Senin, 10 Juni 2013

ONE SHOOT


ONE SHOOT

STARS, genk motor yang beranggotakan 2 orang wanita dan 6 orang pria. Bukan sebuah genkster besar seperti yang ada diluar negeri sana. Hanya segelintir anak-anak muda yang kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan memutuskan untuk hidup mandiri dengan teman-teman dekatnya disebuah rumah yang mereka beli bersama atas hasil ‘kerja keras’ mereka selama ini. William, Kevin, Maxime, Arjuna, Aditya, Joshua dan Kimmy. SEVEN STARS! Itulah julukan yang mereka gunakan untuk menyebut kelompok genk mereka.

***
Ia mengendap-endap seperti pencuri, melangkah pelan memasuki sebuah ruangan kosong dengan bau asap rokok yang menyengat, menusuk tepat kedalam hidung mancungnya. ia memandang sekitar memastikan keadaan lalu memasukkan sesuatu kedalam sebuah kantung jaket yang tergeletak diatas tempat tidur. Ia tersenyum kecil lalu pergi meninggalkan tempat itu sebelum ada yang melihat dan menyadari kehadirannya diruangan itu.

***
“Tapi aku ingin ikut!” teriak seorang gadis cantik dengan rambut dikuncir kuda, Yuangka Steele. ia memakai rompi kulit berwarna hitam mengkilap dengan gambar bintang bertuliskan STARS dibagian punggung rompi itu untuk menutupi tanktop biru yang membalut tubuh rampingnya. Hotpans serta sepatu bots berwarna hitampun tak ketinggalan menghiasi kakinya yang jenjang.
“tidak!” Balas William, pria tampan berkulit putih yang juga memakai jaket kulit hitam mengkilap dengan gambar yang sama dengan Yua untuk menutupi kaos merahnya.
“Kalian tega sekali meninggalkan aku sendirian.” Rutuk Yua memasang tampang memelasnya kepada 7 orang yang berada disekelilingnya, hampir satu jam ia berusaha membujuk orang-orang ini agar mau mengajaknya ikut serta dalam rencana mereka, namun sampai sekarang hasilnya masih nihil.
“Sudahlah Wil, biarkan saja Yua ikut.” Bela Maxime, seorang pria tampan berlesung pipi yang berdiri tak jauh dari Yua, ia merasa tak tega melihat gadis cantik itu, biar bagaimanapun Yua sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri.
Yua tersenyum sumringah mendengar pembelaan dari Maxime, lalu kembali menatap William penuh harap. Akhirnya ada yang membelanya juga.
“Tidak!” Kekeh pria tampan itu tak terpengaruh dengan ekspresi penuh harap yang Yua tunjukan.
“Tapi Wil...”
“Yua, dengarkan aku!” William memegang kedua pundak Yua. “ini tidak aman untukmu! Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang membahayakanmu nanti. Tolong mengertilah, ini semua demi kebaikanmu.”
Yua mendengus keras lalu memalingkan wajahnya, kembali kesal karena keinginannya tak dituruti.
“tenanglah Yua, kami tidak akan lama.” Kata seorang gadis cantik yang tengah duduk manis diatas sofa hitam dibelakang Yua, Kimmy.
“Kim benar, kami tidak akan lama.”
Yua menghela nafas kasar, percuma juga ia selalu memelas agar diajak pergi, toh semuanya akan tetap pada keputusan awal. “ya, ya, ya baiklah.”
William tersenyum manis lalu mengacak pelan poni Yua. “Gadisku yang pintar.”
“Hei dude!” Arjuna melempar kulit kacang kewajah William, membuat pria tampan itu terpaksa mengalihkan pandangannya dan menatap tajam kearah Arjuna. “Gadis kita! Ingat, Yua itu milik bersama.” Tambah Arjuna mengambil beberapa biji kacang lagi dari atas meja.
Yua melemparkan tatapan kesal kepada Arjuna. “milik bersama apanya? Kau pikir aku ini apa?”
Arjuna terkekeh kecil melihat tingkah Yua lalu melangkah santai kearah gadis itu. “Stay calm gadis kecil!” ia mengacak pelan poni Yua lalu berjalan menuju pintu keluar setelah mengambil sebuah kunci motor yang tergeletak diatas meja yang dipenuhi oleh kulit kacang.
“Dah Yua!” kata Kevin sedikit berlari menuju pintu keluar.
Kimmy mengedipkan sebelah matanya kepada Yua lalu mengekori langkah Kevin menuju pintu keluar. “Jaga rumah baik-baik ya gadis kecil!”
Yua merengut masam kemudian memalingkan mukanya kesal. “Tunggu saja! Takkan aku bukakan pintu nanti, kalian semua akan tidur diluar malam ini!”
“wuwuwu dasar gadis galak.” Aditya menarik hidung Yua pelan lalu ikut berlari kecil menuju pintu keluar.
“ishhhh Aditya!!!!!” kesal Yua menyentuh hidungnya yang memerah.
William hanya terkekeh melihat Yua kesal atas godaan teman-temannya. “Aku janji, kami tidak akan lama.” Tambah William mencium singkat kening Yua kemudian melangkah pergi menyusul teman-temannya yang lain.
Yua hanya diam melihat kepergian teman-temannya, pandangannya sendu membuat matanya berair, dan sedetik berikutnya air mata itupun jatuh dari pelupuk matanya. Yua menghapus air matanya pelan lalu menarik simetris sudut bibirnya, sebuah senyuman miring yang terukir jelas diwajah cantiknya. “It’s show time!”

***
4 motor besar itu berhenti didalam kegelapan malam, mengintai sesuatu dalam diam berbaur menjadi salah satu bagian dari gelapnya malam.
 “Sial!” Kevin menggeram kesal sambil menggebrak keras tanki motor ninjanya, ia menatap keramaian yang mengelilingi sebuah gedung besar yang menjadi target incaran mereka. “Kenapa bisa ada banyak polisi.”
“tenanglah Kevin.” Kimmy mengelus lembut pundak Kevin, berusaha menenangkan sang kekasih.  “jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Menunggu mereka pergi? Atau kita yang pergi dari sini?”
“tentu saja kita pulang! Kita tak mungkin nekat merampok bank yang sudah jelas-jelas dijaga ketat oleh polisi.” Jawab Joshua menstater kembali motornya.
Perlahan tapi pasti keempat motor itu meninggalkan kegelapan yang mengelilingi mereka kembali berbaur dijalanan yang padat akan kendaraan yang berlalu lalang.

***
Rumah besar bercat cream itu tampak benar-benar lenggang, gelap dan suram. Seolah tak ada seorang pun manusia yang tinggal didalamnya.
“Kenapa lampunya mati?” tanya Kimmy saat Kevin telah selesai memarkirkan motornya tepat didepan rumah itu.
Kevin membuka helmnya lalu melihat rumah yang ditempatinya lebih dari 10 tahun itu, sebuah kernyitan bingung terpeta jelas diraut wajahnya.
“Kenapa sepi sekali?” Aditya, pria berpostur tubuh kecil itu melihat keseliling rumah, mencari sedikit sorot terang dari lampu rumah itu yang mungkin dinyalakan dari dalam.
“Kemana Yua?” Tanya pria berlesung pipi, Maxime yang juga ikut berdiri mengawasi rumah besar itu disamping Aditya.
2 buah motor ninja berwarna merah dan hijau berhenti disamping keempat orang yang masih diam menatap kegelapan dari rumah besar itu, seolah bisa menerawang isi didalam rumah hanya dengan menatapnya dari luar.
“ada apa ini? kenapa kalian hanya berdiri disini?” tanya seorang pria tampan yang turun dari motor berwarna hijau, Arjuna.
Joshua dan William berjalan mendekat kearah teman-temannya yang lain. “ayo masuk!” kata Willy berjalan mendahului yang lain menuju pintu masuk rumah.

Deritan pintu yang dibuka lebar itu terdengar menggema keseluruh penjuru rumah, menandakan rumah itu benar-benar kosong, tanpa satu manusiapun didalamnya.
“astaga! Sudah berapa tahun kita meninggalkan rumah ini?”
“2 jam tak sampai.” Kata Aditya mencelos. “Tapi seperti sudah tak dihuni berpuluh-puluh tahun saja!”
“gadis kecil itu! pergi kemana dia?” Arjuna berjalan dalam kegelapan, mencari saklar.
Seluruh lampu dirumah itu secara serentak menyala, menerangi setiap sudut rumah tanpa terkecuali. Rumah yang tadinya sudah berantakan itu tampak lebih parah berantakan dari sebelumnya, benar-benar hancur lebur seperti sebuah kapal yang habis terkena badai besar ditengah lautan. Serpihan beling dari pecahan kaca-kaca tampak berserakan dimana-mana, berhelai-helai bulu angsa tampak mencuat keluar dari tempatnya, bantalan sofa dan beberapa tampak masih berterbangan memenuhi udara.
“A..a..apa kita salah masuk rumah?” Tanya Kimmy memecahkan keheningan yang tercipta semenjak lampu dihidupkan. Keenam pria tampan disampingnya itu tampak terdiam melongo, menikmati keterkejutan masing-masing tanpa ada satupun yang mau buka suara.
30 detik berlalu dan... “Yua!” teriak ketujuh orang itu bersamaan, mereka saling menatap lalu mulai berpencar mengelilingi rumah itu mencari sosok gadis cantik yang baru beberapa jam lalu mereka tinggalkan sendirian dirumah ini.

***

Hallo STARS!!! Kalian tahu, balas dendam itu rasanya nikmat sekali.
Apalagi, kalau ditambah dengan bonus seorang gadis cantik.

William menggeram marah sambil meremas kuat potongan kecil kertas yang sengaja ditinggal diatas tempat tidur Yua.
“Kurang ajar!” Arjuna mengepalkan tinjunya lalu mengarahkannya langsung ketembok putih terdekat dikamar itu.
“Seharusnya..kita tidak meninggalkan Yua sendirian.” Lirih Kimmy yang berada dalam pelukan Kevin.
“semuanya salahku!” erang William menjambak kuat rambutnya lalu terduduk lemas disamping tempat tidur Yua. “seandainya aku menuruti apa kemauan Yua tadi, pasti Yua sekarang masih... masih....”
Joshua mengusap pelan pundak William, berusaha menenangkan kegelisahan sahabatnya itu.
“Tenanglah Wil! Kita tidak boleh saling menyalahkan, sebaiknya kita mencari tahu keberadaan Yua sebelum terjadi sesuatu yang buruk nanti.”

***
Bel rumah berbunyi, Joshua dengan sigapnya langsung melangkah kepintu besar itu berniat membukanya, saat pintu itu telah ia buka lebar, 3 orang pria berbadan kekar berbaju hitam dan kacamata hitam berdiri menjulang dihadapannya. Sebuah pukulan mendarat tepat dipipi kiri Joshua tanpa ada kesempatan untuk menghindar membuat ia tersungkur kelantai, sudut bibirnya mengeluarkan darah dan ia hanya bisa meringis perih atas tindakan spontan orang berbadan kekar itu.
Para pria itu tersenyum meremehkan, lalu melempar sebuah kotak berukuran sedang disamping tubuh joshua yang masih tergeletak diatas lantai putih itu.
Joshua merasakan kepalanya berdenyut pening sesaat setelah salah satu dari pria kekar itu menerjang kepalanya, ia meringis sakit dan tak lama kemudian kesadarannya pun hilang.

***
Semua orang didalam ruang tamu itu tengah memusatkan tatapannya kearah sebuah laptop yang sengaja diletakkan ditengah-tengah meja, agar semuanya dapat melihat dengan jelas.

BLIPPP... sebuah tayangan muncul dilayar laptop itu, memunculkan 2 orang pria dengan masker hitam menutupi sebagian wajah mereka. Keduanya mengacungkan jari tengahnya kehadapan kamera lalu melangkah mundur sedikit menjauhi kamera, memunculkan seorang gadis dengan mulut terplester tak sadarkan diri dan terikat diatas sebuah kursi kayu, disudut mata gadis itu masih terlihat sisa-sisa bias air mata bahkan ada lebam biru disamping matanya. salah satu dari pria bermasker hitam itu menarik rambut gadis itu yang kebetulan tengah dikuncir kuda, berusaha memperlihatkan wajahnya lebih jelas lagi dihadapan kamera.

“YUA!” Sorot mata William berkilat marah melihat gadisnya diperlakukan seperti itu, ia meremas kuat tangannya sendiri masih dengan tatapan terfokus kelayar laptop, tak jauh beda dengan ketujuh temannya yang lain.

“1 Miliar dollar! Akan kami lepaskan gadis cantik ini.” Kata salah seorang pria itu mencengkram kuat dagu Yua, lalu menghempaskannya kasar.

Willy menutup kesal laptop itu, dan mengerang. “Malam ini! kita harus menjalankan rencana kita waktu itu!”

***
Semuanya telah direvisi ulang, direncanakan kembali dengan lebih matang dan menyusun langkah-langkah jitu agar rencana kali ini dapat membuahkan hasil. Setelah sibuk dengan tugasnya masing-masing, ketujuh orang ini akhirnya siap, siap untuk melaksanakan rencana mereka.

William duduk tercenung diatas sebuah sofa besar diruang tamu rumahnya, malam ini, mereka akan beraksi untuk menyelamatkan Yua, gadisnya. Sekelebat bayangan Yua hadir dipikirannya, terkenang saat-saat dimana gadis itu masih berada disisinya, dan bayangan dimana Yua yang tak sadarkan diri dengan muka lebam membuat ia meremas sebuah kotak berwarna merah hati yang ada digenggaman tangannya. “Tunggulah Yua, tunggu aku.” Katanya mencium kotak itu lalu beranjak dari duduknya.

***
William tengah mengintai sebuah mobil milik bank yang membawa uang nasabahnya dalam jumlah miliaran dollar Amerika. Sebuah walkie talkie sudah tergenggam erat ditangannya.
“Mereka datang!”
Sebuah mobil hitam berhenti tepat dihadapan mobil milik bank itu, menyebabkan sang sopir terpaksa menginjak rem secara mendadak agar tabrakan mengerikan tak terjadi. Tak lama sebuah mobil hitam yang lain juga datang dan berhenti tepat dibelakang mobil milik bank itu, sang sopir serta seorang polisi yang berada disampingnya terpaksa turun, melihat ada apa gerangan mobil-mobil itu berhenti begitu saja didepan dan dibelakang mobilnya yang tengah berjalan.
2 orang turun dari mobil hitam didepannya dan 2 orang lagi dari bagian belakang mobil milik bank itu, sang sopir dan polisi itu tampak mengemukakan protesnya kepada 4 orang yang tiba-tiba menghentikan mobilnya dibagian depan dan belakang mobil yang sedang mereka kendarai. Keempat orang ini tiba-tiba saja sudah bergerak dengan lincahnya membekuk sang sopir dan polisi itu, membuat keduanya tak sadarkan diri dan jatuh tergeletak tak berdaya diatas semen jalanan.
Joshua mengambil sebuah kunci dari dalam saku celana sang sopir, ia melemparkan kunci itu ketangan Arjuna yang sudah siap dibelakang mobil milik bank itu. dengan bantuan Aditya ia membuka bagian belakang mobil itu, lalu tersenyum penuh arti kepada Aditya. Mereka berdua bertos ria lalu mulai mengambil kantung-kantung berisi uang itu.
“Cepatlah! Ada mobil polisi yang datang!”
Keempatnya langsung menaiki mobil masing-masing dan meninggalkan tempat kejadian. Terus berjalan didalam kegelapan malam, berusaha menghilangkan jejak mereka.

***
Sebuah kereta bawah tanah melintas dengan cepat, Angin yang kuat muncul seiring dengan datang dan perginya kereta itu sehingga kertas-kertas yang berada didinding-dinding lorong kereta itu terlepas dari tempatnya dan melayang terbang memenuhi udara distasiun kereta bawah tanah yang sepi.
Segerombolan pria berbadan besar tengah duduk-duduk santai disudut lorong stasiun dekat dengan tangga masuk.
Tak lama, STARS datang. William diikuti oleh keenam temannya yang lain, yang juga berjalan dibelakangnya sambil membawa satu buah koper yang cukup besar, mereka berjalan dengan santainya kearah gerombolan pria berbadan besar itu yang kini juga tengah menatap kedatangan mereka dengan tatapan meremehkan.
“Wow! Lihat siapa yang datang!” ujar salah seorang pria berkepala plontos dengan kacamata hitamnya.
William mencelos, kesal dengan pria berkepala botak itu. “Mana Yua?” tanyanya datar.
Pria botak itu tersenyum, mengangkat tangan kanannya keatas seolah memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membawa seseorang kesini.
2 orang pria masih dengan postur tubuh yang kekar mengamit lengan Yua, dan menuntunnya untuk berjalan maju kedepan, menuju sang ketua Genk.
Yua tersenyum lemah saat melihat William dan teman-temannya yang lain datang menolongnya. Wajah gadis cantik itu dipenuhi lebam-lebam biru, darah yang masih tersisa diujung bibirnya serta rambutnya yang berantakan, benar-benar menandakan gadis ini tidak diperlakukan dengan baik oleh pria-pria bertubuh kekar itu. William meringis melihat keadaan Yua, menatap tajam pria botak yang berdiri cukup jauh dari hadapannya itu.
“Uang?”
Willy melemparkan koper itu, dan jatuh tepat dibawah kaki sang pria berkepala botak. Salah seorang dari para pria berbadan besar itu mengecheck isi kopernya, lalu mengangguk pelan kepada sang bos.
“Baiklah.” Pria botak itu tersenyum, lalu memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan lengan Yua.
Yua kembali tersenyum saat ia berjalan gontai menuju William yang juga balas tersenyum lembut kearahnya, Arjuna, Aditya, Maxime, Joshua, Kevin, dan Kimmy pun ikut tersenyum menyambut Yua yang masih dengan tertatih berjalan menuju mereka.

DORRR! Sebuah letusan pistol menggema dilorong kereta api itu, membuat langkah Yua yang sudah gontai sekarang benar-benar berhenti, ia terdiam beberapa saat dan kemudian...hening.
Yua mengerjap menatap miris pada Willy dan teman-temannya yang lain, setetes air bening jatuh dari pelupuk mata gadis itu. dan kemudian sebuah suara benturan antara daging dan lantai yang kuat terdengar menggema dilorong itu, Yua ambruk tepat dihadapan Willy yang kini memelototkan matanya menatap ketumbangan Yua. Kevin cs tak kalah syoknya melihat kejadian barusan, mereka membuka lebar mata mereka tak percaya ditambah dengan mulut yang sedikit menganga lebar.
“YUA!!!!” jerit William diiringi air matanya yang juga menetes, ia mengalihkan pandangannya kepada pria botak dihadapannya yang kini tengah tertawa keras bersama anggota genknya. “kami berjanji akan melepaskannya tapi tidak berjanji untuk tidak membunuhnya.”
“Beraninya kau!” Mata Willy berkilat marah, ia merenggut pistol dari balik bajunya lalu kemudian menarik pelatuknya dan DORRRR! Tembakan itu tepat mengenai kepala sang pria berkepala botak. Menghentikan tawa sang pria dan membuat pria itu tumbang begitu saja kelantai.

Tak terima melihat sang ketua ditembak, para pria bertubuh besar itupun ikut mengeluarkan senjata dari balik tubuhnya masing-masing. Lorong yang tadinya sepi itu kini terdengar ramai oleh suara baku tembak yang terjadi antar genk ini.
Semua saling berlindung dibalik tembok dan kursi yang berada didekat mereka, Willy yang berada didepan terus berjalan mendekati gerombolan itu tak peduli tubuhnya kini menjadi sasaran peluru dari pistol para pria kekar itu. Kaos putih yang Willy kenakan sudah berlumuran oleh darahnya sendiri, ia tumbang saat sebuah peluru menembus dadanya. Willy terjatuh tepat disamping tubuh Yua yang kini benar-benar tak bergerak, gadisnya takkan pernah membuka mata indahnya lagi. Apa semuanya sudah berakhir sampai disini? Lirih William dalam hati menggenggam erat jemari Yua.
Kevin dan Maxime maju berusaha menolong Willy, namun apalah daya saat Maxime berhasil menembak salah seorang dari gerombolan pria kekar itu, mereka juga berhasil menembakkan pelurunya kedada Kevin.
Kimmy menjerit, berlari menuju Kevin yang tumbang. Sebuah peluru juga mengenai dada Kimmy saat ia tengah berlari menghampiri Kevin. Joshua dan Arjuna maju kedepan. Sebuah peluru menembus kaki Maxime, ia jatuh dan kemudian sebuah peluru lagi menyusul menembus kulitnya menuju jantung. Arjuna menembak 2 orang pria bertubuh kekar itu.
2 lawan 3! 2 orang maju menggempur Aditya yang mulai kewalahan, Arjuna berusaha membantu, tapi tak lama peluru dingin itu juga ikut menembus kulitnya. Aditya menggeram marah melihat teman-temannya tumbang, ia semakin berjalan maju sambil berteriak kesal,  2 orang tumbang sekaligus, tapi sepertinya dewi fortuna sedang tak memihak kepadanya, Pria terakhir berhasil menembaknya sesaat setelah ia melepaskan pelatuk kearah pria itu. keduanya sama-sama tumbang dilantai.
Lorong kereta bawah itu kembali kekeadaannya semula, sunyi tanpa ada suara sedikitpun.

***
Willy menggelengkan kepalanya keras, saat bayang-bayang mengerikan itu muncul dibenaknya. Ia merentangkan tangannya menyambut Yua yang tersenyum lemah kearahnya. Ia sedikit berjalan kedepan untuk meraih gadis cantik itu kedalam pelukannya, Willy tersenyum mengeratkan pelukannya seolah tak ingin pelukan itu terlepas dan membuat gadis ini kembali jauh dari jangkauannya.
Kevin cs tersenyum melihat Yua yang berada dipelukan Willy.
Derap langkah menggema keseluruh penjuru lorong stasiun kereta api itu, bukan hanya satu, dua, lima, tapi ada puluhan. Puluhan derap langkah, sedetik kemudian muncullah orang-orang berbaju hitam dengan pistol ditangannya mengepung tempat sekitar stasiun kereta bawah tanah itu.
Kevin cs terkejut bukan main melihat banyaknya polisi yang mulai mengerubungi mereka, tak ada jalan kabur lagi kali ini. Willy melepaskan pelukannya terhadap Yua dan melihat sekelilingnya yang sudah dipenuhi oleh polisi yang sedang menodongkan pistol kearahnya dan teman-temannya.
Yua yang berada dihadapan William malah tersenyum lebar melihat muka-muka terkejut diantara teman-temannya itu, mungkin mereka tidak menyangka bila akhirnya akan jadi seperti ini.

Seorang polisi berjalan mendekat kearah Yua, membuat Willy cs dilanda kebingungan setengah mati. Polisi itu menunjukkan sikap hormatnya kepada Yua, lalu menyerahkan sesuatu ketangan gadis cantik itu.
Yua kembali mengumbar senyuman manisnya saat tatapannya kembali tertuju kepada Willy dan teman-temannya yang lain. Yua mengangkat tangannya dan menunjukkan sesuatu kepada teman-temannya untuk menghilangkan kerutan didahi mereka.
“Aku Yuangka White, Agen FBI yang ditugaskan untuk menangkap anak-anak genk yang beberapa tahun terakhir ini sering meresahkan warga dan juga sering merampok bank-bank besar. dan kalian tahu, menangkap kalian tidak sesulit perkiraan semua orang. Terima kasih karena telah memudahkan langkahku.” Kata Yua tersenyum manis, ia mengangkat tangannya seolah sedang hormat lalu membalikkan tubuhnya berjalan menjauh.
Kevin dan yang lainnya melongo melihat kejadian itu, mereka menatap kepergian Yua geram. Jadi selama ini gadis itu biang keladinya, gadis yang selalu menggagalkan rencana merampok mereka, gadis yang selalu merepotkan mereka. Gadis itu..bahkan bersekutu dengan para pria berbadan besar itu.
“Apa-apaan ini?” geram Kevin.
“Gadis kecil itu! beraninya dia!”
“hah? Yua? Dia!!”
William masih menatap kepergian Yua, tanpa diduga-duga gadis itu menoleh lalu mengedipkan matanya kearah William.

----
“Will..” Yua mengusap pelan dada William. Gadis cantik itu tengah bersandar nyaman dipangkuan Willy sambil memainkan jemari lentiknya didada bidang pria yang juga kini tengah memeluk erat pinggangnya.
“hm..” William hanya berdehem sambil sesekali mengecup pelipis Yua.
“apa cita-citamu?” tanya Yua mengangkat wajahnya melihat Willy yang juga kini tengah menatapnya.
“cita-cita ya?” Willy makin mengeratkan pelukannya dipinggang Yua. “sederhana saja Yua, Aku ingin menikah denganmu lalu kita berdua bisa hidup berbahagia bersama anak dan cucu kita nanti.”
Yua terkekeh kecil. “gombal!” ujarnya menepuk pelan dada Willy. “katakan Wil...” rengek Yua kemudian.
“yaaa.. sebenarnya.. aku ingin menjadi seorang polisi.”
“benarkah? Kenapa?”
“karena aku ingin menangkap gadis nakal sepertimu, yang sudah dengan berani-beraninya mencuri hati seorang William yang tampan ini.” Goda Willy mencubit gemas pipi Yua.
Yua meringis, melepaskan tangan Willy dari pipinya. Pipi Yua memerah entah karena digombali william tadi atau memang karena cubitan william dipipinya cukup kuat.
“ayo katakan alasannya Will..”
“baiklah, baiklah. Aku hanya ingin membuktikan kepada kedua orang tuaku, bahwa anak yang mereka tinggalkan begitu saja didunia yang keras ini masih bisa menjadi seseorang yang berharga dan berguna bagi bangsa dan negara.” Ujar William menatap lurus kearah bintang-bintang keangkasa menerawang masa depan yang sangat ia impikan.
“Lalu kenapa memilih jalan seperti ini?”
Willy tersenyum. “terkadang apa yang selalu kita impikan tidak sesuai dengan keadaan yang ada. Ini hidup Yu, semuanya akan terus berjalan tanpa mau menunggu. Tapi siapa yang tahu kedepannya, mungkin ini memang yang ditakdirkan Tuhan dijalan hidupku.”
Yua tersenyum memeluk William kembali. “seandainya nanti kau menjadi polisi, dan dihadapkan diantara dua pilihan antara teman dan negara apa yang akan kau pilih?”
“Teman itu penting Yua, sangat penting setelah Tuhan dan Keluarga. Tapi, negara jauh lebih berharga. Bukan satu atau dua orang tapi jutaan, kalau memang aku dihadapkan pada dua pilihan itu, tentu aku akan memilih negara.”
“benarkah?”
“ya.”
Yua kembali mengangkat wajahnya, menatap William tepat dimatanya. “mau berjanji satu hal padaku?”
“apa?” tanya William menghela helaian rambut Yua yang jatuh menutupi wajah cantiknya.
“kau akan selalu menyayangi dan mencintaiku apapun yang terjadi.”
William tersenyum. “janji.” Katanya mencium singkat bibir Yua.
Wajah Yua merona malu. “takkan pernah membenciku apapun yang aku lakukan.”
“Janji.” Willy kembali mencium singkat bibir Yua.
“tetap percaya padaku, kalau aku juga mencintaimu.”
“Janji, janji, janji.” William mencium singkat bibir Yua tiga kali, lalu tersenyum menatap gadis itu. “aku mengerti Yua, apapun yang kau lakukan. Aku takkan pernah bisa membencimu.”
Yua tersenyum lega. “Aku sangat menyayangi kalian semua, dan aku sangat, sangat mencintaimu Will.”
“Aku lebih mencintaimu Yua.” Willy dan Yua sama-sama memiringkan wajahnya, masih menatap dalam mata masing-masing sampai akhirnya kedua benda lembut itu bertemu, melumat dan mencecap rasa masing-masing.

---
Willy memejamkan matanya sesaat lalu tersenyum menatap kepergian Yua.
“Takkan Yua, aku takkan membencimu apapun yang kau lakukan. Itu janji kita.”


END


satu lagi cerpen aneh hasil SKS gue! haha peace ya guys, ini cerpen terinspirasi dari MVnya B.A.P dengan judul yang sama One Shoot.. well, i wanna say sorry bila lagi-lagi hasilnya mengecewakan, feelnya nggak dapet, typo, aneh, ngawur, ngelantur, bahasanya aneh.. de el el....:D oki doki thanks for reading, bye! ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar