedak gue luntur.” Ucapku saat melihat kearah kaca. Setelah puas menangis, nggak belum puas sih. Rasanya aku butuh waktu lebih lama lagi didalam WC, tapi.. aku harus masuk kedalam kelas, aku tak mungkin meninggalkan pelajaran. Apa kata dunia? Kalo sampe mereka tau seorang YUKI ANASTASYA, siswi terpintar disekolahnya. Bolos hanya karena patah hati. Aku memberanikan diri masuk kedalam kelas. Dengan mata yang merah dan sedikit sembab.
“Yuki.. loe kenapa?” Tanya ariel dari kejauhan.
“Nggak, tadi Cuma kelilipan aja dijalan.” Ucapku menahan tangis. Saat Ariel
Mendekat kearahku, rasanya ingin aku mencakar-cakar pipinya yang halus itu, nggak,
Halusan juga pipiku.
“Bener?” Tanya Ariel khawatir.
“Iya..” jawabku halus, sambil memaksakan pipiku untuk tersenyum.
“Ohhh… gue tau, jangan-jangan loe…” ujar Ariel menatapku penuh arti.
“Jangan-jangan apa?”
“Loe cemburu ya? Liat gue duduk berduaan ama Stefan?” Cibir Ariel.
Sial…!! Ketahuan..
“Tuh kan bener..”
“Apaan sih riel.” Tanyaku mengelak.
“Gubrakk !! jadi bener-bener suka nih buuuk?” Tanya Ariel tersenyum.
“Embb..” aku hanya diam tak bisa berkata-kata.
“Diem..tandanya iya, cie..cie… yang jealous, sampe sembab gitu mukanya.. Abis nangis yahh..” Ujar Ariel meledek.
“Siapa juga yang jealous, gue nggak nangis jg kok.” Kataku tak mau kalah.
“Tenang aja Yuk, gue ama Stefan itu nggak ada hubungan apa-apa.” Jelas
Ariel.
“Bener? Serius loh?” Tanyaku bersemangat.
“Iya Yuki sayang. So.. jangan jealous-jealous ya ama gue.” ujar Ariel
menyenggol tanganku.
“Ighh apaan sih, nggak segitunya juga kali.” Ucapku membela diri. “Terus.. kalo nggak ada hubungan apa-apa, kenapa loe tadi duduk berduaan gitu ama dia.” Aku mulai mengintrogasi seperti mama.
“Kami itu lagi ngebahas loe kali.” Kata Ariel menahan senyum.
“Gue..?” aku heran.
“Iya.. tadi itu Stefan ngintrogasi gue, ya kayak loe lagi introgasi gue sekarang nih.”
“Ya ampun, ngebahas gue?” aku masih tak percaya, seandainya ini mimpi aku tak mau terbangun dari mimpi indah ini. Zzzzttt.. langsung terlintas dibenakku. “Berarti tadi gue cemburu buta dong, air mata gue. kebuang percuma.” Kataku dalam hati.
“Yuki.. loe nggak apa-apa kan? Jangan syok dulu dong.” Ariel kembali mencibirku.
“Aghhh..” aku kembali menangis.
“Yahh..yahhh..yahh… dia nangis, hembb capek deh.” Ariel memalingkan wajahnya. “Yuki.. udah dong.. jangan nangis malu tau.” Ariel mencoba menghentikan tangisanku.
“Ariel… aghhh..” Tangisku semakin kencang.
“Yuki.. stop..jangan mulai ya. if you don’t stoping that, gue panggil Stefan nih buat diemin loe.” Kata Ariel yang mulai merajuk.
Aku langsung berhenti menangis, dan mengusap air mataku. “Panggil aja.” Jawabku tersenyum malu.
“Ighhh.. dasar.. Yuki....” ucapnya sambil mencubit kedua pipiku.
“Aduhh.. sakit tau, embb Riel.”
“Ya..” Ariel melihat kearahku.
“Maafin gue ya, gue udah salah sangka ama loe.” Kataku menunjukan muka melas.
“Iya.. gue maafin, nggak tahan gue liat muka melas loe, tapi ada syaratnya.” Ariel merangkul pundakku.
“Apa?”
“Berhubung gue belum sarapan, jadi loe harus traktir gue makan didepan.”
“Beres boss, apa sih yang enggak buat Best Friend gue yang satu ini.” Kataku tersenyum.
“Yuki..” Stefan memanggilku.
“Hembb..embb.. gue duluan ya.” Ariel meninggalkan aku dan Stefan.
“Ariel..” Aku berdiri hendak mengejar Ariel, tapi Stefan memegang tanganku. “Gila.. Stefan.. megang tangan gue.” hatiku bergejolak, terbang kelangit 1700. wajahku memerah, tak sanggup aku melihat tatapan mata Stefan yang begitu menusuk tepat dihati.
“Yuki..” panggil Stefan lagi.
“Ya..” aku menoleh kearah stefan.
“Hembb.. kayaknya gue manggil loe itu emang harus 2 kali ya.” Sindir Stefan.
“Hehhe.. maaf..besok-besok nggak akan kayak gini lagi kok.” Aku meringis. “owh iya, ada apa?”
“Ini gue mau balikin buku loe.” Stefan meletakkan catetanku diatas meja. “makasih ya Ki.”
“Nyantai aja kali, nggak usah sungkan.” Aku tersenyum.
“Embb loe ama Ariel tadi mau kemana?”
“Kantin..” jawabku singkat.
“Owh.. berhubung Ariel udah duluan, loe bareng gue aja ya.” Ajak stefan.
“Iya..” aku nggak percaya stefan ngajak bareng. Sumpah deg-degan abis.
“Yukk..” Stefan mengulurkan tangannya.
Pertama aku hanya melihat tangan Stefan, pelan-pelan kuraih tangannya. Aku dan Stefann jalan bergandengan menuju kantin. Stefan menoleh kearahku sambil tersenyum.

--SELESAI--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar